Ibunda Hj. Farida Ubaya, Tak Pernah Lelah Mengedukasi Masyarakat Cinta Bertanam

by -1675 Views

Di usianya yang tidak muda lagi,  Ibu Ustadzah Dra.Hj.Farida Ubaya MA – kami biasa menyapa ‘Eyang Farida’ (67 thn) tetap produktif dengan berbagi keterampilan berkebun dengan terus memotivasi masyarakat sekitar untuk menyukai kegiatan bertanam, “Karena kegiatan bercocok tanam menyehatkan, melihat hasil tanam menyenangkan, dan hasilnya panennya juga kita tahu kualitasnya untuk keluarga kita, sehingga dapat meyediakan pangan yang menyehatkan untuk keluarga kita”, tutur Eyang.

Dimulai dari kesukaan  tanam dan pelihara pada masa kecil di Brebes, Jawa Tengah, yang terbiasa dengan kegiatan tanam dan pelihara, serta kebudayaan lokal ketika menikah harus menanam Kelapa, pisang,  menjadikan Eyang semakin menyukai kegiatan bercocok tanam.

Ketika kemudian Eyang Farida membuka Pesantren Zamrud tahun 1983 di bilangan Tangerang Selatan, kebiasaan bercocok tanam terus berlanjut. Lahan Perantren seluas 7000 m2 ditanami berbagai jenis tanaman. Para santri di Pesantren ini turut dilibatkan dalam kegiatan tanam ini hingga mereka memiliki keterampilan bertanam.

“Variasi tanaman di Pesantren ini cukup banyak, dari tanaman hias hingga tanaman produktif (tanaman obat, sayur mayur). Hasil bertanam di pesantren, selain dapat dikonsumsi sendiri untuk santri dan guru , juga sudah dapat dijual. Bahkan dapat berinfaq dengan tanaman. Beberapa tenaga medis juga turut memanfaatkan hasil tanaman herba. Bukan hanya penduduk setempat yang dapat manfaat dari kebun, tetapi juga dari daerah lain, ada yang datang dari Madiun, Bengkulu turut berburu tanaman langka yang juga menjadi koleksi”, tutur Eyang Farida.

Kebiasaan, hobi kemudian dikembangkan dengan belajar khusus mengenai kegiatan bercocok tanam, dan tambahan ilmu dari program KRPL dan Toga kerjasama Salimah dengan Balitbang Kementan RI, membuat Eyang Farida memiliki keahlian lebih. Sehingga  sekarang kegiatan bertanam   lebih terarah.

Kini Pesantren Zamrud membuka kesempatan bagi masyarakat luas yang  memiliki minat untuk belajar berkebun. Bertanam dengan pengolahan alami-organic, cara bertanam di lahan sempit, mengolah tanaman toga dll. Eyang Farida telah membekali pengetahauan tentang tanaman dan pengolahannya kepada para guru, santri dan anggota majelis taklim binaannya, sehingga ketika ada kunjungan kelompok masyarakat yang  minat belajar berkebun, merekapun dapat menjelaskan.

Pemanfaatan hasil kebun telah nyata dirasakan manfaatnya untuk meningkatkan kesejahteraan dan keberkahan bagi pesantren dan masyarakat sekitar. Saat ini, tanaman obat (TOGA) lebih mendominasi karena masyarakat membutuhkannya untuk mengobati penyakit. Panen sayuran yang memiliki siklus hidup yang lebih singkat, sehingga ketika saat masa panen, harus segera dimanfaatkan untuk dikonsumsi santri pesantren maupun di jual ke masyarakat. Budi daya tanamanpun kini dilakukan seperti  kelapa, sudah ditanam dengan menggunakan media pot, sehingga ketika ada yang berkunjung, mereka dapat langsung membeli.  Bahkan kini, di lahan pesantren juga dimanfaatkan untuk beternak ikan Lele di media kolam terpal plastik.

Leave a Reply