Membangun Optimisme di Kala Krisis

by -2221 Views

sungguh2 menjemput rezeki

Setelah Ibrahim as meninggalkan istri dan anaknya. Siti hajar menyusui Ismail, dia sendiri mulai kehausan.Panas matahari saat itu sangat terik hingga tenggorokannya kering.

Setelah dua hari, air yang di bawa habis, air susunya pun kering. Siti hajar dan Ismail sangat kehausan. Makanan juga habis. Siti hajar khawatir. Ismail terus menangis kehausan. Kemudian ibunya meninggalkan Ismail sendirian untuk mencari air. Dengan berlari – lari kecil Siti Hajar sampai di kaki bukit Shafa. Lalu dia naik ke atas bukit itu. Dia menengok ke sana kemari, mencari sumur, manusia, kafilah atau berita. Tapi tidak ada sesuatu pun yang terlihat. Maka dia bergegas turun dari bukit Shafa dan berlari – lari kecil sampai di bukit Marwa. Dia melakukan hal yang sama, namun tak ada satu pun yang dia dapatkan.

Hajar turun dari bukit Marwa untuk menengok bayinya. Dia mendapati Ismail terus menangis . tampaknya sang bayi benar-benar kehausan. Melihat anaknya masih menangis, dengan cemas dia kembali ke bukit Shafa dan naik ke atasnya. Kemudian dia ke bukit Marwa dan naik ke atasnya, Siti hajar bolak – balik antara dua bukit, Shafa dan Marwa, sampai tujuh kali.

Siti hajar bersungguh-sunggun dalam mencari air. Dia mengeluarkan segala daya dan upaya, bolak balik dari Shafa dan Marwa, meskipun usahanya belum mendapatkan hasil, dia tidak putus asa. Sampai akhirnya air itu Allah berikan ada di dekat anaknya.

Ada pelajaran yang bisa kita petik, yaitu bersungguh-sungguh dalam menjemput rezeki.

Kita di perintahkan untuk berusaha dan menyerahkan hasilnya pada Allah. Jika ditarik benang merah, kita bisa menganalogikan kisah Siti Hajar dengan kondisi kekinian. Ketika krisis ekonomi melanda, wanita memiliki peran dalam membangun optimisme saat keuangan keluarga terpuruk.

Hampir semua harga sembako naik disebabkan harga BBM yang melonjak. Sedangkan pendapatan tidak mencukupi. Banyak Industri dalam negeri yang tidak mampu bertahan akibat melemahnya nilai tukar rupiah dan terpaksa gulung tikar.

Akhirnya tidak sedikit para suami yang di-PHK. Krisis keuangan keluarga melanda, daya beli keluarga juga ikut menurun.

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu.” (QS. 94: 5-6)

Agama kita mengajarkan, di setiap satu kesulitan ada dua kemudahan yang Allah siapkan, kemudahan duniawi dan ukhrawi. Tak heran jika kemudian beliau bersabda sebagaimana yang diriwayatkan Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud ra, “Beritakan kabar gembira, telah datang kemudahan. Takkan pernah satu kesulitan mengalahkan dua kemudahan.”