Memberi Solusi Pada Umat

by -2318 Views

1Berawal dari suatu diskusi sekitar tahun 1995, sekelompok sahabat dengan latar belakang aktivis organisasi kemahasiswaan −Nursanita Nasution yang aktif di Kohati (Korps HMI-Wati), Wirianingsih, Yoyoh Yusroh (almarhumah) di Pelajar Islam Indonesia (PII-Wati), dan Ustadzah Aan Rohana di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)− ingin melakukan perubahan bagi kaum Muslimah.

Teman seperjalanan dalam da’wah ini sepakat bahwa kala itu kader Muslimah dalam dunia da’wah masih sedikit. Beban da’wah dengan pengusung da’wahnya tidak berbanding sama. Tebersitlah pemikiran bahwa harus ada sebuah organisasi da’wah Muslimah yang bisa menopang satu sayap da’wah sya’biyah yang luas. Luas dalam arti tidak hanya terbatas pada kaum intelektual, namun juga bisa menggapai kalangan akar rumput.

Mengapa khusus untuk Muslimah? Karena, setiap perempuan terutama Muslimah memiliki peran penting dalam menentukan warna generasi yang akan datang. Bahkan Muslimah adalah penentu peradaban sebuah bangsa. Dengan demikian, jika potensi seorang perempuan mandek, maka warna generasi ke depan kemungkinan besar akan memudar. Padahal, kehidupan bergerak menuju era baru penuh tantangan yang menuntut dinamika da’wah di sekeliling Muslimah agar siap menjalani setiap perannya.

Sarat Masalah

Ada beberapa catatan permasalahan Muslimah pada masa itu. Aspek pendidikan misalnya, belum banyak perempuan bergelar sarjana yang tertarik mengurusi da’wah. Kebanyakan Muslimah masih beranggapan bahwa tempat perempuan adalah di rumah dengan akses gerak yang terbatas. Kalaupun perempuan bisa ‘keluar rumah’, terkait karena tuntutan ekonomi semata. Hal ini dibuktikan dengan jumlah perempuan pekerja terbanyak berada di kelas buruh, bukan di tempat strategis.

Aspek ekonomi yang rendah juga membuat sebagian besar perempuan kerap bertumpu pada nafkah suaminya. Banyak yang tidak mandiri. Jika terjadi sesuatu pada suaminya, perempuan tersebut tidak siap mengatasi masalah kebutuhan hidup keluarganya. Padahal, dia harus menghidupi anakanaknya.

Dari aspek peran politik, sedikit sekali Muslimah yang menduduki jabatan publik. Dengan demikian, tidak punya kewenangan untuk melakukan perubahan. Sebagian masyarakat menyalahkan keadaan itu pada pemerintah yang dirasa tak mampu memberikan ruang cukup dalam memanfaatkan potensi perempuan yang terbatas itu.

Sementara pada aspek sosial masyarakat, kurikulum majelis ta’lim sebagai organisasi da’wah terkecil di masyarakat sangat terbatas. Dengan demikian, belum bisa mewarnai para Muslimah secara masif demi meningkatkan kualitas Muslimah yang mampu menyiapkan keluarganya menjadi generasi dambaan ummat.

Belum lagi minimnya jumlah sumber daya perempuan untuk berda’wah (mubalighah) di wilayah Indonesia yang luas dan terpencar antara satu pulau dengan pulau lainnya. Kondisi tersebut membuat kegiatan da’wah belum terasa hingga pelosok Tanah Air. Berbagai permasalahan yang menimpa kaum perempuan itu harus segera ditemukan solusinya.

Kemudian, terpikirlah untuk memanfaatkan potensi Muslimah yang sudah ada di sekeliling mereka dan menghimpunnya dalam satu wadah yang berbentuk organisasi kemasyarakatan (ormas). Melalui ormas ini akan terbuka kesempatan untuk bisa melangkah lebih leluasa.

Atas izin Allah, rapat-rapat sederhana itu membuahkan hasil yang tak terduga. Akhirnya, keinginan mengumpulkan potensi Muslimah se-Tanah Air mulai terealisasi sedikit demi sedikit. Dengan dukungan dari teman-teman di berbagai daerah terlaksanalah deklarasi organisasi kemasyarakatan Persaudaraan Muslimah (Salimah) pada 8 Maret tahun 2000. Meski beberapa anggotanya aktif di sebuah partai politik, Salimah merupakan organisasi nonunderbow (bukan organisasi sayap partai politik) sehingga tak didanai secara khusus oleh partai politik tertentu dan programnya pun tidak ditentukan oleh partai tertentu.

Mengapa dinamakan Persaudaraan Muslimah?

pelantikanTak lain karena ingin menjaring potensi kaum perempuan sebanyak-banyaknya. Caranya, dengan membangkitkan rasa persaudaraan dan kekeluargaan. Rasa persaudaraan ini ditunjukkan dengan kepedulian bersama dalam mengentaskan segala permasalahan kaum perempuan yang berkaitan dengan keluarga dan lingkungannya.

Visi menjadi ormas Muslimah yang dinamis dalam meningkatkan kualitas hidup perempuan, keluarga dan anak Indonesia direalisasikan Salimah dengan menjalankan misi memperjuangkan kepentingan Muslimah. Yakni, meningkatkan perannya di dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara.

Demi mendukung visi dan misi tersebut, Salimah berupaya keras untuk:
1. Meningkatkan kualitas Muslimah dalam mewujudkan keluarga sakinah
2. Meningkatkan kontribusi Muslimah dalam masyarakat
3. Meningkatkan da’wah Islam dan amar ma’ruf nahi munkar
4. Membangun kesadaran Muslimah dalam beragama dan berorganisasi
5. Meningkatkan dan memajukan pendidikan dan pengajaran
6. Memperluas ilmu pengetahuan yang sesuai dengan ajaran Islam

Dengan SDM yang sedikit serta minimnya sarana dan dana, anggota Salimah terus berjuang untuk melakukan perubahan. Semangat yang besar untuk maju, niat yang tulus, kerja yang ikhlas dan keyakinan pada pertolongan Allah, mereka jadikan modal terpenting dalam perjuangan.

Hal itu membuat mereka semakin mantap untuk membesarkan Salimah layaknya seorang ibu membesarkan anak dengan penuh kasih sayang dan pengharapan. Mereka berharap kelak organisasi ini mampu mencetak ketersediaan sumber daya Muslimah yang bermanfaat bagi bangsa dan negara dengan terdidiknya kaum perempuan menjadi ibu yang handal untuk menyiapkan generasi berkualitas.

Kiprah Salimah

149811_1680543343565_6341924_nSarana untuk bisa mengajak kaum perempuan meningkatkan potensi diri dan melakukan perubahan di masyarakat adalah pembinaan keluarga sakinah dan majelis ta’lim. Mengapa majelis ta’lim? Salah satu tradisi positif yang berkembang di Indonesia adalah maraknya aktivitas majelis ta’lim, baik di perkotaan maupun pedesaan. Salimah melihat itu sebagai potensi kebaikan dan jika dikembangkan dengan baik para anggota majelis ta’lim bisa menjadi agen perubahan bagi masyarakat.

Karena itulah, salah satu fokus utama Salimah di masa awal pendiriannya adalah menyiapkan para mubalighah untuk mencerdaskan perempuan melalui majelis ta’lim. Harapannya, setiap perempuan tercerahkan sehingga selanjutnya bisa melakukan perubahan di rumahnya, serta bisa berkontribusi melakukan perubahan di dalam masyarakat.

Dengan berkomitmen melakukan pembinaan secara berkala mereka menyiapkan kader, membuka jaringan, dan membuat forum silaturrahim majelis ta’lim Salimah. Dalam waktu setahun, dengan izin Allah, Salimah bisa membuka akses ke berbagai jaringan majelis ta’lim. Kala itu, kaum perempuan punya semangat untuk bersama-sama bergerak melakukan perubahan. Mereka termotivasi dan akhirnya tergerak untuk turut serta dalam gerbong Salimah.

Pada lima tahun periode kedua, fokus Salimah adalah menghadirkan majelis ta’lim yang produktif. Yakni, majelis ta’lim yang dapat membina para Muslimah yang bergabung di dalamnya menjadi Muslimah yang paham berbagai peran yang diamanahkan Allah dan berupaya menjalankan peran-peran itu dengan baik.

Dengan demikian, diharapkan majelis ta’lim dapat membekali anggotanya agar menjadi hamba yang bertaqwa, istri yang taat pada suami, ibu yang dapat mendidik anakanaknya menjadi generasi terbaik ummat, serta anggota masyarakat yang berperan menggerakkan kebaikan.

Dengan demikian, berbagai permasalahan ummat pun bisa direspon dengan solusi. Perihal masalah kemiskinan misalnya, majelis ta’lim yang produktif bisa menjawabnya dengan program pelatihan wirausaha, sedekah, crowdfunding dan sebagainya. Masalah gizi buruk bisa dijawab dengan transfer ilmu mengenai makanan bergizi, pola makan seimbang, dan sebagainya.

Berjejaring dengan Berbagai Kalangan

Jejaring-2Jika periode pertama dan kedua fokus pada peningkatan kualitas majelis ta’lim dan anggota majelis ta’lim sebagai basis massa, maka pada periode ketiga Salimah mulai memperluas jangkauan massa pada kaum perempuan yang berada di luar majelis ta’lim dengan menjadikan kelas-kelas terbuka untuk mengedukasi kaum perempuan Indonesia melalui unit kegiatan terkecil Salimah. Unit itu dikenal dengan nama Sekolah Ibu Salimah Terpadu (SISTER). Selain itu, Salimah juga lebih aktif lagi berjejaring dengan tokoh, organisasi, pemerintah, dan pihak lain yang bisa bersinergi memberi kebaikan bagi ummat.

Salimah menilai penting berjejaring karena sebagai ormas mereka merasa perlu belajar dari organisasi perempuan yang telah lebih dulu hadir di tengah masyarakat dan belajar dari para tokoh yang telah lama berbuat untuk bangsa. Hal itu sejalan dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang suka berinteraksi, berkontribusi, bekerja sama, dan saling menolong dalam melakukan kerja-kerja yang bermanfaat bagi masyarakat.

Kini Salimah tercatat sebagai anggota beberapa organisasi federasi tingkat nasional, seperti Kongres Wanita Indonesia (Kowani), Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOIWI), Badan Kerjasama Organisasi Wanita (BKOW) di tingkat provinsi dan Gabungan Organisasi Wanita (GOW) di tingkat kota dan kabupaten. Dengan menjadi anggota organisasi federasi, Salimah bisa intensif menjalin hubungan dengan sesama organisasi perempuan baik dari komunitas yang sama maupun komunitas lintas agama dan budaya untuk kerja sama dalam tema-tema universal.

Salimah juga berjejaring dengan menjadi anggota aliansi yang memperjuangkan tema spesifik, seperti Aliansi Keluarga Kokoh, Aliansi Cinta Keluarga (AILA), Aliansi Pengendalian Tembakau, Aliansi Selamatkan Anak Indonesia dan lain-lain. Dengan pemerintah, Salimah sukses menjalin kerja sama dengan Kementerian Pertanian dalam program Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) di 22 provinsi.

Untuk program Gemar Makan Ikan, Salimah bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Suksesnya kerja sama ini dibuktikan dengan KKP memberikan penghargaan kepada Salimah sebagai organisasi yang aktif mendorong masyarakat untuk gemar mengonsumsi ikan pada tahun 2013. Akhir tahun 2014, Salimah juga mendapatkan hadiah sebuah mobil peraga untuk menyukseskan sosialisasi Gerakan Makan Ikan.

Sementara dengan Badan Narkotika Nasional (BNN), Salimah bekerja sama dalam upaya menyukseskan kampanye anti-narkoba. Pada tahun 2008 Salimah mendapatkan penghargaan warga madya dari BNN dalam rangka Hari Anti Narkoba Internasional (HANI) sebagai organisasi yang gencar melakukan upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba melalui peningkatan pola asuh keluarga.

Tak ketinggalan, Salimah juga menjalin kemitraan dengan beberapa lembaga internasional sejak tahun 2005, antara lain World Assembly Muslim Youth (WAMY), Qatar Charity, Asean Tobacco Control Alliance, International Islamic Charitable Organization, Sahmal Nour Foundation, Worldwide Fund (WWF), Indonesian Women for Water Sanitation and Hygiene (IWWASH) dan sebagainya.

Kemitraan tersebut juga memberi peluang bagi Salimah untuk berpartisipasi dalam berbagai konferensi, pelatihan maupun seminar internasional di dalam dan luar negeri, antara lain International Conference on Drug Prevention for Islamic Scholars di Malaysia, International Conference on Global Climate di Bogor, International Forum for Human Rights di Malaysia, Global March to Jerussalem di Yordania, Al Warsyah Daurul Mar’ah fil ‘Amal Khairiyyah di Kuwait, International Family Forum Discussion di Turki, dan sebagainya.