Sampai Dimana Keteguhan Kita ?

by -2637 Views

keteguhan

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

(Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)”. (Ali Imran: 7)

Modernisme yang lebih kental dengan budaya dan sikap materialistik dan hedonistik telah mewariskan problem baru bagi umat, yaitu sikap mudah goyah alias plin plan, hipokrit, dan tidak jelas posisi dan keberpihakannya. Dalam bahasa Rasulullah SAW, “Pagi beriman, sorenya kafir. Atau sore hari beriman dan paginya kafir. Lebih mengutamakan raihan duniawi yang bersifat materi, dibanding kebaikan atau keberkahan yang bersifat nilai”. Parameter kehidupan pun lantas diukur dengan ukuran materi, akibat pengaruh modernisme yang berlebih-lebihan atau cenderung tidak berfungsinya filter atas arus modernisme tersebut. Itulah diantara fitnah akhir zaman yang sangat berat.

Karenanya, Rasulullah SAW berpesan agar segera beramal sebelum datangnya bertubi-tubi fitnah yang akan melalaikan, menyurutkan, dan atau menjauhkan dari amal yang diridhai Allah swt, “Bersegeralah beramal sebelum datangnya rangkaian fitnah seperti sepenggalan malam yang gelap gulita, seseorang di waktu pagi mukmin dan di waktu sore telah kafir, dan di waktu sore beriman dan pagi menjadi kafir, ia menjual agamanya dengan kesenangan dunia.” (HR. Ahmad)

Membaca fenomena demikian, Syekh Amru Khalid dalam ‘Khawathir Qur’aniyyah’ menekankan aspek keteguhan dalam membaca sebagian ayat-ayat surat Ali Imran. Sehingga atas analisis tersebut, tepat jika surat Ali Imran disebut juga dengan ‘surat Ats-Tsabat’ , yaitu surat keteguhan’. Keteguhan dalam maknanya yang luas; keteguhan akidah, keteguhan ibadah, keteguhan moral, keteguhan spritual, dan sebagainya.

Pembahasan keteguhan secara prinsip dapat dilihat dari ayat ke 8 surat Ali Imran dalam bentuk redaksi do’a memohon keteguhan: “(Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)”. (Ali Imran: 8)

Tentang ayat ini, Rasulullah SAW sebagaimana yang diriwayatkan dari Ummu Salamah, sering berdo’a memohon keteguhan: ‘Wahai Dzat yang membolak balikkan hati, tetapkanlah hati hamba dalam agamaMu”. Kemudian Rasulullah SAW membaca ayat 8 ini.

Dalam riwayat yang lain dari Ummu Salamah juga, disebutkan bahwa Rasulullah berdoa memohon keteguhan bukan karena beliau mudah goyah, namun sebagai pelajaran bagi umatnya. Redaksi riwayat ini dalam bentuk dialog antara Rasulullah dan sahabatnya. “Ketika salah seorang sahabat bertanya: “Apakah hati selalu berubah?”. Rasul menjawab: “ya. Tidak ada manusia yang Allah ciptakan melainkan hatinya berada dalam genggaman Allah SWT. Jika berkehendak Dia teguhkan, namun jika tidak, Dia condongkan. Karenanya kita memohon agar Allah senantiasa meneguhkan hati kita”.

Keteguhan dalam beragama diperkuat dengan ayat 102 surat Ali Imran dalam bentuk perintah agar kokoh membawa iman hingga kematian: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa. Dan janganlah kalian mati melainkan dalam keadaan muslim”. Perintah tersebut amat sangat wajar, karena hanya Islam agama yang diridhai oleh Allah SWT (Ali Imran: 19). Karenanya mencari agama selain Islam, pasti akan berujung kepada penyesalan dan kerugian.  “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”. (Ali Imran: 85)

Sisi lain yang kerap menguji keteguhan kita adalah enam godaan duniawi, yang dirumuskan oleh ayat 14 surat Ali Imran,  dalam bentuk kaum wanita, anak-anak, harta kekayaan dari emas dan perak, kendaraan mewah, petenakan, dan pertanian atau perkebunan. Allah SWT berfirman: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”.

Demikian berat untuk tetap teguh berpegang dengan keyakinan, tetap dalam keta’atan, tidak mudah goyah dengan keadaan atau tidak mudah larut dengan tekanan. Akhir dari surat Ali Imran merupakan perintah untuk tetap mensabarkan diri sendiri (ishbiru), membantu orang lain untuk terus bersabar (shabiru), dan mengikat hati dalam bentuk kewaspadaan terhadap segala bentuk penyimpangan dan penyelewengan yang menggelincirkan dari sikap teguh (raabithu).

Banyak cara untuk tetap teguh dan mempertahankan keteguhan sebagai bagian dari ‘mujahadah’ seorang muslim. Diantaranya:

Pertama, Selalu berdo’a memohon keteguhan kepada Allah SWT dalam semua situasi dan keadaan. “Ya Rabb kami, limpahkanlah kesabaran atas diri kami, dan teguhkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir”. (Al Baqarah: 250)

Kedua, Berusaha meneguhkan ucapan dan perbuatan di dunia, karena hal ini akan menjadi modal keteguhan saat di alam kubur.  Allah SWT berfirman, “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki”. (Ibrahim: 27)

Imam Qatadah As Sadusi mengatakan, “Yang dimaksud Allah meneguhkan orang beriman di dunia adalah dengan meneguhkan mereka dalam kebaikan dan amalan sholih. Sedangkan di akhirat, mereka akan diteguhkan di kubur ketika menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir”.

Ketiga, Membaca dan meneladani manusia-manusia teguh sepanjang masa.  Keteguhan para nabi, rasul dan orang-orang yang beriman terdahulu.  “Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Hud: 11)

Semoga Allah memperkenankan kita termasuk orang-orang yang tetap teguh di jalanNya hingga mencapai ridhoNya. Aamiin.

Atabik Luthfi