10 Metode Dakwah Dalam Al Qur’an

by -23971 Views

metode-dakwahSalah satu hal penting agar kalimat Tauhid terus berkumandang di muka bumi dan  Islam tetap bertahan sampe akhir zaman adalah dakwah. Hal ini dapat kita lihat dari ayat-ayat yang menyuruh setaip orang muslim yang membaca Al-Quran untuk berdakwah. Dan ini hukumnya wajib, firman Allah yang artinya “Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasehat yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” Q.S. An-Nahl: 125. Dalam surat lain Allah berfirman : “ Dan hendaklah  diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” Q.S. Ali Imran: 104.  Dari ayat tersebut dapat kita lihat bahwa tujuan dakwah itu  mengajak manusia kepada Allah, bukan kepada kelompok tertentu. Suatu kelompok merupakan wasilah untuk memudahkan mengorganisir, karena kata saidina Ali : ”Kebaikan yang tidak terorganisir akan dikalahkankan oleh kejahatan yang terorganisir”.

Kalimat  Dakwah dalam ayat tersebut dimaknai dengan “menyeru”  bukan “menyuruh”. Dakwah itu “mengajak” bukan “mengejak”.  Perbedaan menyeru dengan menyuruh dapat kita lihat contohnya  padab lafazd azan yaitu “Hayya ‘alashalaah (mari shalat), Hayya ‘alal falaah (mari menuju kemenangan)”. Pada lafazd azan tersebut kita dapat melihat seruan, seruan agar kita melaksanakan  shalat,  secara halus menunjukkan perintah, karena bahasa yang halus tidak terasa kalo hal tersebut memerintahkan kepada kita bahwa waktu shalat sudah tiba, berarti kita sudah wajib shalat, kemudian dibaeritahukan akan ada imbalan bagi yang melaksanakan shalat mendapatkan kemenangan. Seruan itu diiringi dengan penjelasan, pendidikan sehingga  mencerdaskan siapa saja yang mendengar, sehingga orang mengikuti seruan tidak terpaksa, tapi dengan senang hati, karena ia telah mendapatkan penjelasan kenapa kita harus mengikuti seruan, akan ada imbalam berupa kemenangan. Mengikuti  seruan dalam hal ini dengan pengetahauan kemudian menumbuhkan pemahaman dan kesadaran, bukan paksaan. Karena itu wajib bagi seorang da’i mempunyai pengetahuan yang utuh tentang Islam, kaidah-kaidahnya,  agar ketika orang yg ingin kenal Islam melalui dirinya lebih  mendalam atau ingin mengenal Islam bagi yang belum kenal, dari penjelasan yang diberikan da’i, dari keteladannnya akan menampak bahwa Islam itu indah, Islam itu mudah, tapi tidak dimudah-mudahkan, Islam itu ringan tapi tidak diringan-ringankan.

Sedangkan menyuruh sering bisa kita lihat pada kalimat “pergi kamu sekarang!”, “tugas kamu, ini dan itu, karjakan ini, sekarang!”. Alangkah indahnya jika kalimah tersebut  diganti dengan kalimat seruan, “baiklah, kalian semua bisa berangkat sekarang, kalo tidak berangkat sekarang, nanti terlambat”, kalimat yang satu lagi bisa kita ganti dengan kalimat : “baiklah semuanya, kita berbagi tugas, dan  sudah bisa dikerjakan dari sekarang ya, mengingat waktu hanya 30 menit,” saya rasa kalimat model kedua tentu lebih enak di dengar dan lebih mudah diikuti, karena adanya penghargaan dan penjelasan yang jelas.

Pemahaman seperti ini penting untuk menghindari adanya kesan memaksa, karena kata Allah tidak ada paksaan dalam memeluk Islam. Firman Allah SWT: yang artinya: “Tidak ada paksaan dalam menganut agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada tagut,[1] dan beriman kepada Allah , maka sungguh dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat  yang tidak akan putus. Allah Maha mendengar dan Mengetahui.” Q.S Al Baqarah  ayat 256.

Untuk itu sangat  penting   bagi para da’i berhati-hati membawa diri, bersikap dan berucap, ketika  bermaksud mendakwahi sesorang, agar objek dakwah senang menerima ajakan sang da’i. Ada beberapa cara berdakwah yang Allah Swt sampaikan dalam al-Quran, cara-cara tersebut adalah sebagai berikut:

 Caranya pertama, keteladanan dari seorang da’i. Firman Allah yang artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik”. Q.S. Al-Ahzab: 21. Seperti apa akhlak Rasulullah sehingga patut, layak diteladani. Aisyah ra, pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah saw, beliau berkata: “Akhlaknya adalah Al-Qur’an”.  cara ini dilakukan Rasul dengan memberi keteladanan kepada objek dakwah, dengan keindahan akhlaknya, tentang bagaimana beribadah, menjaga diri dan bagimana cara bermu’amalah dengan sesama muslim atau dengan yang bukan muslim. Rasulullah Memberi teladan bagaimana menjadi anak yang baik, ayah yang baik, suami yang baik, saudara yang baik, pemimpin yang baik, saudara yang baik.

Cara kedua, dengan lemah lembut. Sebagaiman Firman Allah SWT: Allah berfirman yang Artinya “ Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadapat mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu”.  Q.S. Ali Imran ayat 159

Cara ketiga, dakwah harus dengan bahasa yang dipahami. Firman Allah yang artinya: “Dan Kami Tidak mengutus seorang Rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya[2], agar dia dapat memeberi penjelasan kepada mereka”. QS. Ibrahim: 4. Hal ini dapat dipahami bahwa ketika sesorang berdakwah dikalangan intelektual, bisa menggunakan bahasa-bahasa ilmiah. Ketika kita berdakwah di kalangan masyarakat yang tingkat pendidikannya lebih rendah baiknya menggunakan bahasa yang sederhana yang mudah mereka pahami. Kalo  menggunakan bahasa-bahasa ilmiah untuk mereka yang tingkat pengetahuannya rendah tentunya akan sulit bagi mereka untuk memahaminya. Dengan  demikian dapat menggunakan bahasa sesuai dengan objek yang hendak kita dakwahi.

Cara keempat, berbantahan dengan cara yang baik, firman Allah yang artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah,[3] dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Q.S An-Nahl ayat: 125.

Cara kelima, membalas kejahatan dengan kebaikan, firman Allah yang artinya: “Dan orang yang sabar karena mengharap keridhaan Tuhannya, melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik)”. Q.S Ar Ra’du ayat: 22.

Cara keenam, memakai perumpamaan-perumpamaan dalam berdakwah. Firman Allah yang artinya: “ Dan sesungguhnya, telah kami buatkan dalam Al-Qur’an ini segala perumpamaan bagi manusia agar mereka mendapat pelajaran”. Q.S Az Zumar:27. Dalam  ayat lain Allah memberi contoh bagaiamana menjelaskan sesuatu dengan perumpamaan, dalam surat al baqarah ayat 261 yang artinya: ”perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui”. Q.S Al-Baqarah: 261

Cara ketujuh, larangan memaki orang yang tidak beragama Islam. Firman Allah yang artinya: ”Dan janganlah kamu memaki sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah, kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan”. Q.S Al-An’am: 108

Cara kedelapan, dengan menunjukkan bukti nyata. Firman Allah yang artinya: sungguh, bukti-bukti yang nyata telah datang dari Tuhanmu, barang siapa melihat (kebenaran itu), maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri; dan barang siapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka dialah yang rugi”. Q.S Al-An’am: 104.  Sebagai  contoh dapat kita  lihat al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 50 yang artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami membelah laut untukmu sehingga kamu dapat Kami Selamatkan dan Kami tenggelamkan Fir’aun dan pengikut-pengikut Fira’un, sedang kamu menyaksikannya”. Q.S Al-baqarah: 50. Kemudian  kita lihat surat Yunus yang menjelaskan  kelanjutan dari kisah Nabi Musa dan Raja Fira’un, bagaimana Allah menyelamatkan jasad Fir’aun agar dapat menjadi pelajaran dan bukti nyata tentang kebenaran al-Qur’an beserta isinya kepada semua orang sampai akhir zaman. Firman Allah yang  artinya: “maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu,[4] agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) Kami”. Q.S Yunus: 92.

Baru- baru ini kita mendengar bahwa telah ditemukannya jasad  Ramses IX disebuah lembah diMesir dengan nama Lembah Raja, setelah diidentifikasi oleh para ahli, ternyata jasad tersebut adalah jasad fir’aun dalam kisah Nabi Musa as. Hal ini dapat menjadi  sebuah bukti nyata apa yang Allah sampaikan dalam al-Qur’an adalah benar adanya. Maka kisah ini dapat menjadi sebuah bukti untuk meyakini kebenaran Islam. Dan menambah keimanan seorang muslim kepada Allah dan kepercayaan terhadap al-Qur’an, yang tidak ada keraguan pada al-Qur’an itu sendiri.

Cara kesembilan, mempermudah jangan mempersulit. Artinya awali dakwah itu dari hal-hal yang mudah dan menyenangkan.  Kayak dalam hukum fiqh ada rukshah ada azimah. Azimahnya shalat wajib sehari semalam lima waktu, jika mushafir rukhsahnya menjadi 3 waktu dengan menjamak shalatnya.  Dhuhur dijamak dengan ashar, magrib dengan isya, subuh satu waktu. Azimahnya shalat wajib berdiri, namun jika sakit boleh sambil duduk, tidak sanggup duduk boleh berbaring. Azimahnya shalat wajib berwudhu, jika dalam keadaan sakit atau musafir rukshahnya boleh bertayamum dengan debu atau partikel debu yang menempel di salah satu tempat yang diyakini suci tidak bernajis.

Cara kesepuluh, dengan hikmah dan nasehat yang baik. Firman Allah yang artinya: “Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasehat yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” Q.S. An-Nahl: 125. Hikmah diartikan kebijakan, kearifan, makna yang mendalam, makna yang terkandung dibalek suatu peristiwa.[5]  Penjelasan tentang hikmah dapat memudahkan dan menjadikan seseorang tertarik mendengar, bersemangat sesuatu yang disampaikan seorang da”i.

Dengan demikian antara lain ada sepuluh Pendekatan yang disampaikan dalam al-Qur’an dalam berdakwah yaitu keteladanan dari seorang da’i, dengan dengan lemah lembut, dakwah harus dengan bahasa yang dipahami, berbantahan dengan cara yang baik, membalas kejahatan dengan kebaikan ,memakai perumpamaan-perumpamaan dalam berdakwah , larangan memaki orang yang tidak beragama Islam ,dengan menunjukkan bukti nyata, mempermudah jangan mempersulit, hikmah dan nasehat yang baik

ainal-mardiyaPenulis :
Ainal Mardhiah,
Dosen tetap pada Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI)
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh

[1] Togut itu adalah setan dan apa saja yang disembah selain Allah Swt.

[2] Al-Qur”an diturunkan dengan Bahasa Arab bukan berarti al-Qur’an  diturunkan  hanya untuk Bangsa Arab saja. Ini bisa menjadi contoh bahwa dakwah harus dilakukan dengan bahasa orang-orang yang akan di dakwahi.

[3] Perkataan yang tegas, jelas, dan benar  dengan  dalil-dali al-quran,  hadit s,dan pendapat ulama yang tidak mengikuti hawa nafsu, yang dapat membedakan antara yang hak dan yang bathil.

[4] Menurut pendapat lain yang diselamatkan Allah adalah tubuh kasarnya. Menurut sejarah, setelah fir’aun tenggelam, mayatnya terdampar dipantai, oleh orang mesir di balsem sehingga utuh sampai sekarang dan dapat dilihat dimuseum  mesir. Sumber kementrian RI, al-qur’an tajwid dan terjemah, dilengkapi dengan asbabun nuzul dan hadits sahih, bandung pt. Madina raihan makmur, 2010. Hal. 219

[5] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi keempat, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,  hal. 498

#Foto di ambil dari Instagram Hijaber Community