Kecerdasan Finansial Mencontoh Dari Nabi Yusuf

by -2959 Views

Nabi Yusuf AS disebut dalam Al Quran Inni hafidzun ‘alim,  yaitu orang yang pandai menjaga (nafsu) dan berpengetahuan (cerdas). Karunia Allah yang luar biasa diberikan kepada Nabi Yusuf. Sejarah panjang perjalanan hidup Nabi Yusuf tertulis lengkap dan sangat detil dalam satu surat yaitu surat Yusuf, surat ke 12 dalam Al Qur’an. Pelajaran Nabi Yusuf bisa ditinjau dari berbagai sisi  kehidupan, salah satunya dari sisi Ekonomi. Pelajaran ini dimulai dari ayat yang bercerita tentang takwil mimpi Raja,

Ayat ke 43, “ Dan raja berkata (kepada para pemuka kaumnya), “Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus; tujuh tangkai (gandum) yang hijau dan (tujuh tangkai) lainnya yang kering. Wahai orang yang terkemuka! Terangkanlah kepadaku tentang takwil mimpiku itu jika kamu dapat menakwilkan mimpi. Al Hafidz Ibnu Katsir mengungkapkan: ’Mimpi raja Mesir ini merupakan kehendak Allah swt, karena sebab itu Yusuf dapat keluar dari penjara dengan penuh kehormatan dan kemuliaan. Raja heran, dia bermimpi yang tidak bisa dijelaskan ta’birnya, kemudian dia kumpulkan para pendeta, ulama-ulama, pembesar-pembesar kerajaan dan pejabat-pejabatnya lalu dia ceritakan mimpi itu kepada mereka, dan menanyakan ta’wil mimpinya merekapun tidak dapat menjelaskannya karena keterbatasan mereka.

Karena tidak ada yang mampu menta’wil mimpi raja, maka berkatalah salah seorang yang pernah dipenjara bersama Nabi Yusuf, “Aku akan memberitahu kepadamu tentang (orang yang pandai) menakwilkan mimpi itu…..

Kemudian dijelaskan oleh Nabi Yusuf, Dia (Yusuf) berkata, ‘Agar kamu bercocok tanam tujuh tahun (berturut-turut) sebagaimana biasa, kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan ditangkainya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian setelah itu akan datang tujuh (tahun) yang sangat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari apa (bibit gandum) yang kamu simpan. Setelah itu akan datang tahun, dimana manusia diberi hujan (dengan cukup) dan pada masa itu mereka memeras (anggur).

Pelajaran yang bisa diambil dari apa yang disampaikan oleh Nabi Yusuf  kepada Raja adalah pelajaran manajemen Finansial yang luar biasa dan bisa dilakukan oleh siapa saja untuk kebaikan kondisi ekonomi. Dan bisa menjadikan situasi ekonomi baik pribadi, rumah tangga, perusahaan ataupun negara akan menjadi baik dan kokoh serta ada kemandirian di dalamnya. Kalau kita uraikan apa yang disampaikan Nabi Yusuf tersebut adalah :

  1. Produktifitas sangat dianjurkan sekali untuk dilakukan ketika situasi dalam keadaan nyaman dan makmur, bukannya bersantai-santai dan bermalas-malasan menikmati kemakmuran. Dan situasi nyaman dan makmur apabila digunakan untuk bekerja dan berproduksi ternyata hasilnya lebih strategis dan lebih optimal, karena bisa melakukan hal-hal yang penting dan strategis tidak dalam kondisi terdesak. Hasil dari kerja yang optimal akan lebih berpeluang untuk menghasilkan produk terbaik, kalau itu produk pertanian maka produknya akan lebih baik dan banyak, kalau produk olahan maka akan memiliki nilai jual yang lebih tinggi, sehingga akan menghasilkan keuntungan finansial yang optimal.
  2. Hasil dari produktifitas di atas, sebagian besar dianjurkan untuk disimpan atau ditabung. Ini sebuah nasehat yang sangat cerdas, artinya mengedepankan untuk menabung sebelum dikonsumsi.  Menabung diawal serta menabung sebagian besar. Jadi bukan sebaliknya yaitu menabung sebagai aktifitas diakhir kalau ada yang bisa ditabung.
  3. Sedikit saja yang dikonsumsi. Ini pelajaran hemat. Jadi konsumsi itu dilakukan setelah menabung dan yang dikonsumsi juga sedikit saja. Artinya ini adalah pelajaran untuk tidak berfoya-foya atau berperilaku boros dalam kehidupannya. Hemat itu bukan pelit, tetapi tetap memperhatikan hal-hal yang menjadi sebab kekuatan.
  4. Kemandirian dalam menghadapi kesulitan karena ada simpanan. Jadi ketika ada musibah tidak menjadikan lemah dan bergantung kepada pertolongan orang lain, tapi bisa mengatasi sendiri karena memiliki simpanan. Dan simpanannya pun tidak dihabiskan, masih ada sisa bibit.
  5. Begitu situasi sudah kembali normal, maka berinvesatasi dengan menanam sisa bibit yang disimpan ketika masa kesulitan. Menanam dan mengembangkan, itulah investasi di jaman Nabi Yusuf.

pelajaran manajemen keuangan dari seorang al Hafiz dan al ‘alim Nabi Yusuf  yang bisa ditangkap adalah : Produktif, Menabung, Hemat, Mandiri dan Investasi. Maka kata Nabi Yusuf, “Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir), karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga dan berpengetahuan”.

Semoga kita sebagai ibu, pengelola keuangan keluarga, mampu mencontoh strategi finansial dari Nabi Yusuf ini, agar keuangan rumah tangga kita mandiri, kokoh dan penuh keberkahan. Dan berdampak kepada kokohnya finansial usaha-usaha kita yang melibatkan banyak orang.

Wallahu A’lam

Jakarta, 19/03/2016

Penulis : Etty Pratiknyowati, Ketua Departemen Ekonomi PP Salimah