IBU INSPIRATIF ‘SEBUAH TANTANGAN DI ERA DIGITAL’ (2)

by -2167 Views

anak ibu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

My mother is my inspiring women.

Upaya penghancuran generasi Islam melalui berbagai media pada hari ini harus menjadi perhatian para ibu. Jangan biarkan anak-anak kita dididik secara tidak sadar dengan nilai-nilai yang mengotori otak anak kita, meniru kebiasaan-kebiasaan orang jahil yang dibenci Allah Swt ( QS 2:120), terbuang waktu mereka dengan sia-sia hanya ingin mendapatkan grade (tingkatan) tertinggi dalam permainan itu (QS 23: 3). Wajiblah bagi kita para ibu hari ini menjadi ibu inspirasi. ibu yang selalu menjadi motivator bagi anak mereka dalam melakukan aktivitasnya, terutama anak yang masih mencari pola dalam hidupnya, belum bisa membedakan mana yang halal dan haram, remaja yang masih gamang dengan nilai-nilai kebaikan.

Menjadi ibu inspiratif dalam tantangan zaman demikian pada hari ini tidaklah mudah. Ibu hari ini harus kreatif berfikir sebelum memberi nasehat  pada anak. Harus mampu menjadi sahabat bagi anak, teman dalam berdiskusi, anak akan bertanya, dan anak akan yakin dengan jawaban ibunya sehingga anak akan mudah diarahan sang ibu. Sudahkah kita bersahabat dengan anak?

Kunci sukses menjadi ibu inspiratif

Perpaduan nilai-nilai ilahiah dan fitriah adalah kunci sukses menjadi ibu inspirasi. Seorang ibu telah diberikan rasa cinta yang mendalam pada anaknya. Cinta fitri ini jika tidak dibingkai dengan nilai-nilai ilahiah maka ia akan buas, karena ‘cinta itu buta’. Cinta sejati pada anak tidak melupakan kita pada sang penganugerah cinta itu yaitu Allah swt. Apa yang Allah inginkan pada Anak-anak kita? Taat padanya, berbakti pada kedua orang tuanya, memuliakan dirinya dengan akhlak dan kesantunan diri, meninggikan derajat dirinya dengan ilmu, meraih cinta Allah dengan tidak hanya sholat 5 waktu tapi juga sholat tahajjud dan sholat sunnah lainnya, menjaga keiffahan dirinya dengan bekerja dan tidak meminta-minta, menjaga kehormatan dirinya dengan berpakaian syar’i dan menjaga adab-adab pergaulan, bersegera menunaikan hak-hak orang lain yang ada pada dirinya dan hartanya, terketuk sanubarinya ketika melihat penderitaan orang lain dan bersegera menolongnya, tidak menghancurkan dan merusakkan dirinya dengan pornografi dan narkoba, tidak terlibat  pergaulan dan seks bebas, tidak terlibat tawuran dan pembunuhan, rela berkorban demi membela agama, nusa dan bangsa, dan sejumlah tuntutan lain . Tentu banyak sekali yang Allah inginkan dari anak kita, bagaimana kita dapat membimbing anak-anak kita jika waktu anak sudah dicuri untuk hal sia-sia, dicuri oleh games online, sinetron liar di televisi, dicuri oleh dunia maya dengan WA, FB, instagram, telegram, line, youtube porno, yang menyita waktu anak. Belajar dan beribadah jadi tidak asyik lagi bagi anak, hablum minallah dan hablumminannas menjadi hampa bagi anak yang sudah terkena ‘penyakit mental’ seperti di atas. Hilang konsep diri anak, anak tidak bisa mengontrol dirinya. Tidak mampu memutuskan dan bersikap bijak pada dirinya.

Fenomena tingginya penggunaan gadget oleh anak dapat kita lihat pada sajian Republika.co.id.london yang menyajikan hasil penelitian yang telah dipublikasikan uswitch.com dimana lebih dari seperempat anak-anak di seluruh dunia memiliki komputer genggam sebelum usia mereka genap 8 tahun.

Ahli komunikasi dari Uswitch.com Ernest Doku mengatakan “Sekitar dua juta anak dibawah delapan tahun telah memiliki tablet. Orang tua merasa khawatir lantaran anak-anak merasa tidak lengkap jika tidak memainkan gadget. Orang tua juga mulai cemas akan kehilangan kontrol akan apa yang dilihat, ditonton atau apa yang dimainkan anak melalui gadget yang digunakan”.

Berdasarkan hasil survey, satu dari tiga anak bahkan mulai menggunakan smartphone ketika berumur 3 tahun. Satu dari sepuluh anak menikmati gadget dalam usia yang lebih muda yakni dua tahun. Fenomena ini menunjukkan, jutaan anak mengalami kecanduan gadget. Peneliti mewawancara 571 orang tua yang memiliki anak usia dibawah 16 tahun. Para orang tua itu memandang kebiasaan hi-tech tersebut sebagai tanda telah terobsesi dengan teknologi. Seperempat responden menyatakan anak-anak mereka merasa’hilang’ tanpa adanya teknologi. Seperempat orang tua juga mengaku akan menghabiskan lebih banyak uang untuk alokasi gadget dibandingkan tahun lalu.

Doku mengatakan bahwa orang tua perlu mengawasi apa saja yang dimainkan anak melalui gadget. Karena penggunaan gadget yang berlebihan berpotensi mencekik pengeluaran lantaran banyaknya aplikasi game online yang berbayar alias tidak gratis. Raksasa teknologi Apple, pemilik merek iPad setidak telah mendapatkan 32,5 miliar poundsterling untuk pembelian aplikasi.

TUNTUTAN IBU DIERA DIGITAL

Menghadapi tantangan di atas maka menjadi ibu diera digital pada hari ini dituntut untuk:

  1. Membingkai dirinya dengan ketakwaan pada Allah swt. Menanamkan nilai-nilai keilahian pada dirinya, menginginkan anak yang cerdas spiritualnya maka ibu juga harus cerdas spiritualnya bahkan sebelum anak terlahir dari kandungannya, ala bisa karena biasa. Kita ketahui bahwa disamping kecerdasan majemuk yang ditemukan Howard Gardner juga ditemukan adanya kecerdasan spiritual oleh Danah zohar dan Ian Marshall. Pengembangannya sangat bergantung pada kemampuan orang tua dan ibu khususnya pada masa keemasan anak yaitu 4 tahun pertama. Proses pembentukan ketakwaan ini terus berlangsung dan sangat mengandalkan kejernihan hati sang ibu. Rasulullah saw bersabda, “Attaqwa ha huna” sambil menunjukkan ke dada nya. Hati yang telah tercelup dengan cahaya ilahi mampu memberikan sinar berarti bagi kehidupan sang anak. Menjadi pengikat batin antara ibu dan anak. Firman Allah yang menyebutkan bahwa hanya orang mukmin yang bersaudara dalam surat Al-Hujurat, harus menjadi perhatian bagi setiap ibu, karena ini juga berlaku untuk ikatan batin antara ibu dan anak, apalagi sdh menjadi fitrah bagi semua anak untuk mencintai ibunya, begitu juga sebaliknya ibu pada anaknya, tapi dengan ikatan taqwa ini akan mengekalkan ikatannya sampai ke akhirat nanti. Inilah impian keluarga muslim, bisa berkumpul kembali dengan keluarga kita di JannahNya.
  2. Mengoptimalkan ibadahnya kepada Allah Swt. Niat ikhlas seorang ibu dalam beribadah mampu memberikan bekas yang berarti pada anak ketika ibu memberi nasehat, menumbuhkan rasa cinta yang mendalam sang anak pada ibunya. Ibu yang dicintai oleh Allah setelah berkomunikasi dengan Allah dalam ibadahnya akan pula dicintai oleh anaknya disamping oleh seluruh penduduk bumi karena dalam hadist Rasulullah pernah mengatakan bahwa, jika seseorang telah dicintai Allah maka Malaikat akan disuruh oleh Allah untuk membisikkan pada manusia lain bahwa Allah mencintainya. dalam hadist riwayat muslim disebutkan bahwa “sesungguhnya jika Allah mencintai seorang hamba, maka Allah akan memanggil malaikat jibril. Allah akan berkata kepadanya, “sesungguhnya Aku mencintai si fulan, maka hendaklah Engkau juga mencintainya”. Maka jibrilpun akan mencintainya. Kemudian malaikat jibril akan berseru di langit dengan mengatakan, “Sesungguhnya Allah Swt mencintai si fulan, maka cintailah si fulan, kemudian penduduk bumi akan mencintainya”. Bagitu juga sebaliknya jika Allah murka pada seseorang. Semoga kita bisa menjaga ibadah kita sebagai salah satu modal menjadi ibu bijak yang menjadi inspirasi bagi anak kita.
  3. Meluangkan waktu terbaik untuk anak. Anak ketika terlahir kedua ini terus diberikan kemampuan belajar oleh Allah Swt, kemampuan adaptasi dengan lingkungan di mana ia berada. Berbagai teori belajar yang ditemukan oleh Ahli, ambil satu teori saja misalnya teori tabularasa ( anak bagai kertas putih, tergantung siapa yang mewarnainya). Ini menunjukkan bahwa anak sangat bergantung pada siapa yang mengajarinya dan menorehkan pengalaman kehidupan bagi dirinya. Siapkah kita sebagai orang tua meluangkan waktu kita untuk menemani anak kita belajar? Menemani berarti menuntut adanya waktu yang kita berikan pada anak kita. Tidak membiarkan anak kita sendiri dengan Gadget di tangannya. Tidak membiarkan anak kita sendiri di hadapan TV atau media lainnya.

Semoga semakin hari kita sebagai orang tua semakin bijak mensikapi pertumbuhan anak-anak kita. Senantiasa membekali diri dan menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, sehingga kita tahu efek positif dan negatif dari keajuan teknologi ini, dan biaa bersikap bijak dalam mensikapi penggunaan hi-tech bagi diri kita dan anak- anak kita.