IBU INSPIRATIF ‘SEBUAH TANTANGAN DI ERA DIGITAL’ (bag 1)

by -1818 Views

 

anak ibu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Menjadi ibu itu sebuah anugerah yang patut di syukuri. Ibu lah yang melahirkan generasi pewaris bumi ini, yang akan menjadi pengelola alam raya. Begitu anak lahir bahkan masih di kandungan sang ibu, Allah telah mencurahkan rasa cinta yang mendalam terhadap anak.

Rasa cinta Allah tanamkan ke dalam sanubari sang ibu sebagai salah satu bentuk kasih sayang Allah Swt pada hambanya, agar terjaga setiap jiwa yang terlahir di muka bumi ini. Lihatlah bagaimana induk ayam menjaga anak mereka, siapa saja yang mendekat akan di ‘sikat’ dengan mulutnya, jika terus mendekat maka akan di kejarnya. Bahkan seekor ular berbisa pun dilawannya, demi menjaga dan melindungi anaknya. Insting kasih sayang yang Allah berikan pada binatang telah menjadikan anak-anak mereka nyaman dan tenang. Apalagi manusia yang tidak hanya diberikan insting tapi juga kelengkapan otak sebagai alat olah fikir, hati yang selalu menuntun dirinya. Ditambah lagi fisik yang sempurna, “Laqad khalaqnal insana fii ahsana taqwim….sungguh Kami telah menciotakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” QS At-Tin ayat 5.

Allah telah memberikan modal yang cukup buat sang ibu untuk menuntun sang anak. Tepat sekali jika ibu dikatakan sebagai madrasah/sekolah utama bagi anak-anaknya, ‘Al-Ummu madrasatul Ula’. Pelajaran tentang kehidupan yang diberikan oleh ibu menjadi salah satu faktor sukses anak di masa depan.

Lihatlah bagaimana Muhammad Alfatih muda dalam usia 21 tahun berhasil menerobos konstantinopel , menaklukkan benua eropa. Keberhasilan ini adalah juga keberhasilan ibunya sehingga Islam kembali berjaya dalam kekhalifahan Usmaniyah. Keseriusan dan kesabaran sang ibu membuahkan hasil yang luar biasa bagi peradaban Islam, cerita heroik Muhammad Alfatih selalu menjadi buah bibir dari ibu-ibu yang selalu menjadi inspirasi bagi anak-anaknya. Muhammad Alfatih kecil dibekali dengan berbagai ilmu oleh ibu dan ayahnya, dipanggilkan guru-guru terbaik buat mewujudkan cita-cita menjadikan Muhammad Alfatih sebagai pemimpin/panglima perang terbaik, karena ia ingin merealisasikan apa yang pernah diucapkan Rasulullah bahwa “kota konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam, pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukannya berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (HR. Ahmad bin Hambal).

Perkataan Rasulullah tersebut selalu terngiang-ngiang di hati sang ibu ketika melihat Alfatih semakin sempurna ilmunya, penguasaannya terhadap berbagai ilmu yang telah dipelajarinya baik ilmu agama, ketentaraan, sains, matematika, dan penguasaan 6 bahasa membuat ibunya tenang. Doa yang ia panjatkan dalam ibadahnya pada Allah mengiringi usahanya menjadikan Muhammad Alfatih sebagai penerobos konstantinopel. Apa yang diinginkan ibunya terwujud dalam peristiwa 1453, dimana pasukan Islam yang dipimpin Muhammad Alfatih berhasil merebut kekuasaan itu dari tangan penguasa kuffar setelah mengepung selama sebulan benteng konstantinopel.

Subhanallah sang ibu pengukir sejarah itu menjadi inspirasi bagi kita semua yang juga di amanahi anak-anak. Usaha apa yang harus kita lakukan agar kita siap menjadi ibu inspiratif? Ibu yang menjadi sumber inspirasi bagi anak sehingga mampu mengukir sejarah kegemilangan itu kembali. Harus kita sadari bahwa saat ini kita masih diperangi oleh musuh-musuh Islam yang tidak menginginkan nilai Islam itu melekat pada diri anak kita dan ummat Islam pada umumnya. Lihatlah mereka melakukan pencucian otak anak-anak kita dengan perang pemikiran. Dibalik permainan yang dimainkan anak-anak kita itu yang bernama game online misalnya mereka pasangkan misi-misi merontokkan pemahaman anak haramnya melihat dan pamer aurat. Anak kita dibiasakan melihat sekitar wilayah dada, sekitar wilayah paha, bahkan adegan seks, kecup bibir dan adegan ranjang lainnya. Jika berjam-jam setiap hari mereka dibiasakan melihat itu, pasti otak anak kita akan luntur pemahaman tentang aurat yang diajarkan oleh guru dan kita sendiri, akan luntur pemahaman tentang seks yang islami. akankah anak kita terlindungi dari sikap islami lainnya jika  di otaknya yang ada sikap santai, selalu menjadi seperti anak kecil, ingin terus bermain, padahal fisiknya terus tumbuh dewasa sementara pertumbuhan otaknya tidak di barengi dengan pertumbuhan fisik dan mentalnya, bahkan otaknya rusuk oleh sajian pornografi yang bahaya nya lebih berbahaya dari kerusakan otak yang di akibatkan oleh narkoba. Nauzubillahi minzalik, akan jadi apa generasi yang begini???

Dr. Khasanah, S.Pd, M. Pd

Ketua komunitas Orang Tua Bijaksana.

Dosen UIA jakarta, Prodi Magister Teknologi pendidikan