PENGARUH IBU TERHADAP KESHOLEHAN ANAK

by -2211 Views

pengaruh-ibuBelajar dari kisah Nabi Ibrahim as dan Nabi Nuh as, akan kita dapati hikmah pentingnya seorang wanita mendidik diri agar menjadi shalehah, agar dapat melahirkan, dan mendidik anak-anaknya menjadi anak-anak yang shaleh dan shalehah.

KISAH NABI IBRAHIM dan KELUARGANYA

Nabi ibrahim mempunyai istri bernama Hajar, sebagaimana kita ketahui bahwa Hajar adalah seorang wanita shalehah yang ta’at pada Allah dan Ta’at kepada suami.  Sekian  lama menikah dengan Hajar, Nabi Ibrahim belum dikaruniai seorang anak pun. Setelah puluhan tahun kemudian Hajar hamil, kemudian lahirlah Ismail. Dalam sejarah diceritakan bahwa Allah memerintahkan Ibrahim membawa Hajar dan Ismail ke Mekah. Yang kemudian Hajar dan Ismail  diletakkan di daerah tandus, padang pasir yang sunyi dan terik matahari yang sangat menyengat  kulit.[1] Bagaimana perasaan seorang ibu dan ayah, sedih tentunya, namun karena ini perintah Allah segera dilaksanakan. Tentunya Ismail dan hajar punya keimanan yang sangat mendalam, jika bukan karena keimanan yang mendalam kepada Allah Swt, hal ini tentu akan sangat berat, tidak akan sanggup dikerjakan.

Sesampainya di Mekah Nabi Ibrahim meninggalkan Hajar dan anaknya Ismail di tengah padang pasir yang tandus. Sebelum meninggalkan hajar dan Ismail, Nabi Ibrahim berpesan kepada Hajar: “jangan pernah meninggalkan gurun pasir ini”. Ketika Nabi Ibrahim berbalik ingin meninggalkan Hajar dan anaknya Ismail, Hajar memanggil Nabi Ibrahim dan bertanya: “ kenapa Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail di tengah gurun pasir yang tandus, yang jauh dari tanda-tanda kehidupan”. Hajar bertanya, apakah ini perintah Allah? Nabi Ibrahim menjawab ini perintah Allah!!. Mendengar jawaban Nabi Ibrahim, bahwa itu perintah Allah. kemudian Hajar berkata, jika ini perintah Allah, tinggalkan kami disini, pergilah wahai Nabi Ibrahim. Allah yang memerintahkan, tuk meninggalkan kami disini, maka Allah pasti akan menjaganya.

Luar biasa tawakkalnya Hajar dan anaknya Ibrahim. Kemudian hajar berusaha mencari air, sudah dicari kemana-mana sampai kelelahan namun tidak di dapatkan. Ingin hajar mencari air keluar dari gurun, namun karena pesan Ibrahim: “jangan pernah keluar dari gurun ini”. Sementara itu Ismail sudah sangat kehausan, sambil menangis ismail menghentak-hentakkan kaki ke pasir, kemudian dengan izin Allah keluarlah air dari gurun pasir yang tandus tersebut, ditempat bekas hentakan kakinya Ismail. Yang dikemudian hari air yang keluar dari bekas hentakan kaki Ismail dikenal dengan sumur zamzam.

Ujian kedua Ibrahim datang ketika Ismail remaja, dimana ketika Ismail menginjak remaja datang perintah dari Allah untuk menyembelih Ismail. Bagi Ibrahim sebagai seorang ayah  ini adalah hal yang sangat sulit, ujian yang sangat berat. Harus menyembelih anak yang sangat disayang, sangat dicintai anak yang sangat lama ditunggu-tunggu oleh Ibrahim kelahirannya. Nabi Ibrahim bermimpi, Allah memerintahkan Ibrahim menyembelih Ismail. Nabi Ibrahim menyampaikan hal tersebut kepada Ismail. Ismail berkata: jika itu perintah Allah, laksanakan wahai ayah. Kemudian Nabi Ibrahim bermimpi hal yang sama, Nabi Ibrahim menyampaikan kembali perihal mimpinya kepada Ismail. Ismail menjawab yang sama: jika itu perintah Allah, laksanakan wahai Ayah. Untuk ketiga kalinya Nabi Ibrahim bermimpi hal sama bahwa Allah memerintahkannya menyembelih Nabi Ismail. Nabi Ibrahim menyampaikan kembali kepada Nabi Ismail, perihal mimpinya. Dengan jawaban yang sama Nabi Ismail mengatakan jika ini perintah Allah, laksanakan wahai ayah.

KISAH NABI NUH dan KELUARGANYA 

Kita tinggalkan sejenak kisah Ibrahim, hajar  dan ismail. Kita beralih melihat kisah Nabu Nuh. Nabi Nuh adalah Nabi keempat sesudah Adam. Nabi Nuh memiliki istri dan anaknya bernama Kan’an.[2]  Sebagaimana kita ketahui bahwa istrinya Nabi Nuh adalah seorang wanita yang ingkar kepada Allah, dan tidak patuh kepada suami. Hal ini dapat ita lihat dalam firman Allah surat at-tahrim ayat 10  yang artinya: “ Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang kafir, istri Nuh dan istri Lut. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang shaleh diantara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, tetapi kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada kedua istri itu), “masuklah kamu berdua keneraka bersama orang-rang yang masuk ke neraka).”

Setelah dakwah Nabi Nuh menemui jalan buntu, orang-orang tidak mau mendengar dan tidak mau mempercayai apa yag disampaikan oleh Nuh, termasuk istri dan anaknya juga tidak mau mendengarkannya, bahkan mereka mengancam akan merajam Nabi Nuh, datanglah perintah Allah kepada Nuh  untuk membuat sebuah bahtera (perahu).

Setelah selesai bahtera tersebut dibuat oleh Nabi Nuh, datanglah perintah Allah yang menyuruh Nabi Nuh dan pengikutnya untuk menaiki bahtera atau perahu yang telah mereka buat tersebut, dengan membawa sebagian hewan-hewan yang berpasangan. Tidak lama kemudian turunlah hujan yang sangat lebat yang tidak seperti biasanya. Hingga rumah-rumah tergenang air, terjadi banjir yang sangat besar.  Ibrahim dan kaumnya sudah naik ke dalam bahtera, dari kejauhan ibrahim melihat anaknya sedang berusaha lari mencari tempat yang lebih tinggi menghindari banjir besar tersebut. Nuh memanggil anaknya Kan’an, agar naik ke dalam bahtera, namun dengan sombong Kan’an menolak, ia berkata: ia akan naik ke tempat yang lebih tinggi yaitu gunung-gunung. Nuh mengattakan kepada anaknya hari ini tidak ada yang bisa menyelamatkan dirimu kecuali Allah. Namun Kan’an tetap tidak percaya. Lalu nabi nuh meminta kepada Allah untuk menyelamatkan anaknya kan’an, Allah menolak menyelamatkan Kan’an karena kan’an adalah anak yang durhaka yang tidak mau mendengar apa yang dikatakan ayahnya. Hingga akhirnya Kan’an tenggelam.

Pelajaran Dari kisah Ismail dan Kan’an . 

Nabi  Ismail dengan ibunya Hajar.
Kita bisa melihat bagaimana kesabaran  Nabi Ismail ketika Allah perintahkan untuk dibawa ke Mekah diletakkan ditempat yang tandus, kering dan panas, sangat menyiksa. Kemudian kita lihat kesabaran, kata’atan Ismail  ketika Allah  memerintahkan Nabi Ibrahim ayahnya ismail, utuk menyembelih ismail. Perintah yang jika dilogikakan dengan akal sehat, tidak sanggup kita pikir. Anak yang dengan susah payah di rawat, dibesarkan, didik, kemudian disuruh sembelih. Untuk orang biasa ini perintah yang sangat sulit dikerjakan. Namun apa yang kita dengar dari cerita sejarah, bahwa Ismail mengatakan kepada ayahnya Ibrahim, “wahai ayah jika ini perintah dari Allah, maka Laksanakan wahai ayah”.  Kemudian Nabi ibrahim bermimpi lagi yang sama untuk menyembelih Ismail, Ibrahim menyampaikan kepada Ismail, Ismail berkata yang sama “wahai ayah jika ini perintah dari Allah, maka Laksanakan wahai ayah”. Kemudian Ibrahim bermimpi yang sama untuk ketiga kali, mimpi yang memerintahkan menyembelih anaknya Ismail. Ibrahim menyampaikan hal yang sama kepada Ismail, kata yang sama juga keluar dari mulut Ismail. “wahai ayah jika ini perintah dari Allah, maka Laksanakan wahai ayah”

Akhirnya dengan keimanan yang sangat kepada Allah, Ibrahim melaksanakan perintah Allah menyembelih Ismail.  Bagaimana kita melihat Kesholehannya ismail, keta’atannya kepada perintah Allah, dan orang tuanya meski yang diperintahkan akan  menyakiti, mendholimi, bahkan bisa menyebabkan ismail terbunuh, dan meninggal. Keimanan ini tentunya adalah hasil didikan ibundanya Ismail yaitu Hajar. Dari sini kita bisa melihat dari seorang ibu yang shaleh, akan lahir anak yang shaleh, dari seorang ibu yang ta’at kepada Allah akan melahirkan anak-anak yang juga ta’at kepada Allah.

Kan’an dengan Ibunya
Berbeda dengan Kan’an yang ibunya kafir,  tidak ta’at kepada Allah juga tidak ta’at kepada suami. Nuh memerintahkan agar anaknya Kan’an naik ke dalam bahtera atau perahu  yang telah dibuat oleh ayahnya yaitu nabi Nuh, agar ia selamat tidak tenggelam oleh banjir besar. Namun dengan sombong Kan’an menolak dan dia mengatakan dia akan pergi ke tempat yang tinggi, ke gunung yang tidak mungkin banjir itu sampai ke gunung yang di maksud. Namun takdir Allah Swt, Kan’an tenggelam meski dia naik ke gunung yang sangat tinggi.  Kekafiran kan’an tentu tidak terlepas dari didikan ibunya, yang kafir. Sehingga kekafiran ibunya menjadikan Kan’an juga kafir, ketidak ta’atan ibunya kepada Allah Swt, menjadikan Kan’an juga ingkar kepada Allah.

Kesimpulan
Dengan demikian belajar dari kisah di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa dari seorang ibu yang shaleh akan lahir anak-anak yang shaleh dan shalehah. sebaliknya dari seorang ibu yang tidak shaleh akan lahir anak-anak yang tidak shaleh juga.

Demikian pentingnya seorang wanita mendidik diri agar menjadi shalehah, agar dapat melahirkan, dan mendidik ank-anaknya menjadi anak-anak yang shaleh dan shalehah. Ibu adalah cermin bagi anak-anaknya, ketika anak berbuat kesalahan, maka yang harus dievaluasi terlebih dahulu adalah ibunya, kemudian ayahnya, baru kemudian guru dan lingkungan yang membesarkannya. Hak  seorang anak pada ayahnya adalah memilihkan ibu yang shalehah untuknya. Moga Allah senantiasa memberi petunjuk kepada kita semua.

ainal-mardiyaPenulis : Ainal Mardhiah, S.Ag, M.Ag
Dosen tetap pada Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI)
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh

[1] Burhan Rahimsyah, kisah teladan 25 nabi dan Rasul. Surabaya: Amelia,tt, hal. 45

[2] Burhan Rahimsyah, kisah teladan 25 nabi dan Rasul. Surabaya: Amelia,tt, hal Hal. 23