‘Saving Doa’, Menuntun Anak-Anak Kita

by -5203 Views

saving-doa

“Siapa yang ingin doanya dikabulkan Allah Swt dalam bahaya dan kesusahan, hendaklah ia banyak berdoa dalam kelapangan” (HR Turmuzi), Hadist yang disampaikan oleh Rasululah tersebut mengajak kita untuk perbanyak memohon kepada Allah, perbanyak harapan dan keinginan terhadap anak kita, meskipun saat ini anak kita belum membutuhkannya. Ketika anak masih usia balita tapi kita sudah rajin berdoa untuk masa depan anak, agar ia menjadi “qurrata ‘a’yun” penyejuk mata kita dan kelak menjadi pemimpin bagi orang mukmin, “Rabbana hablana min azwajina wazurriyyatina qurrata a’yun, waj ‘alna lilmuttaqiina imama, Ya Tuhan kami anugerahkanlah pada kami dari istri (suami) dan anak-anak kami menjadi penyejuk mata kami, dan jadikanlah kami (istri/suami dan anak anak) menjadi pemimpin bagi orang-orang yang beriman”.

Berharap agar anak kita selalu bersama dengan komunitas yang baik bahkan dia menjadi pemimpin dalam komunitas di mana ia berada. Kepemimpinan yang akan membawa pengaruh kebaikan yang lebih besar, mewarnai komunitasnya dengan kebaikan-kebaikan yang telah dibingkai oleh orangtuanya semenjak kecil melalui tangan orang tua sendiri atau orang-orang yang mencinta anak-anak kita. Berharap agar anak bisa menjadi cahaya bagi orang-orang yang berada di sekelilingnya. Bagaimana Nabi Sulaiman menggunakan kekuasaannya untuk berdakwah pada orang di sekelilingnya bahkan pada Ratu Saba yang nun jauh di sana. Doa orang tua dan dirinya sendiri  telah menuntun Nabi Sulaiman As menjadi penguasa yang tidak ada tandingannya, semua makhluk ditundukkan Allah untuknya demi melaksanakan niat sucinya untuk menebar kebaikan pada sekelilingnya, inilah doa itu: “Ya Tuhan Kami ampunilah aku dan anugerahkanlah padaku kerajaan yang tidak dipunyai oleh seseorangpun sesudahku” (Qs. As-Shaad ayat 35). Orang tua dan anak senantiasa bersama-sama meminta pada Allah, karena itu orang tua pun harus menggiring anak agar senantiasa memanjatkan doa buat dirinya untuk masa depannya. Seperti halnya yang dilakukan oleh Nabi Sulaiman tersebut.

Harapan besar doa akan dikabulkan

Doa yang dipanjatkan ibu/ayah boleh jadi beberapa tahun kedepan baru terwujud, tapi sang ibu/ayah selalu melantunkan doa tersebut usai sholat atau ketika melihat sang anak dalam pangkuannya. Doanya begitu penuh harap sampai meneteskan air mata bahkan air mata itu mengena sang anak yang dalam pangkuannya, setelah berdoa dipeluknya sang anak dengan penuh harap pada Sang Penganugerah anak tersebut. Pasti sang khaliq akan mengabulkan setiap doa hambaNya yang dilantunkan dengan penuh harap, dengan keikhlasan dan ketundukan di hadapan Sang Pengabul doa. Sebagiamana rasul bersabda: “jika salah seorang di antara kamu berdoa maka hendaklah ia menunjukkan besarnya keinginan buat memperolehnya, karena tidak ada satupun yang dianggap besar oleh Allah SWT” diriwayatkan oleh Abu úwanah dan Ibnu Hibban.

Anugerah cinta suci sang ibu pada anak, akan menjadikan sang ibu selalu berharap kebaikan yang banyak bagi anaknya, sekarang dan di masa yang akan datang, ketika dia masih hidup atau sudah meninggalkan dunia ini, di dunia maupun di akhirat. Apa yang akan terjadi pada anaknya di masa yang akan datang tidaklah ada yang mengetahuinya, itu adalah rahasia Sang Pencipta. Pantaskah kalau begitu kita memperbanyak ‘saving doa’ atau simpanan doa untuk anak-anak kita? Anak adalah amanah yaitu titipan Allah pada kita, sewaktu-waktu dia bisa lepas dari tangan kita, bahkan bisa tidak akan kembali lagi karena ia kembali pada pemilikNya. Akankah kita mampu menghalangiNya ketika dia mengambinya dari tangan kita? Atau mampukah sang anak menghalangi ibu/ayahnya ketika dia akan pergi selama-lamanya? Keterbatasan-keterbatasan yang kita miliki inilah yang memotivasi kita untuk senantiasa mendoakan anak-anak kita, juga sebaliknya anak pada orang tuanya. Anak yang sholeh senantiasa mendoakan orang tua nya sekalipun orang tuanya sudah tidak bersamanya, ”Ya Allah ampunilah dosa/kesalahan orang tuaku dan kasihanilah keduanya sebagimana ia telah mengasihaniku di waktu kecil”.

Saving doa orang tua menjaga harta buat turunan mereka

Kisah nyata yang dipaparkan Allah SWT dalam al-Quran pada surat Al-Kahfi ayat 77, yaitu Allah mencukupkan dan menjaga harta orang tua yang sholeh buat anak-anak mereka sekalipun ia telah meninggalkan dunia ini. Dalam ayat tersebut Khidir memerintahkan Musa untuk membangun tembok rumah yang telah mulai roboh itu, sekalipun Musa AS bingung karena penduduk kampung tempat mereka singgah itu, sangat tidak bersahabat dengan mereka tapi tetap Ia mengerjakan perintah guru itu, karena ia telah berjanji akan setia dengan gurunya. Musa protes dengan mengatakan “Jika engkau mau, maka engkau dapat meminta imbalan untuk itu”. Keraguan Musa tersebut ternyata dijawab oleh Khidir dalam perpisahan mereka : “dan adapun dinding rumah itu adalah milik dua anak yatim di kota itu, yang di bawahnya tersimpan harta bagi mereka berdua, dan ayahnya seorang yang sholeh, maka Tuhanmu menghendaki agar keduanya sampai dewasa dan keduanya mengeluarkan simpanannya, sebagai rahmat dari Tuhanmu. Apa yang ku perbuat bukan atas kemauanku sendiri. Itulah keterangan perbuatan-perbuatan yang engkau tidak sabar terhadapnya” (QS. 18: 82).

Hidayah ini milik Allah diberikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki, harta anak yatim yang ditinggalkan orang tuanya itu di jaga oleh Allah dengan menggerakkan hati Khidir untuk kembali membangun rumah yang telah mulai roboh tersebut, karena di dalamnya ada harta  yang diperuntukkan orang tuanya buat anak mereka. Doa dari orang tua yang shaleh tersebut terkabulkan sekalipun dia sudah meninggalkan dunia ini, Maha Kuasa Allah SWT sang Pemelihara itu. Semua doa orang tua pada anak itu didengarkan oleh Allah swt, dan Allah akan mengabulkan doa tersebut saat anak membutuhkannya, baik itu kebutuhan lahir atau batinnya sebagimana yang diharapkan para orang tua dalam doa-doa mereka.

Saving doa akan menjaga anak dalam ketaatan

Doa Nabi Ibrahim pada anak  turunannya agar mereka senantiasa tunduk dalam ketaatan, selalu melaksakan shalat dikabulkan Allah sekalipun Ibrahim telah meninggalkan dunia ini, lantunan doa Ibrahim As ini diabadikan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim: 40 “rabij’alni muqiimasshalati, waminzurriyyati, rabbana wataqabbal dua” Jadikanlah aku dan turunanku menegakkan shalat, wahai Tuhan yang mengabulkan doa.

Doa Nabi Ibrahim tersebut telah menjadikan anak turunannya sampai hari ini ingin selalu dapat melaksanakan shalat bahkan di tempat Ia dan anaknya Ismail membangun Ka’bah yaitu di kota Mekkah, berduyun duyun pengikutnya berdatangan setiap musim Haji dan diluar musim haji. Kebingungan pemerintah Indonesia mengelola keinginan anak turun Ibrahim ini, menjadikan pemerintah harus membuat no antrian sampai dengan 20 tahun kedepan baru boleh berangkat ke kota Mekkah itu. Maha Suci Allah yang senantiasa mendengarkan doa hambaNya itu.

Saving doa orang tua menjaga anak terhindar dari berbagai kejahatan

Saving doa kita pun pada anak-anak kita akan menjaga anak-anak kita terhindar dari kejahatan yang ada di sekeliling mereka, yang bentuk kejahatan itu bermacam-macam bentuknya, karena rekayasa kejahatan itu terus berlangsung sepanjang masa. Nabi Luth yang telah dilanda ujian besar dimana pengikutnya melakukan kejahatan homoseksual, sekalipun beliau sudah mengingatkannya,tetap saja mereka keranjingan melakukan hubungan sejenis itu. Beliau bahkan tidak mampu membendung istrinya untuk melakukan perbuatan tercela tersebut, tapi Nabi Luth terus meminta Pada Allah dengan penuh iba pada sang Khaliq dengan lantuanan doanya pada Surat As-Syuara ayat 169: “Ya Tuhan kami, selamatkanlah diriku beserta keluargaku dari (akibat) yang mereka kerjakan”.

Sedemikian dahsyatnya kejahatan homoseksual itu sehingga keluarga Sang Nabi pun tertularkan penyakit nista ini, dahsyat sekali kejahatan ini. Kalau bukan karena rahmat Allah maka tiadalah mampu kita mencegahnya. Nabi Luth diberikan keselamatan oleh Allah, namun keluarganya tidak. Oleh karena itu senantiasalah kita tawakal dan pasrah pada Allah dalam kita memanjatkan Doa itu. Allah berhak mengabulkan dan menolak doa itu. Nabi Nuh As pun tidak bisa memberi hidayah pada anak istrinya, mereka tidak mau ikut bersama Nuh sekalipun air bah telah ada di hadapan anak istrinya, mereka tetap tidak yakin dengan ayahnya bahwa ia seorang Nabi, tetap tidak mau anak istrinya beriman pada Allah SWT. Nyaris sekali padahal hidayah itu sudah di hadapan matanya. Hal ini mengingatkan kita bahwa tidaklah boleh ada kesombongan sedikitpun dalam hati kita ketika melihat doa kita diperkenankan oleh Allah Swt. Karena sesungguhnya anak kita adalah amanahNya.

Kejahatan telah menyerbu anak-anak kita, mereka selalu berada di sekitar anak-anak kita, kejahatan itu bisa setiap saat menimpa anak kita, lihatlah betapa kejahatan seksual yang menimpa Yuyun dan yang lainnya dalam kasus serupa, kejahatan narkoba yang direkayasa dengan bungkusan permen, sehingga tanpa sadar anak kita kecanduan, kejahatan pornografi dan pornoaksi oleh media online yang ditayangkan lewat games online yang dimainkan oleh anak-anak di lingkungan kita berada. Kejahatan itu akan menular pada anak anak lain manakala tidak ada antisipasi dan doa dari para orang tua yang sadar akan bahaya itu.

Tidak hanya sekedar doa

Apapun harapan orang tua pada anak, Allah itu tahu. Allah tidak tidur dan tidak pula mengantuk, Allah melihat setiap gerak gerik kita dalam mendidik dan mengarahkan anak kita, sudahkan kita mengarahkan anak kita sesuai dengan harapan kita dalam doa kita? Usaha orang tua haruslah optimal, tidak cukup dengan doa saja. Allah tidak akan merubah nasib hambaNya sebelum hamba itu berusaha mengubah dirinya sendiri. Anak yang telah terlanjur bergelimang dengan kemaksiatan dan kejahatan akan mampu kembali pada kebenaran manakala ada sikap-sikap positif dari orang tua yang menggiring anak itu untuk meninggalkan kejahatan itu. Menghidupkan dialog dengan anak, sehingga kita tahu mengapa anak melakukan kejahatan tersebut, orang tuapun tahu sikap apa yang harus segera dilakukannya demi menghindari anak dari terus melakukan kejahatan tersebut. Orang tua berusaha menjadi teman bagi anaknya. Berusaha dekat dengan anak dan senantiasa dekat dengan Allah sehingga doa itu selalu mengalir untuk putra putri kita.

Rabbana wataqabbal du’a

hasanahPenulis :
DR. Khasanah Razali
(Dept Pendidikan PP Salimah)
prestasiibu.blogspot.co.id