Wasiat Nabi Ibrahim As

by -1968 Views

wasiat

Dunia selalu menghampiri siapapun yang menghendaki. Menikmati fasilitas di dunia ini boleh, asal tidak berlebihan dan terlalaikan. Jika kelalaian menyelinap, berlebihan menyusup, waspada dan segera ingat bahwa ia hanyalah sementara. Meski tampak memukau pandangan, menyenangkan pikiran, menambah selera dan mengasyikkan pendengaran. Hati tetap setia memberi tanda sinyal peringatan.

Setiap orang tua bercita-cita tentang masa depan putra-putrinya, berharap kebahagiaan bagi mereka di dunia, tanpa melupakan kebahagiaan di akhirat. Tak hanya orang tua di masa kini, namun sejak dahulu kala. Belajar dari orang tua pilihan Allah Ta’ala, Ibrahim ‘alaihissalam. Dari sepenggal dialog terakhir dari kehidupan bapak para Nabi kepada anak-anaknya, semoga menjadi sumber inspirasi yang selalu lekat dalam ingatan dan hati, kemudian meneladaninya.

(Ingatlah) ketika Tuhan berfirman kepadanya (Ibrahim), “Berserah dirilah!” Dia menjawab, “Aku berserah diri kepada Tuhan seluruh alam. Dan Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub, “Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim. Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Yakub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, ”Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Mahaesa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya.” (Qs. Al Baqarah : 131-133)

Suatu dialog yang mengajarkan urgensi ‘Islam’ sebagai satu-satunya agama yang wajib dipatuhi oleh keturunannya. Wasiat yang terus terwariskan mulai dari Ibrahim as kepada Ishaq as. Perkataan yang sama disampaikan pula kepada cucu Ibrahim, Ya’qub as juga kepada keturunan selanjutnya sampai kapan saja. Wasiat hakiki yang mengandung kebenaran. Wasiat sepanjang masa bagi setiap orang tua yang mengharapkan kebaikan bagi keturunannya. Yakni pesan agar menetapi agama yang lurus, menjadikan hidup penuh makna dan memperjelas tujuan hidup bagi manusia, yakni menyembah Allah Swt semata.

Hanya Islam sebagai agama yang berhak diikuti, “Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam…” (Qs. Ali Imran : 19). Satu-satunya agama yang benar di hadapan Dzat Yang Mahamenciptakan manusia, alam semesta dan segala isinya. Mencukupi kehidupan di langit dan di bumi, kini dan nanti. Kekuasaan-Nya yang terbentang di jagat raya sebagai petunjuk bahwa hanya Ia yang patut dipuji.

Islam agama Allah Ta’ala, agama semua nabi menyeru umat kepadanya. Di mana seluruh umat Islam berkewajiban untuk memperteguh keIslamannya, dengan mempelajari yang benar melalui sumber kebenaran, yakni al Qur’an, sebagai Kitab Suci yang diajarkan oleh Yang Mahabenar. Bukan berpedoman pada sikap, perkataan dan perilaku orang (pemeluknya) yang belum tentu benar dan tidak terjamin kebenarannya, kecuali yang maksum, Muhammad Shollallohu ‘alaihi wasallam.

Sampai kapanpun, ada saatnya dunia akan mempertontonkan adanya oknum dari umat Islam yang mengatasnamakan ‘Islam’ justru berlaku tidak senonoh dan mengelabui umat melalui perkataan, persekutuan, pakaian, jabatan, kedudukan dan tampilan lainnya untuk mengeruk keuntungan duniawi dan kepentingan sesaat. Banyak dari umat Islam yang belum mempelajari Al Qur’an, terkecoh oleh oknum tertentu, sehingga banyak bermunculan kekecewaan pada umat sebagai akibat dari ketidaktahuannya akan mana yang benar-benar Benar (Al Qur’an), sungguh ironis.

Menjaga kepercayaan umat Islam dan generasi mendatang tampaknya tidak ada cara lain, kecuali mengembalikan semangat ingin tahu dan kecintaan mereka terhadap Al Qur’an. Agar umat ini hanya mempercayai Kekuatan dan Kekuasaan-Nya, menyandarkan hidup dan hanya berharap kepada-Nya. Demikian halnya dalam mengadukan persoalan, memohon pertolongan dan meminta apapun hajat hidup ini. Hanya Ia yang bisa memberi, mencukupi kebutuhan dan menjawab do’a serta permohonan setiap hamba-Nya. “Dan siapa yang mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat termasuk orang yang rugi.” (Qs. Ali Imran : 85)

Iman dan Islam menjadi benteng pertama dan utama yang ditanamkan pada anak sejak belia. Memperkenalkan Allah Swt sebagai Dzat Yang Mahamenciptakan dan Mahabenar. Memperkuat iman dan islam dengan mempelajari Al Qur’an dan As Sunnah sebagai bekal mengarungi kehidupan fana, agar tidak terlena dengan godaan, cobaan, hambatan yang sulit, beban yang berat, perlawanan yang keras, tipu daya yang licik dan penderitaan yang nyaris di luar kemampuan manusia. Melalui do’a yang terus dipanjatkan, agar Ia selalu menjaga keturunan kita tetap dalam Iman dan Islam sebagai benteng pertama, terus diasah agar menjadi kokoh. Sehingga bisa menjadi benteng terakhir yang terwariskan pada anak cucu kita.

ketum-2Penulis : Siti Faizah,
Ketua Umum PP Salimah