Belajar dari Hud hud

by -14047 Views

Burung Hud-hud sudah tersohor sejak kenabian Sulaiman ‘alaihissalam, raja sekaligus utusan Allah Ta’ala yang diberikan kemampuan untuk memahami bahasa burung dan menaklukkannya untuk memperkuat bala tentara dan kekuatan dakwahnya. Kisah burung ini unik dan heroik, patut menjadi ibroh bagi manusia sepanjang zaman. Cerita tersebut diabadikan-Nya dalam al Qur’an, Surah An-Naml ayat 22 sampai 23.

“Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata, “Mengapa aku tidak melihat hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir. Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras, atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang.”Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata, “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba, suatu berita penting yang diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai seorang perempuan yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar.”

Nama hud hud berasal dari bahasa arab, orang arab telah mangenal dan menamai burung tersebut sejak zaman dahulu kala. Di Indonesia dikenal dengan nama hupo tunggal, dapat dijumpai di hutan-hutan Sumatera dan Kalimantan. Burung ini memiliki jambul panjang di kepalanya, warna kepala hingga punggung coklat muda, sedangkan sayap dan ekor putih bergaris hitam. Termasuk burung yang cukup langka di Indonesia. Persebaran burung ini meliputi Afrika, Eropa, dan Asia.

Sebagaimana Allah Ta’ala menciptakan setiap mahluk dengan perbedaan bentuk, tabiat, potensi, tugas, tujuan dan lainnya. Burung yang dalam Bahasa Inggris disebut ‘hoopoe’ ini, merupakan burung diurnal, yakni aktif di siang hari, mencari makan serangga-serangga kecil, seperti ulat, belalang, dan kumbang. Hal ini memperlihatkan sosok burung yang suka berkelana, aktif dan dinamis.

Dinamai ‘hupo’, karena suaranya yang terdengar tidak indah, seperti ‘huuf huuf huuf’. Biasa bersarang di lubang-lubang pohon, bekas sarang hewan lain. Sungguh memperlihatkan sisi fleksibilitas hidupnya.  Terkandung pula makna tanggungjawab yang besar, saat hupo dewasa akan menjaga dan memberi makan anaknya hingga cukup dewasa dan bisa mencari makan sendiri.

Sayyid Quthb menyebutkan bahwa hud-hud yang menakjubkan ini bukan sembarang burung yang bertebaran di mana-mana, namun salah satu kepala pasukan jenis burung di zaman Nabi Sulaiman ini khusus, sebagai bentuk mukjizat luar biasa. Karena memiliki nalar, kecerdasan, iman, kepiawaian dalam menyampaikan berita, memiliki kesadaran terhadap watak posisinya dan membuat isyarat yang cerdas.

Nampak ‘sense of belonging’ yang baik terhadap misi dakwah yang diembannya, dibalik kemampuan yang Allah Ta’ala anugerahkan, berupa kemampuan terbang sangat jauh dari Palestina menuju Yaman kemudian kembali ke negeri asal. Ilmuwan yang pernah menelitinya menyebutkan bahwa mereka mampu terbang sampai melewati puluhan negara sekalipun. Terlihat memiliki loyalitas tinggi dan disiplin, semangat memberi dan berkorban.

Dengan kemampuannya, hud-hud menyadari tanggung jawab akan tugas dan misi yang diembannya dengan baik, yakni memberikan dukungan dan loyalitas terhadap AllahTa’ala dengan membantu tugas berdakwah Nabi Sulaiman di jalan-Nya, “Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah… “ (Qs. An Naml : 24-26)

Menyadari posisi dan peluang dakwah yang bisa dilakukan sebagai salah satu tentara dan tugas sebagai mahluk Allah Ta’ala, Hud-hud memperlihatkan kreatifitas dakwah dan mampu berinisiatif, tatkala melihat Ratu Balqis dan rakyatnya menyembah matahari, bukan mengabdi kepada Allah Ta’ala semata. Pengorbanan seekor burung yang absen tatkala apel siaga di pagi itu, menjadi bukti sejarah ketaatan mahluk terhadap Sang Pencipta dan Nabi-Nya. Menjadi prestasi di balik lelah dan letihnya dan mengukir prestasi di hadapan-Nya.

Hupo juga memiliki metode perlindungan diri yang unik, melumuri bulu tubuhnya dengan cairan berbau busuk yang dikeluarkan dari sekitar kloaka (dubur) ke arah mata untuk mengusir pemangsa atau hewan pengganggu. Diantara keberkahan hidup mereka tatkala mau terlibat dalam dakwah, termasuk spesies burung yang jarang ditangkap manusia, baik untuk dimakan maupun sebagai hewan peliharaan. Sungguh keberkahan bagi orang-orang yang beriman tatkala ia sadar akan tugas dakwah dan mau belajar meski kepada seekor burung hud-hud.

By. Siti Faizah
29/1/2017