Berlindung dari Syirik

by -6360 Views

 

Syirik merupakan kemaksiatan dan kezholiman terbesar kepada Allah Ta’ala. Bisa dalam bentuk ucapan dan perbuatan menduakan Allah Ta’ala dengan apapun dan siapapun. Ketika tersirat tujuan dan perilaku hidup seseorang, berupa benda, harta, tahta, manusia semata dan melupakan Allah, maka boleh jadi terperosok ke dalam syirik. Manusia diperbolehkan mencari nafkah, menikmati harta di dunia ini, bersenang-senang dan berkelana sebagai sarana untuk beribadah dan ketaatan kepada-Nya.

Pelaku syirik disebut musyrik. Perilaku syirik ini sangat dibenci oleh Allah Ta’ala, bahkan menjadi dosa besar yang tidak terampuni, kecuali bertaubat sebelum kematian tiba. Ia berkehendak bahwa tujuan penciptaan manusia dan jin tidak lain untuk menyembah-Nya semata, Dzat satu-satunya yang Mahamenciptakan.

Syirik seringkali disebabkan oleh kekaguman seseorang kepada sesama manusia, bisa dalam bentuk suara, gaya bicara, gaya kepemimpinan, kecantikan, pemikiran, hasil penemuan, kepandaian, kehebatan, kelihaian, ketenaran dan masih banyak lagi. Sikap menduakan bisa pula muncul karena ketakutan dan kepercayaan yang berlebihan terhadap seseorang atau benda yang tidak mendasar, akibat ketidaktahuan, kekerdilan, kelemahan, keterbatasan ilmu dan pengetahuan seseorang akan peluang yang sama, bahwa setiap mahluk bisa langsung berkomunikasi dan memohon kepada Allah Ta’ala. Masih banyak hal-hal yang membuat seseorang berlaku syirik yang dapat menghambat kemajuan dan kejayaan.

Dalam Al Qur’an Surah Fush-shilat, ayat 37, Allah Ta’ala menyampaikan bahwa “Dan sebagian dari tanda-tanda kebesaran-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari, dan jangan (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika kalian hanya menyembah kepada-Nya”.

Pergantian siang dan malam, terbit dan terbenam matahari serta bulan yang penuh keteraturan ini hanya salah satu tanda bagi kekuasaan Allah semata. Jangan sampai kekaguman seseorang terhadap sesama atau pada benda ciptaan-Nya melupakan hakekat Yang Mahamenciptakan, kemudian menduakan-Nya. Dibalik kehebatan seseorang atau benda tertentu, Allah Ta’ala hanya ingin memperkenalkan kehebatan Dzat-Nya dan Kemahakuasaan-Nya.

Syirik dilarang dan sangat dibenci Allah Ta’ala, menurut Ali Muhammad Ash Shalabi dalam Fikih Tamkin menyebutkan lima pengaruh buruk syirik. Pertama, mematikan cahaya fitrah. Setiap ciptaan-Nya memiliki fitrah yang telah ditetapkan-Nya. Saat manusia menyalahi ketentuan fitrah, maka ia tidak bisa lagi membedakan antara baik dan buruk. Standar baik dan buruknya sesuai hawa nafsu atau keinginan dirinya. Hal ini yang menyebabkan seseorang tidak mendapatkan petunjuk-Nya, sehingga berperilaku menyimpang, sesat dan tidak jelas arah hidup dan tujuannya. Sebab hanya Ia yang bisa memberi cahaya dan petunjuk kepada mahluk-Nya (QS. Annur : 40).

Kedua, pengaruh syirik bisa menghancurkan nilai-nilai mulia dalam jiwa. Ketika Allah Ta’ala tidak lagi menjadi satu-satunya tujuan hidup, menjadi sirna kearifan dan kemuliaan pada diri. Mudah runtuh dan terjerembab ke dalam perilaku nista, hina, amoral, tidak bertanggungjawab dan tidak senonoh. Visi hidupnya pendek, merasa cukup dengan kenikmatan dunia, mudah patah semangat dan tidak berpikir untuk kepentingan akhirat (Qs. Alhajj : 31)

Ketiga, akibat perbuatan syirik bisa meruntuhkan harga diri dan membuat seseorang menghamba pada sesuatu yang hina dan sementara. Terkesan seakan benar dan baik, ketika seseorang menyembah manusia dan meminta hukum darinya. Maka tidak ada yang tepat dan benar selain berhukum pada hukum Allah Ta’ala. Manusia dan kekuasaannya, ketenarannya, kekayaannya, kehebatannya hanyalah sementara dan sangat terbatas. Yang abadi hanya Allah Ta’ala, tidak bergantung kepada apapun dan siapapun. Justru Ia tempat bergantung (Qs. Al munafiqun : 8)

Keempat, ketika seseorang menduakan Allah Ta’ala dengan selain-Nya, maka akan tercerai-berai dan tercabik-cabik kesatuan jiwanya. Bisa dibayangkan bagaimana saat manusia sholat, ia menyembah kepada satu Tuhan. Sementara ketika ia bekerja, berdagang, berjual beli, berkuasa, memimpin dan mencari rizki menghalalkan segala cara, mengambil keuntungan dengan cara riba, menipu, berbohong dan melanggar aturan-Nya. Hal ini dapat menjadikan jiwa seseorang tercabik-cabik, karena hendak memenuhi berbagai tuntutan yang berbeda-beda, bahkan saling bertentangan satu dengan yang lain. Hal ini menyebabkan seseorang kehilangan rasa aman, tenteram dalam dirinya, sebelum kehilangan jati dirinya (Qs. Azzumar : 29)

Tanpa disadari terkadang ada rasa bangga dan cukup dengan kehidupan dunia ini, lupa pada hakekat akhir kehidupan yang pasti. Kesibukan seringkali membuat manusia lupa dan hanyut dalam rutinitas, prestasi dan keuntungan, penghargaan, pencitraan yang ingin diraih. Melupakan hakekat tujuan beramal, sehingga mudah melanggar ketentuan Allah Ta’ala. Maka kewaspadaan harus muncul, introspeksi dan evaluasi diri, terus memperbaharui niat karena-Nya, memohon ampunan-Nya. Sebab pengaruh buruk kelima syirik, yakni bisa merusak dan menghapus amal. (Qs. Azzumar : 65). Na’udzu bilLaah

Siti Faizah

Ketua Umum PP Salimah

(RA)