Semangat Menjadi Pahlawan

by -2433 Views

 

Kata ‘pahlawan’,  sangat dekat dengan sejarah.  Konotasinya menggambarkan perjuangan dan pengorbanan di masa lalu, agar suatu bangsa ingat dan memahami sejarahnya,  pandai berterima kasih atas jasa dan perjuangan para pahlawan bangsa dan negara. Diantara tanda kebesaran bangsa memberikan penghormatan hingga menghantarkan mereka ke peristirahatan akhir di Taman Makam Pahlawan yang terdapat di berbagai kota dan daerah di Indonesia.

Ada banyak jenis pahlawan yang dikenal selama ini, mulai dari pahlawan revolusi, pahlawan nasional dan pahlawan wanita. Gelar Pahlawan revolusi diberikan kepada sejumlah perwira militer yang gugur  dalam tragedi saat Pengkhianatan G30S/PKI. Sementara gelar pahlawan nasional diberikan oleh Pemerintah RI kepada warga negara RI yang semasa hidupnya melakukan tindak kepahlawanan dan berjasa sangat luar biasa bagi kepentingan bangsa dan negara. Sebagai bentuk penghargaan dan perhatian khusus bagi kaum perempuan atas jasa dan pengorbanan mereka bagi bangsa dan negara, maka muncul istilah Pahlawan Wanita, seperti Cut Nyak Din, Cut Meutia, Kartini dan lainnya.

Seiring perkembangan masa, muncul juga sebutan pahlawan devisa dan pahlawan tanpa tanda jasa hingga pahlawan masa kini. Sebutan pahlawan devisa tentu memiliki konotasi yang berbeda dengan pahlawan nasional. Teruntuk para tenaga kerja Indonesia di luar negeri, mereka dianggap berjasa dengan menambah devisa bagi negara RI sehingga popular dengan sebutan pahlawan devisa. Untuk pahlawan tanpa tanda jasa seringkali disematkan pada  guru, atas jasa mereka dalam mendidik putera-puteri Indonesia. Jika di setiap masa butuh para pejuang, pengabdian dan pengorbanan. Mereka yang bekerja keras demi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara. Mereka dikenal sebagai  pahlawan masa kini.

Memperingati hari pahlawan bukan sekedar mengenang jasa dan pengorbanan mereka, namun yang terpenting, bagaimana membangun semangat pahlawan pada  setiap diri, setiap generasi dan mewariskan semangat tersebut. Pertama, bangsa ini perlu menghargai para pahlawannya yang tidak cukup dengan mendo’akan dan menabur bunga. Justru yang terpenting bagi generasi bangsa, belajar menggali ingatan akan kebaikan, pengalaman, semangat berkorban dan kesungguh-sungguhan dalam membebaskan negeri ini dari cengkeraman penjajahan, pembodohan dan penzaliman. Kedua, mencontoh, mewarisi dan melanjutkan kebiasaan baik serta pengorbanan mereka. Ketiga, semangat menjadi pahlawan perlu menjadi bagian dari pembelajaran budi pekerti di sekolah dan madrasah.

Pada diri pahlawan terdapat makna pengabdian, pengorbanan, kebersamaan, keberanian, kerja keras dan sungguh-sungguh, mengerti kepentingan orang banyak bukan hanya kepentingan pribadi serta motivasi berprestasi. Menjadi pahlawan sesungguhnya panggilan nurani. Ia muncul dari hakekat kebersihan niat, keinginan yang tulus, kepekaan rasa, kesadaran yang berawal dari pemahaman seseorang akan problematika yang jauh lebih besar dan menyangkut kepentingan yang lebih besar, bukan persoalan pribadi semata, namun menyangkut hajat hidup, kebaikan, kesejahteraan, ketentraman, keamanan dan ketahanan masyarakat, bangsa dan negara. Karena mengabdi, berkorban untuk kepentingan bersama, membutuhkan keberanian memberi waktu, energi, pemikiran, perhatian bahkan hartanya.

Al Qur’an menyebutkan perbuatan baik mereka sebagai karunia  Allah Ta’ala.  Kitab suci umat Islam  memberikan gelar  tersendiri bagi para pejuang kebenaran yang datang dari-Nya, dengan menyebut mereka sebagai golongan orang-orang yang mendapatkan anugerah nikmat -Nya, yakni para Nabi dan Rasul Allah, para pecinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang sholih (Qs. Annisa’ : 69). Semoga menjadi bagian dari mereka, berteman dan meneladani mereka. Semoga anugerah kebaikan juga diberikan kepada diri, keluarga, masyarakat dan generasi bangsa Indonesia, dengan tetap bersemangat untuk menjadi pahlawan di setiap masa.

Siti Faizah

Ketua Umum PP Salimah