Bekerja Itu Ibadah, Rezeki Urusan Allah

by -4152 Views

——————————-
Sayyidah Hajar, istri Nabi Ibrahim ‘Alaihi Salaam diuji oleh Allah Subhanahu Wata’ala dengan ujian yang sangat besar. Beliau ditinggal di padang pasir hanya berdua dengan bayinya, Ismail. Di tengah padang pasir yang tandus, bayi Ismail menangis kehausan, sementara air susu bunda Hajar telah habis.

Dengan sisa tenaga yang dimilikinya, Sayyidah Hajar berlari naik ke atas bukit Safa untuk melihat adakah orang yang bisa diminta pertolongan. Kemudian beliau melihat kebawah, adakah mata air yang memungkinkan untuk diambil. Namun beliau tak menemukan siapun dan apapun yang dapat membantu.

Kemudian Sayyidah Hajar berlari lagi ke bukit Marwah, lalu kembali lagi ke Safa. Ia terus lakukan itu berulang-ulang sampai tujuh kali. Dalam keletihan yang memuncak, pada saat itulah mata air Zam-zam muncul dibawah kaki Ismail.

Ini sepenggal kisah Sayyidah Hajar ketika berusaha mencari rezeki. Ia melakukan ikhtiar dengan berlari, ternyata Allah berikan rezeki dari tempat yang tidak terduga. Demikianlah cara Allah memberikan rezeki bagi orang yang bertaqwa. Tidak selalu melalui jalan ikhtiarnya.

Dimana tempat rezeki itu berada terserah Allah. Tugas kita hanya beribadah dan bekerja sesuai dengan arahan Allah.

Antara bekerja dan rezeki, bukanlah dua hal yang selalu harus menjadi hukum sebab akibat. Datangnya rezeki perlu kita tafakuri. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya rezeki itu akan mencari seseorang dan bergerak lebih cepat daripada ajalnya.”

Imam Al Ghazali pernah mengatakan, “Bisa jadi engkau tidak tahu di mana rezekimu, namun rezekimu tahu di mana engkau.” Jika rezeki itu ada di langit maka Allah akan turunkan. Jika rezeki itu berada di dalam bumi maka Allah akan perintahkan untuk muncul supaya berjumpa dengan kita.

Rezeki itu punya perjalanannya. Perjalanan rezeki menuju kita terkadang sangat dahsyat. Contoh sederhana adalah bagaimana Allah kirimkan makanan sebagai rezeki seekor cicak. Semua yang dimakan cicak adalah binatang yang terbang, sedangkan cicak hanya bisa menempel di dinding. Namun ketika Allah sudah perintahkan rezeki itu mendekat, maka dengan cepat ia mendekat.

Rezeki sudah dijamin oleh Allah. Ia bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Justru yang perlu kita khawatirkan adalah pertanyaan atas rezeki yang Allah berikan kepada kita: digunakan untuk apa? Jadi yang terpenting bukan punya apa, namun kita harus memiliki jawaban ketika rezeki Allah itu datang, buat apa?

Ustadzah Dariantini (Dept Dakwah PW Salimah Sumut)