Jangan Maklum Dengan Pikun

by -1146 Views

Bulan September adalah bulan untuk memperingati penyakit Demensia Alzheimer. Bulan ini biasanya diperingati dengan kegiatan olahraga massal atau talkshow terkait demensia di mana para aktivis dan peserta memakai kaos ungu dari ormas Alzheimer’s Indonesia.

Meski sudah lama berlalu, saya ingin mengingatkan kembali apa saja yang harus diperhatikan terkait kondisi ini. Di sini saya jabarkan secara umum, tidak begitu detail namun poin-poin utamanya saja, sebagai lanjutan dari materi “waspada penyakit neurodegeneratif” yang dulu pernah saya berikan di grup PAS di line.  Jika ada yang ingin ditanyakan lebih lanjut, bisa menghubungi saya di FB Amelia Nur Vidyanti atau line id amelia.nv. Semoga artikel yang saya bagikan ini bermanfaat.

Proses penuaan (aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang ada

Perubahan pada proses penuaan:

  1. Psikis

Daya ingat menurun, takut kehilangan kemandirian, merasa sepi sendiri, mudah frustasi, mudah sedih & tersinggung

  1. Fisik

Penurunan sel otak, penurunan fungsi organ, penurunan rasa & penciuman, kulit keriput, rambut memutih beruban, pendengaran berkurang, tulang mulai rapuh, gigi mulai ompong, mudah Lelah, kelancaran aliran darah menurun, daya tahan tubuh menurun, gerakan2 menjadi lamban & kehilangan kelincahan

  1. Sosial/masyarakat

Kehilangan pekerjaan, kehilangan pasangan, berpisah dengan anak, menerima kehadiran cucu

Demensia (pikun) adalah suatu kondisi klinis yang ditandai oleh penurunan daya ingat,intelektualitas dan emosional yang mengakibatkan ketidakmampuan melakukan kegiatan sehari-hari secara normal. Pada tahun 2015 terdapat 9,9 juta kasus baru demensia di seluruh dunia, di mana setiap 3 detiknya ditemukan 1 kasus baru demensia.

Fungsi kognitif adalah kemampuan seseorang untuk memproses pikiran. Dibutuhkan untuk melaksanakan tugas sederhana sampai kompleks, meliputi: atensi/perhatian, memori, psikomotor, bahasa, visuospasial dan fungsi eksekutif.

 

Jenis demensia:

  1. Demensia Alzheimer

Jenis demensia yang paling banyak ditemukan, sekitar 50-75% kasus di seluruh dunia

  1. Demensia vascular

Sekitar 20-30% kasus demensia

  1. Demensia Lewy Body

Sekitar 10-25% kasus

  1. Demensia frontotemporal

Sekitar 10-15% kasus

 

Demensia Alzheimer adalah penyakit penurunan fungsi otak yang kompleks dan progresif sehingga daya ingat seseorang merosot tajam dan tidak dapat disembuhkan. Penyakit ini bisa disertai gangguan perilaku dan psikologis yang merupakan bentuk progresifitas dementia.

Penyebab demensia Alzheimer dimungkinkan karena factor genetik dan lingkungan (gen ApoE atau beta-secretase). Faktor risiko penyakit ini adalah: usia tua (>65 tahun), adanya riwayat keluarga positif, hipertensi, peningkatan LDL (kolesterol jahat/ low-density lipoprotein), penurunan HDL (kolesterol baik/ high-density lipoprotein), diabetes.

Tahap demensia Alzheimer:

  1. Ringan

Kesulitan mengingat kegiatan yang baru-baru ini terjadi, kesulitan mengatur keuangan, kesulitan menyiapkan makanan sendiri, kesulitan mengerjakan aktivitas sehari-hari di rumah. Bisa tersasar jika mengendarai kendaraan atau jalan sendiri.

  1. Sedang

Membutuhkan bantuan untuk mengerjakan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, mandi, memakai baju, dan lain-lain. Seringkali mengalami disorientasi terkait waktu (tidak tahu sekarang jam berapa, tanggal berapa, bulan apa, tahun berapa, musim apa). Tidak bisa sama sekali mengingat kejadian yang baru saja terjadi, lupa kejadian2 di waktu lampau, lupa nama saudara/keluarga atau teman dekat. Dapat timbul kondisi agitasi (mengamuk), paranoid (ketakutan yang berlebihan terhadap sesuatu yang tidak logis), atau delusi (keyakinan yang keliru terhadap rangsangan/stimulus dari lingkungan).

  1. Berat

Kehilangan kemampuan untuk berbicara, berjalan, mandi sendiri, berpakaian, bahkan makan. Mengalami inkontinensia urin & feses (mengompol dan BAB tak terkendali). Membutuhkan perawatan & pengawasan 24 jam sehari dan 7 hari/minggu (setiap saat). Lebih banyak berbaring di tempat tidur karena sudah tidak lagi bisa melakukan apa pun.

Strategi Penanganan:

  1. Non-farmakologis (bukan obat2an)

Melibatkan pasien, keluarga, atau caregiver untuk mensupport, menghadapi dan memahami kondisi pasien. Melakukan kegiatan spektrum luas yang mengandung lebih dari satu komponen (mental, fisik, sosial) lebih bermanfaat dibandingkan hanya terlibat pada satu jenis kegiatan saja.

Selain senam otak sehat, gerakan fisik yang sudah pernah diteliti di Indonesia adalah tari poco-poco. Gerakan tari ini sopan & sesuai budaya bangsa Indonesia. Gerakan dalam tari poco-poco dapat merangsang otak dalam hal:

  1. Atensi/perhatian visual  memperhatikan instruksi
  2. Mengingat setiap detil urutan gerakan+kemampuan visuospasial
  3. Memutuskan memulai gerakan  fungsi eksekutif/perencanaan
  4. Atensi auditorik  konsentrasi mendengarkan irama musik

Membaca Al Qur’an juga dapat meningkatkan fungsi memori/daya ingat otak. Penelitian yang dilakukan pada hafiz Qur’an usia 20-40 tahun membuktikan bahwa mereka yang hafiz atau mampu mengingat ayat-ayat Qur’an dengan baik memiliki kemampuan daya ingat & performa kognitif yang lebih baik dibandingkan mereka yang tidak pernah/tidak tahu cara membaca Qur’an. Penelitian dengan orang yang rutin mendengarkan ayat-ayat Al Qur’an juga membuktikan bahwa mereka yang sering/rutin mendengarkan bacaan Al Qur’an memiliki tingkat kecemasan rendah & daya konsenstrasi yang lebih baik dibandingkan yang tidak pernah mendengarkan bacaan Qur’an.

Pendekatan lain adalah sering bersosialisasi atau aktif terlibat kegiatan di masyarakat, sering melakukan kegiatan yang melatih aktivitas otak seperti bekerja di depan computer, bermain puzzle atau teka-teki silang, menghitung, dan lain-lain.

Kombinasi kegiatan mental-spiritual, fisik, dan social akan dapat menunda penurunan fungsi kognitif dan memperlambat perburukan gejala demensia pada pasien.

  1. Farmakologis (obat-obatan)

Diberikan obat untuk mengatasi gejala penurunan fungsi kognitif atau menunda progresivitas penyakit

Hidup sehat dengan makan bergizi & olah raga teratur, Berpikir positif (khusnudzon), Rutin baca Al Qur’an, Rajin bersosialisasi (hablumminannaas), Jangan lupa sedekah, Insyaallah terhindar dari kepikunan.

Sumber: Alzheimer’s Indonesia (ALZI) dengan beberapa modifikasi.

by dr. Amelia Nur Vidyanti, Sp.S

Humas Media Salimah Taiwan (FDH)