Al Qur’an Menghadapi Tantangan

by -2644 Views

 

Siti Faizah – Ketum PP Salimah

 

Adanya usaha untuk menandingi Al Qur’an, bangkitnya penentangan dari pihak musuh dalam membela keyakinan nenek moyangnya. Dan adanya senjata pamungkas untuk menghadapi penentangan merupakan tiga syarat kemukjizatan yang dipenuhi oleh kitab suci umat Islam, seperti dikutip dari pendapat Dr.Yusuf Al Qaradhawi dalam buku ‘Bagaimana Berinteraksi dengan Al Qur’an’.  

Tantangan demi tantangan Allah Ta’ala sampaikan sebagai senjata pamungkas serta menjadi penekanan terhadap kebenaran Rasulullah Saw sebagai penerima wahyu dari-Nya. Membenarkan al Qur’an sebagai Kalamullah. Menyatakan kekafiran orang-orang yang menentang dan menuduh tanpa dasar dan tidak masuk akal, melalui perkataan kotor dan kontradiktif terhadap Muhammad Saw.

Sebagai bentuk dukungan terhadap kerasulan Muhammad Saw, Allah Ta’ala menantang bangsa Arab untuk membuat yang serupa dengan Al Qur’an. Tantangan tersebut berlangsung secara bertahap. Mulai dari seratus persen sesuai jumlah surah sebanyak 114 (Qs.Al Isra’:88, At-Thur:32-34). Kemudian menurun menjadi sepuluh persen (Qs.Huud:13), hingga tinggal satu persennya (Qs.Al Baqarah:23, Yunus:38).  Dan tidak satupun yang bisa menjawab tantangan tersebut. Sebab segala sesuatu yang bersumber dari Tuhan, tidak mungkin dapat ditantang.

Sebagai permulaan, Ia menantang manusia dan jin sekaligus untuk bekerjasama guna membuktikan pernyataan dan tuduhan mereka terhadap Rasul Saw, seperti yang Allah Swt abadikan dalam firman-Nya.

“Katakanlah, ‘Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat serupa Al Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (QS Al Isra :88)

“Apakah mereka diperintah oleh pikiran-pikiran mereka untuk mengucapkan (tuduhan-tuduhan) ini ataukah mereka kaum yang melampaui batas? Ataukah mereka berkata, ‘Dia (Muhammad) mereka-rekanya.’ Tidak! Merekalah yang tidak beriman. Maka cobalah mereka membuat yang semisal dengannya (Al Qur’an) jika mereka orang-orang yang benar.” (Qs. Ath Thuur : 32-34)

Allah Ta’ala tidak hanya menantang manusia, tetapi jin yang selama ini dianggap oleh sebagian manusia yang sesat mengetahui hal yang ghaib, juga tidak mampu membuat yang serupa dengan Al Qur’an. Bahkan mahluk jin ada yang beriman terhadap kebenaran Kitab Suci sebagai firman-Nya dalam Qs. Al Ahqaf : 29-32. Dengan sangat jelas dan gamblang, Allah Ta’ala menyatakan ketidakmampuan manusia dan jin membuat semisal Al Qur’an. Tantangan kedua ini lebih ringan, yakni sepuluh surah saja seperti yang Allah firmankan dalam Surah Huud ayat 13 berikut.

“Bahkan mereka mengatakan, ‘Dia (Muhammad) telah membuat-buat Al Qur’an itu’, Katakanlah, ‘(kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surah yang dibuat-buat dan ajaklah siapa saja diantara kamu yang sanggup selain Allah jika kamu orang-orang yang benar.”

Untuk kedua kalinya, tantangan tersebut tidak mampu mereka jawab dengan tangan terbuka. Karena sesungguhnya Al Qur’an diturunkan dengan ilmu Allah. Tidak akan pernah sama dengan perkataan manusia dan jin sebagai mahluk-Nya. Sebagaimana sifat-Nya tidak akan pernah sama dengan sifat mahluk ciptaan-Nya. Dengan kata lain, kekafiran mereka disebabkan pembangkangan, penolakan dan kesombongan belaka.

“Dan jika kamu meragukan (Al Qur’an) yang kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surat semisal dengannya, dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuat (nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat (nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir” (Qs. Albaqarah : 23)

Suatu tantangan yang terus berlaku, sejak dari awal turun, kini hingga mendatang. Tantangan ini  memaksa perhatian manusia agar sampai pada pengakuan bahwa Al Qur’an memang firman Allah, bukan perkataan Muhammad Saw. Terbukti tidak ada manusia yang sanggup seorang diri atau berkelompok dan bersekutu, siap tanding membuat yang serupa dengan salah satu surat yang terpendek sekalipun. Minimal terdiri dari tiga ayat sepeti surat Al Kautsar, Annashr, Al ‘ashr. Semenjak hadir pertama kali di kalangan orang-orang Arab yang ahli dalam menyusun kalimat indah, pandai bertutur kata, menyusun syair, prosa dan retorika. Mereka tidak sanggup membuat kalimat yang serupa dengannya.

“Apakah pantas mereka mengatakan dia (Muhammad) yang telah membuat-buatnya? Katakanlah, “buatlah sebuah surah yang semisal dengan surat (Al Qur’an) dan ajaklah siapa saja di antara kamu orang yang mampu (membuatnya) selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” (Qs. Yunus : 38)

Saat orang kafir Quraisy menuduh Muhammad Saw dengan perkataan yang tidak pantas. Menyebut beliau membuat-buat Al Qur’an. Dengan logika mendasar, Allah Ta’ala berbalik menantang orang kafir. Jika mereka benar-benar yakin dengan tuduhan tersebut, dipersilahkan membuat yang serupa dengan Al Qur’an satu surah pendek saja, dengan susunan kalimat yang teratur, rapi, mengandung makna dan hukum. Tantangan ini berdasarkan tingkat kefasihan dalam berbahasa Arab dan keahlian balaghah mereka yang setara dengan kemampuan Muhammad Saw.

Sebagai jawaban atas ketidakmampuannya, mereka justru menepis dengan cara kotor, terus berupaya menolak, menentang, membangkang, menebar kedengkian, memusuhi, memerangi Rasul Saw dan kaum muslimin. Segera menyatakan dusta terhadap ayat-ayat Allah yang belum mereka ketahui dengan sempurna. Padahal mereka belum mempelajari, belum merenungi ayat-ayat Al Qur’an. Karena sesungguhnya mereka hanya mendengar untuk pertama kalinya. Sikap tersebut disebabkan taklid kepada nenek moyang dan keinginan untuk melestarikan penyembahan terhadap berhala.

(RA)