Kita sadari kesalahan pola asuh sebenarnya tidak lahir dan niat buruk orangtua. Cinta jugalah yang melatarbelakangi munculnya pola asuh yang terlalu protektit atau terlalu bebas. Masalah timbul ketika kita tidak mempunyai cukup ilmu untuk mengungkapkan rasa cinta dan sayang dengan benar.
Sebagai Muslim, penting bagi kita mengkaji bagaimania para nabi dan rasul mendidik putra putri mereka. Fragmen kisab Nabi Ibrahim yang diperintahkan Allah swt menyembelih anaknya, Ismail, adalah satu contohnya.
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim. Ibrahim berkata “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu Maka pikirkaniah apa pendapatmu! Ia menjawab: Hai bapakku, kerjakanloh apa yang diperinrahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatku termasuk arang orang yang sabar”. (QS AsS aaffaat: 102)
Menurut Ustadzah Nurul Hidayatl. SS, MBA. banyak hikmah yang bisa orangtua ambil dan situ.
Pelajaran pertama adalah kasih sayang.
Subhanallah, betapa mesranya Nabi Ibrahim mernanggil anaknya ‘ya bunayya’. Nama panggilan yang paling halus pada anak,” jelas Nurul
Kedua adalah kejujuran.
“Begitu sayangnya Ibrahini pada Ismail namun kebenaran harus tetap disampaikan bahwa ia diperintahkan Allah untuk menyembelihnya,” ujar Ketua Umum PP Salimah .
Ketiga adalah penghargaan pada anak untuk berfikir.
Tak hanya itu, Ibrahim bahkan menanyakanpendapat anaknya tentang perintah Allah untuk menyembelihnya. “Ini luar biasa, Ibrahim tidak tenggelam dalam status kerabiannya, Ia tidak berkata. ‘Hai Nak, Bapak ini Nabi. Bapak disuruh nyembelih kamu, sini!’ Tidak!” tutur Nurul. Inilah pelajaran tentang penghargaan pada anak untuk berfikir.
Dengan nilai-nilai itu kedekatan orangtua terhadap buah hatinya akan terbangun. Ustadzah Wirianingsih mengatakan, kedekatan anak dan orangtua adalah faktor yang harus diperhatikan.
“Kalau dalam masa pembentukan 0-5 tahun si anak diasuh dengan baik dan memiliki kedekatan yang baik dengan orangtua, sebenarnya secara otomatis akan terbangun polanya,” kata aktivis perempuan yang pernah menjadi pernbicara pada workshop Muslimah dan Keluarga di KBRI Washington DC. AS. Juni 2011
Kisah kehidupan Rasulullah saw Juga menyimpan pelajaran berharga tentang kematangan pribadi. Ditinggal ayah sejak lahir beliaupun harus rela kehilangan ibu di usia dini. Ketiadaan orangtua tetap bisa membuatnya tumbuh menjadi pribadi bertanggung jawab, antara lain dengan menggembalakan kambing penduduk Mekkah dan berniaga ke negeri yang jauh saat remaja bersama pamannya.
Lantas kita tak lagi heran, generasi sesudah Rasulullah bermunculan pemuda-pemuda Islam yang mampu menaklukkan dunia saat usia mereka masihlah remaja. Sebab, mereka hidup dalam pengasuhan yang penuh dengan kasih sayang. tanggung jawab dan penghargaan.
Seperti yang dikatakan Wirianingsih,” Islam itu diturunkan tidak untuk satu masa tapi segala zaman. Orangtua sekarang harusnya banyak baca dan belajar dan sejarah.” Lalu, contohlah bagaimana generasi Islam dulu, para pemudanya, tumbuh menjadi pribadi matang. berjiwa besar dan berani mengambil resiko.
Sumber : Majalah Ummi