PENDIDIKAN KELUARGA

by -2001 Views

hilma-4Bagian 2

Secara psikologis keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dan saling merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, memperhatikan, dan saling menyerahkan diri. Secara paedagogis, keluarga adalah persekutuan hidup yang dijalin oleh kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan, yang bermaksud untuk saling menyempurnakan. Dengan demikian keluarga adalah institusi yang terbentuk karena ikatan pernikahan dari pasangan suami-isteri secara sah, yang melahirkan hubungan darah, hubungan sosial untuk hidup bersama.

Dari hubungan darah atau hubungan sosial ini kemudian terbentuk struktur keluarga. Struktur keluarga dalam ilmu antropologi sering diistilahkan sebagai struktur sosial. Istilah ini menggambarkan keluarga sebagai institusi sosial memiliki struktur yang mana tiap-tiap pribadi memiliki kedudukan di dalamnya, tugas dan tanggung jawab, hak dan kewajiban yang harus dipenuhi dan dilaksanakan.

Sebagai struktur sosial, tiap keluarga mempunyai bentuknya masing-masing, mulai dari keluarga kecil sampai keluarga yang diperluas. Hal ini dipengaruhi dari kebiasaan, kebudayaan dan hal lainnya.

  1. Keluarga Kecil

Terdiri dari suami-isteri (ayah-ibu) dan anak, tanpa melibatkan keluarga lainnya atau orang dewasa lainnya yang tinggal serumah. Bentuk keluarga kecil ini biasa disebut dengan keluarga inti (nuclear family) atau juga keluarga pangkal (stem family).

Dalam keluarga kecil, pengendalian hunungan personal lebih mudah atau sederhana karena kepemimpinannya berpusat pada orangtua, yaitu suami atau isteri.

  1. Keluarga Besar

Keluarga besar adalah keluarga yang terdiri dari suami-isteri (ayah-ibu), kakek-nenek, anak-cucu, dan ikut sertanya orang dewasa lainnya untuk hidup bersama. Bentuk keluarga besar ini biasa disebut dengan keluarga diperluas (extended family) atau juga disebut keluarga gabungan (joint family).

Pengendalian hubungan personal keluarga besar lebih rumit. Disamping ada kemungkinan intervensi kepemimpinan orang dewasa lainnya akan ikut terlibat.

Secara sosiologi, menurut William. J. Goode (1991: 102) keluarga besar atau keluarga diperluas lebih banyak ditemukan di daerah pedusunan dan bukan daerah industri. Artinya, keluarga besar umumnya masih banyak terdapat dalam kelompok masyarakat yang masih kuat memegang tradisi kekeluargaan dan gotong royong, memelihara kebersamaan keluarganya, seperti ungkapan orang Melayu ataupun umumnya orang Jawa “Makan atau tidak makan yang penting kumpul”.

Kelemahan dan kekuatan keluarga inti

Di antara kelemahan keluarga inti adalah pertama, dukungan dan layanan sosialnya lemah karena hanya bertumpu kepada beberapa orang saja. Kedua, kekuatan ekonomi juga terbatas. Ketiga, hubungan kekeluargaan dengan saudara yang karena ikatan perkawinan atau sedarah menjadi kurang kuat sehingga keempat memerlukan waktu kesempatan dan biaya ekstra untuk menjalin hubungan di luar anggota keluarga. Sementara kekuatan keluarga inti, antara lain struktur keluarga lebih sederhana sehingga masalah-masalah sosial yang dihadapi relatif lebih kecil. Di samping itu, pengendalian rumah tangga cenderung hanya berpusat pada satu orang kepala keluarga, interaksi anggota keluarga dalam kepentingan pendidik menjadi lebih terjaga.

Kelemahan dan kekuatan keluarga besar

Diantara kelemahan keluarga besar antara lain akan menghadapi banyak kesulitan jika tidak memiliki pemimpin keluarga yang dapat diandalkan, demikian juga beban sosial dan ekonomi (biaya) lebih berat. Hal yang tak kalah penting adalah kemungkinan terjadinya konflik dalam keluarga lebih besar, jika pembagian kepemilikan, hak, dan kekuasaan (politik) tidak dapat dilakukan secara baik (Goode, 1991: 106-108).

Sementara kekuatan-kekuatannya antara lain, menurut William J. Goode (1991, 102-104) adalah pertama, mendapat dukungan sosial dan memberikan layanan sosial yang lebih. Dengan demikian, keluarga besar dapat lebih mudah menanggung beban jika dibandingkan keluarga kecil. Kedua, meskipun terkadang anggota keluarga silih berganti, keluarga besar cenderung lebih dapat bertahan. Ketiga, lebih dapat mengumpulkan modal usaha ekonomi. Keempat, lebih banyak dapat memberikan pengaruh politik.

Pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan yang dilaluinya pada masa kecilnya dulu. Seorang yang pada waktu kecilnya tidak pernah mendapatkan didikan agama, maka pada masa dewasanya nanti, ia tidak akan merasakan pentingnya agama dalam hidupnya.[1] Semakin banyak pengalaman yang bersifat agama, (sesuai dengan ajaran agama), dan semakin banyak unsur agama, maka sikap, tindakan, kelakuan dan caranya menghadapi hidup akan sesuai dengan ajaran agama.

            Ulama-ulama Islam dahulu kala menekankan pentingnya peranan pendidikan bagi keluarga dan pentingnya keluarga memegang peranan itu dalam tahun-tahun pertama pada umur anak-anak.

Diantara dalil-dalilnya adalah:

  1. Firman Allah swt:
  • Dalam Al-Qur’an Surat At-Tahrim [66] ayat 6 yang artinya:

“Wahai oarang-orang yng beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…”

 

  • Dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah [2] ayat 233, yang artinya:

“…Ibu-ibu menyusukan anak-anaknya dua tahun lengkap bagi siapa saja yang ingin menyempurnakan penyusuan…”

 

  • Dalam Al-Qur’an Surat Thaha [20] ayat 133

“Perintahkan keluargamu shalat dan hendaklah engkau tekun menunaikannya”.

 

  1. Dalil hadits:
  • “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah. Hanya ibu bapaknyalah yang menjadikan ia Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi”. (HR. Al-Thabrani dan Al-Baihaqi).
  • “Awasi anak-anakmu dan perbaikilah adab-adabnya”. (HR. Ibnu Majah).
  • “Suruhlan anakmu shalat pada waktu mereka berumur tujuh tahun dan pukul mereka kalau mereka tidak mau sewaktu mereka berumur sepuluh tahun”. (HR. Bukhari dan Muslim).

 

Adapun bidang-bidang pendidikan keluarga yang harus dimiliki adalah:

  1. Pendidikan jasmani
  2. Pendidikan kesehatan
  3. Pendidikan akal (intelektual)
  4. Pendidikan keindahan
  5. Pendidikan emosi dan psikologikal
  6. Pendidikan agama dan spiritual
  7. Pendidikan akhlak, sosial dan politik

Setiap keluarga selalu mendambakan terwujudnya rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah. Oleh karena itu, setiap suami dan istri wajib menunaikan hak dan kewajibanya sesuai dengan syariat islam serta bergaul dengan cara yang baik. Dan memberikan pendidikan yang baik kepada anak-anaknya.

Wallahu ‘alam

Hj. Rita Indahyati, SE

(Ketua Departemen Pendidikan PP Salimah)

Sumber:

  1. Daradjat, Zakiah, 2010, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: PT. Bulan Bintang, Cet. Ke-17.
  1. Langgulung, Hasan, 2004, Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa Psikologis, Filsafat dan Pendidikan, Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru, Cet. Kelima (Edisi Revisi).
  1. Salim, Moh. Haitami, 2013, Pendidikan Agama Dalam Keluarga: Revitalisasi Peran Keluarga Dalam Membangun Generasi Bangsa Yang Berkarakter, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

[1] Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2010, Cet. Ke-17, hlm. 43.