Fiqih Pemimpin dalam AlQuran

by -1687 Views

Allah mengabadikan hamba-hambaNya dgn nama ‘Ibadurrahman’ sbg manusia terbaik yg dinisbahkan dengan sifat Allah ‘Ar-Rahmaan’ Yang Maha Pengasih
وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا

“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (Ibadurrahman) adalah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan” (Al-Furqan: 63)
Keinginan kita untuk memiliki pemimpin yang baik, bijak, sholeh harus dimulai dari diri kita sendiri.
Bagi orang bertaqwa, perilaku harian seharusnya menyiapkan pemimpin. Kadang kita menyiapkan anak2 kita menjadi insinyur, dokter, dan sebagainya. Jarang yang disiapkan menjadi pemimpin.
Salah satu ciri Ibadurrahman, berdoa agar bisa menyiapkan pemimpin.
Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa” QS Al Furqon:74
Konsekuensinya, harus mengusahakan atas doa yang kita panjatkan.
1> Bagaimana agar pasangan kita, keturunan-keturunan kita bisa menyenangkan dan menenangkan kita, dunia dan akhirat.
Ketika istri ingin sedekah, suaminya mendukung. Saling membantu untuk melakukan kebaikan-kebaikan.
Seorang suami, ketika melihat ada yang lebih cantik dari istrinya, maka ikuti perintah Allah untuk menundukkan pandangan. Sehingga terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Kita juga harus menyiapkan generasi penerus menyenangkan dunia dan akhirat.
Ketika kelak kita meninggal, kuburan kita akan terasa bertambah luas, nikmat kuburnya juga bertambah karena anak cucunya senantiasa beramal sholeh, selalu mendoakan orang tuanya.
2> ahli surga tidak boleh melupakan, agar mengusahakan generasi penerus menjadi pemimpin bagi orang-orang muttaqin.
Ketika kita atau anak kita menjadi pemimpin, akan banyak kebijakan dapat kita lakukan, kita tetapkan yang akan memberikan dampak manfaat lebih luas, dibanding dengan ketika bukan sebagai pemimpin.
Contoh dalam skala kecil, ketika selain muslim sebagai ketua RT, dengan kekuatan logika, melihat banyaknya masjid dan mushola, maka akan mengajukan usul bahkan menjadi kebijakan menjadikan salah satu tempat ibadah tersebut dijadikan fasilitas umum, seperti taman dan sebagainya. Itu baru skala kecil.
Lil muttaqiina imamaa…. kita harus menyiapkan pemimpin. Begitu juga dengan sekolah, menanamkan kepemimpinan.
Bukan hanya memperhatikan kognitif, tapi juga psikomotor dan afektif, dalam hal ini ditujukan untuk menjadi pemimpin.
Dari pasangan, anak cucu disiapkan untuk menjadi pemimpin. Tidak ada dalam kegiatan kita, tidak mengajarkan tanggung jawab. Sekecil apapun.
Kesenangan hati di dunia, mereka melakukan amal sholeh, maka itu menjadi tabungan akhirat kita.
Mengambil pelajaran tentang kepemimpinan dari QS Albaqarah 2:246 – 250
◎ 2:247
Kaum nabi Musa – Bani Israil, meminta pemimpin. Mereka mengatakan siap untuk berperang. Tetapi ketika kemudian diperlukan untuk perang, mereka akan lari.
Inilah pentingnya pemimpin. Kebijakan apa yang akan diambilnya atas rakyat yang dipimpinnya.
◎ 2:247
Ketika Nabi memiliki pilihan, maka diajukan Thalut, agama, fisiknya kuat. Hanya saja tidak memiliki materi. Mereka menentang, otaknya materialisme.
Itulah yang membuat kita berfikir bahwa pemimpin harus kaya, atau dapat memiliki kekayaan. Pengaruh dari pemikiran bani Israil.
◎ 2:249
Thalut mengingatkan tentaranya akan bertemu sebuah sungai. Hanya orang-orang yang sanggup untuk menahan nafsu, mengambil sesuai kebutuhan, tidak tamak yang akan bisa bertahan untuk berjuang.
◎ 2:250
Mengusahakan, berikhtiar dengan segenap kemampuan yang kita miliki, mengharap hanya kepada Allah. Yakin kemenangan akan kita raih dengan cara yang tidak kita duga.
Persiapkan diri kita, anak keturunan kita untuk menjadi pemimpin bagi orang-orang bertaqwa.

Prof. DR. Satori Ismail
Dituliskan dari sebuah kajian oleh
Rahma
Humas PP SalimahFiqih pemimpin