Sahabat saya, sebut saja ‘P’ (15), mengirim sms. Isinya singkat,”Where have all the fathers gone?”
P adalah anak muda yang bertahan hidup dengan seorang ayah tokoh ternama yang selalu hadir di media massa, tapi raib di depan anak-anaknya. P sejatinya sudah tidak berharap banyak pada ayahnya. Kecuali satu hal; disiplin. Karena P menyadari betul sesuai dengan pesan dari buku-buku Biografi orang terkenal yang sangat digemarinya bahwa hampir semua tokoh berhasil lahir dari disiplin yang baik dari ayahnya.
Berikut ini catatan sederhana dari P tentang disiplin dan mungkin ini jugalah sebenarnya harapan dari anak-anak terhadap para ayahnya dalam masalah disiplin.
Ada beberapa kiat sederhana untuk para ayah dalam mengenalkan, membiasakan serta menegakkan disiplin pada anak-anak.
Selalu menjaga ketenangan.
Bila Ayah dalam kondisi marah, gemas, dan ingin mencubit ataupun menjewer, tenangkan diri secepatnya. Tarik nafas dalam-dalam sambil beristighfar. Jika emosi masih memuncak, berwudlulah. Jika emosi masih tersisa, shalatlah.
Berikan arahan bila salah. Jika suatu saat Ayah mendapati anak melanggar peraturan, jangan langsung menjadikannya sebagai terdakwa. Cobalah untuk bertanya dan mendengar pendapat anak sehingga anak benar-benar memahami apa yang dilakukannya. Kalau ia tidak mengerti bahwa itu salah, beri tahu kesalahannya dan arahkan seperti apa harusnya.
Jangan libatkan diri pada konflik dengan anak. Saat anak terlihat kian tak terkendali, beri dia waktu untuk sendiri. Pergilah ke ruangan lain dengan sebelumnya ucapkan dengan lembut, “Datanglah ke ibu, kalau kamu sudah siap untuk minta maaf atas sikap tidak sopan kamu tadi.”
Pahami kegiatan anak. Kerap orangtua menyuruh anak secara tiba-tiba. Tanpa mau mengerti sedang apakah anak saat itu. Bisa saja anak sedang asyik bermain, membaca atau kegiatan lain. Walhasil, anak akan menolak dan berusaha menunda perintah hingga memancing emosi orang tua.
Pahamilah tahapan perkembangan anak yang benar. Sebagai orang tua, lazimnya Ayah memahami setiap tahap perkembangan anak sesuai dengan usianya. Sehingga Ayah tidak salah dalam menentukan sikap dan peraturan di rumah.
Lakukan refreshing. Orangtua yang sibuk bekerja dari pagi hingga malam, akan mudah terpancing emosi dan kemarahannya. Ayah yang harus bekerja di kantor. Juga ibu yang harus mengurus seluruh pekerjaan di rumah. Terlebih tanpa adanya pembantu. Kondisi tersebut menyebabkan ayah dan ibu menjadi lelah fisik dan psikis. Ada baiknya Ayah meluangkan waktu untuk refreshing. Misalnya; membaca, olah raga, melukis atau hobi Ayah yang lain.
Sebenarnya P ingin menulis banyak lagi kiat-kiat untuk para ayah. Tapi dia putuskan untuk saat ini cukuplah ini saja. Di akhir tulisannya, di tuliskan sebait doa, yang intinya berharap betul semua ayah membacanya. Semoga.
(Lembaga Ayah untuk Semua & Komunitas Orang Tua Bijak Salimah
Sahabat saya, sebut saja ‘P’ (15), mengirim sms. Isinya singkat,”Where have all the fathers gone?”
P adalah anak muda yang bertahan hidup dengan seorang ayah tokoh ternama yang selalu hadir di media massa, tapi raib di depan anak-anaknya. P sejatinya sudah tidak berharap banyak pada ayahnya. Kecuali satu hal; disiplin. Karena P menyadari betul sesuai dengan pesan dari buku-buku Biografi orang terkenal yang sangat digemarinya bahwa hampir semua tokoh berhasil lahir dari disiplin yang baik dari ayahnya.
Berikut ini catatan sederhana dari P tentang disiplin dan mungkin ini jugalah sebenarnya harapan dari anak-anak terhadap para ayahnya dalam masalah disiplin.
Ada beberapa kiat sederhana untuk para ayah dalam mengenalkan, membiasakan serta menegakkan disiplin pada anak-anak.
Selalu menjaga ketenangan.
Bila Ayah dalam kondisi marah, gemas, dan ingin mencubit ataupun menjewer, tenangkan diri secepatnya. Tarik nafas dalam-dalam sambil beristighfar. Jika emosi masih memuncak, berwudlulah. Jika emosi masih tersisa, shalatlah.
Berikan arahan bila salah.
Jika suatu saat Ayah mendapati anak melanggar peraturan, jangan langsung menjadikannya sebagai terdakwa. Cobalah untuk bertanya dan mendengar pendapat anak sehingga anak benar-benar memahami apa yang dilakukannya. Kalau ia tidak mengerti bahwa itu salah, beri tahu kesalahannya dan arahkan seperti apa harusnya.
Jangan libatkan diri pada konflik dengan anak.
Saat anak terlihat kian tak terkendali, beri dia waktu untuk sendiri. Pergilah ke ruangan lain dengan sebelumnya ucapkan dengan lembut, “Datanglah ke ibu, kalau kamu sudah siap untuk minta maaf atas sikap tidak sopan kamu tadi.”
Pahami kegiatan anak.
Kerap orangtua menyuruh anak secara tiba-tiba. Tanpa mau mengerti sedang apakah anak saat itu. Bisa saja anak sedang asyik bermain, membaca atau kegiatan lain. Walhasil, anak akan menolak dan berusaha menunda perintah hingga memancing emosi orang tua.
Pahamilah tahapan perkembangan anak yang benar. Sebagai orang tua, lazimnya Ayah memahami setiap tahap perkembangan anak sesuai dengan usianya. Sehingga Ayah tidak salah dalam menentukan sikap dan peraturan di rumah.
Lakukan refreshing.
Orangtua yang sibuk bekerja dari pagi hingga malam, akan mudah terpancing emosi dan kemarahannya. Ayah yang harus bekerja di kantor. Juga ibu yang harus mengurus seluruh pekerjaan di rumah. Terlebih tanpa adanya pembantu. Kondisi tersebut menyebabkan ayah dan ibu menjadi lelah fisik dan psikis. Ada baiknya Ayah meluangkan waktu untuk refreshing. Misalnya; membaca, olah raga, melukis atau hobi Ayah yang lain.
Sebenarnya P ingin menulis banyak lagi kiat-kiat untuk para ayah. Tapi dia putuskan untuk saat ini cukuplah ini saja. Di akhir tulisannya, dituliskan sebait doa, yang intinya berharap betul semua ayah membacanya. Semoga.
(Lembaga Ayah untuk Semua & Komunitas Orang Tua Bijak Salimah