Produktivitas Di Tengah Bayangan Rutinitas

by -1672 Views

pic-2“Saya cuma seorang ibu rumah tangga”. Itu ungkapan paling tak percaya diri dari Seorang perempuan yang telah menikah. Seolah pekerjaan ibu rumah tangga sepele dan tidak berarti

Jika tidak yakin dengan hebatnya status ibu rumah tangga (IR). bagaimana mungkin menghasilkan sesuatu yang hebat dari rumah? Rutinitas kerap menjadikan suatu pekerjaan kehilangan maknanya. Apalagi rutinitas mengurus rumah anak, dan suami, sepertinya hal yang sudah lumrah, meski berhasil dikerjakan dengan memuaskan.

Dilema
Rasa tidak percaya diri IRT makin bertambah ketika ekonomi keluarga memburuk. Harga-harga membumbung tinggi, kebutuhan keluargapun membengkak. Rasanya makin tak berarti ketika segala sesuatunya hanya menunggu “uluran tangan” suami. Para ibu pun berteriak ingin lebih produktif, lebih menghasilkan tidak semata mengerjakan urusan rumah tangga.
Sayang, banyak yang tak tahu Caranya.

Namun di sisi lain, banyak ibu bekerja yang dari kacamata umum terlihat produktif juga tidak puas dengan apa yang dilakukannya. Hatinya terbelah dua ketika harus pergi ke kantor, meninggalkan anak-anak yang masih kecil di rumah dan melihat rumah selalu berantakan karena tak kuasa mengurusnya sepulang bekerja. Secara ekonomi ia memang tak perlu terlalu bergantung pada suami, tapi harga yang harus dibayar ternyata sangat mahal: jauh dari anak dan kondisi rumah tak nyaman.

Jalan yang paling ideal adalah bagaimana tetap bisa produktif sesuai kebutuhan. namun ibu tak perlu ke luar meninggalkan kewajibannya di rumah. Terbukti, sudah.banyak IRT yang meraih sukses meningkatkan produktivitasnya tanpa harus rutin ke luar rumah.

Produktif adalah Manfaat
Yulia Karmiluwati, motivator ABCO Sugesti Motivation, membedakan pekerjaan IRT menjadi pekerjaan reproduktif (di rumah tangga) dan produktif di luar rumah).

Bolehkah perempuan mengambil peran produktif? “Islam menempatkan perempuan secara proporsional untuk memiliki kesempatan yang sama dalam mengembangkan diri sesuai dengan tugasdan fungsinya, baik secara reproduktif ataupun produktif,” jelasnya.

Dalam mengemban semua amanah tersebut, tambah Yulia, yang utama bagi ibu rumah tangga adalah bagaimana agar anak dan suami tidak terabaikan.Untuk itu, butuh kesepakatan yang jelas antara suami dan istri. Jangan sampai karena ingin lebih produktif demi memberikan banyak manfaat, malah menimbulkan banyak masalah

“Hidup ini pilihan dan setiap pilihan yang diambil harus siap dengan konsekuensinya,” Yulia mengingatkan. Pikirkan risiko bagaimana anak ketika ibu ingin lebih produktif, bagaimana dengan pengeluaran, membayar asisten rumah tangga, dan lainnya. “Di sinilah masalah sering terjadi. Produktif, tapi tidak ada izin suami, tidak meminta restu ke anak anak tidak ada komunikasi yang baik,” sesalnya

Produktif adalah sesuatu yang menghasilkan terus-menerus dan mendatangkan manfaat. Jadi jangan mengartikan produktif itu berhasil secara ekonomi saja. Karena bagi seorang ibu rumah tangga, kebutuhan terhadap produktivitasnya berbeda- beda. “Ibu rumah tangga bisa punya produktivitas sesuai dengan apa yang dia minati.” demikian menurut Anna Surti Ariani, S.Psi,M.Si, Psi. Selama kegiatan yang dilakukan dirasakan manfaatnya oleh si ibu dan keluarga, maka itu sudah bisa disebut produktif. Di sini juga akan tercapai aktualisasi diri si ibu, di mana kepuasan diri.dan manfaat psikis akan iarasakan. Sehingga timbullah rasa percaya diri yang positif.

Karena kebermanfaatan terkait erat dengan produktivitas, maka semakin besar manfaat yang dirasakan oleh banyak orang, semakin produktiflah kita. Dan kita tak mungkin mengetahui seberapa besar produktivitas kita jika tidak mencoba melakukan pekerjaan lebih dari rutinitas yang biasa dilakukan

Dampak Kurang Produktif
Jika seorang IRT tidak produktif, terutama tidak maksimal dalam mengurus rumah tangganya anaknya juga suaminya, maka tunggulah kehancurannya karena perempuan itu adalah tiang negara tegas Yulia.

Anna Surti pun menambahkan, sikap tidak produktif juga akan membuat perempuan tidak bisa mandiri dan terlalu tergantung dengan suami. “Waktu pun akan lebih banyak yang terbuang. apalagi jika pekerjaan rumah sudah diurus oleh asisten.”

Sikap yang tidak produktif padahal prioritas hidupnya menuntut produktivitas yang lebih membuat hidup menjadi stagnan dalam banyak hal. Ketidakpuasan diri perlahan muncul sehingga hubungan interpersonal dalam keluarga dapat makin berkurang kualitasnya.

Jadi sebetulnya produktif adalah suatu keharusan bagi ibu rumah tangga. Ia harus meningkatkan terus level produktivitasnya Sesuai kemampuan dan prioritas agar hidupnya makin berkualitasnya.

Langkah mudah untuk memulai produktivitas, menurut Yulia, pertama adalah dengan mengenalkan apa dan bagaimana produk diri kita Kenalkan bahwa kita adalah orang yang ramah, mudah empati, atau sikap positif lainnya

Kedua, konsep diri. Ini sangat penting terutama saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam hidup. Konsep diri positif terbentuk dari kebiasaan memasukkan hal-hal positif saja dalam pikiran. Ketika terjebak rintangan, ia tak akan mudah patah semangat. “Pikiran adalah direkturnya tubuh, ia mengendalikan semua. Maka jangan izinkan hal negatif dari luar masuk dalam pikiran kita karena pikiran, perkataan, perasaan, dan perbuatan kita akan mengikutinya.”sarannya

Ketiga, “Produktiflah dengan berkaca pada sejarah produktivitas shahabiyah di zaman Nabi, sehingga produktivitas kita tidak kebablasan,” tandas Yulia.

Yuk, segera temukan langkah produktivitas ibu yang paling tepat sesuai prioritas saat ini.

Sumber : http://ummistore.com/blog/produktivitas-di-tengah-bayangan-rutinitas