Kisah inspiratif sekelompok pemuda di masa lampau yang hidup di zaman kepemimpinan seorang raja yang musyrik, bengis, jahat dan dzolim. Sekelompok pemuda yang dikenal dengan Ash-habul Kahfi itu menjadi bakal nama surat dalam Al Qur’an, Al Kahfi. Kisah mereka bisa dibaca dalam ayat 9-22. Mereka beriman kepada Allah Ta’ala dengan keimanan yang murni, tanpa bercampur dengan kemusyrikan. Sementara penguasa negeri dan mayoritas masyarakat menuduh, memfitnah Al Kholiq mengambil anak (Qs. Al Kahfi : 4).
Surah yang memuat 4 kisah yang dipaparkan dalam 71 ayat dari 110 ayat yang ada, dilatar-belakangi situasi memanasnya perang pendapat antara Rasulullah Saw dan kaum musyrikin Quraisy. Kala itu disebut masa pertentangan antara iman dan materialisme. Pertanyaan kaum musyrik tentang kisah sekelompok pemuda itu hendak menguji kebenaran Muhammad Saw sebagai utusan Allah Ta’ala.
Di setiap masa, pertentangan semacam ini selalu marak. Di tengah pergulatan ideologi, sosial, politik, ekonomi, budaya, pertahanan, keamanan yang menimpa suatu negeri akan menyulut ketidakpastian, ketakutan, kegamangan bahkan penderitaan. Masyarakat muslim akan dihadapkan pada dua kubu. Satu kubu berpegang teguh pada nilai keimanan kepada Allah Yang Maha Kuasa. Di sisi lain, ada yang lebih condong kepada iming-iming, imbalan materi, jabatan, jaminan keamanan dan bentuk lainnya. Pilihan ini sesungguhnya hendak menampakkan kecenderungan seseorang atau kelompok dan membuka jati dirinya, keberpihakannya, sikap dan perilaku, pilihan bahkan asumsi, pemikiran, pendapat dan keputusan yang mengandung konsekuensi bagi seseorang di dunia dan di akhirat.
Kisah Ash-habul Kahfi ini merupakan salah satu tanda kebesara Allah Ta’ala. Terlepas dari latar belakang turunnya kisah ini untuk menguatkan keimanan terhadap kebenaran Muhammad Saw sebagai Nabi dan Rasul Allah Swt. Nampak hikmah yang tersirat di dalamnya bermanfaat sebagai bukti dan penguat keimanan bagi orang yang beriman. Dengan kisah ini juga, Ia ingin memperbaiki akidah, pola pikir dan pandangan manusia agar lebih berpihak dan mendasarkan pilihan dalam hidupnya berlandaskan keimanan dan tidak tergiur dengan materi yang dapat merusak aqidah dan keimanannya.
Alkisah sebelum mereka ditidurkan oleh Allah Ta’ala, ada permohonan yang mereka panjatkan kepada Dzat Yang Maha Perkasa, sekaligus menjadi contoh dan kebaikan bagi orang yang beriman sesudah mereka, “Ingatlah, ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdo’a, ‘Ya Rabb kami. Berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami.” (QS. Al Kahfi : 10)
Do’a merupakan senjata bagi orang mukmin dibalik kelemahan, ketidaktahuan, ketidakpastian dan kebingungannya. Mereka memohon dua perkara, yakni Rahmat dari sisi Allah Ta’ala dan petunjuk yang lurus dalam urusan yang menimpa. Mereka sangat menginginkan bisa mengajak kaumnya untuk menyembah Allah semata, tidak menyekutukan-Nya dengan apapun dan siapapun. Namun hajat mereka tertahan oleh kedzoliman penguasa negeri saat itu dan mendapat dukungan mayoritas penduduk negeri. Di tengah ketidakpastian antara harapan, keimanan yang bersemayam di dalam lubuk hati, akal dan keinginan untuk tetap bisa beribadah, beramal sholih dan berdakwah pada masanya. Namun harus berhadapan dengan situasi dan kondisi ipoleksosbudhankamnas dalam negerinya yang sangat tidak kondusif dan memaksanya untuk mengambil jalan keluar. Sehingga ia terus berdo’a kepada Allah Ta’ala dan berharap petunjuk-Nya dalam mengambil sikap yang tepat bagi dirinya di dunia dan akhirat.
Do’a mereka diijabah, Allah Ta’ala mendatangkan Rahmat-Nya berupa petunjuk bagi mereka agar bersafari menuju gua dan ternyata mereka tertidur di dalamnya. Melalui kekuasaan dan mukjizat-Nya, ruh mereka tertahan, terlelap dalam tidur panjang selama 309 tahun, dalam kondisi mata terbuka, seakan mereka hidup dan berkehidupan. Manusia dibuat enggan mendekat, apalagi mengganggu tidur mereka. Jadilah mukjizat itu mengemuka menjadi bukti nyata tentang kemenangan orang-orang yang beriman di masa kapanpun, sepanjang landasan pilihan, sikap, perilakunya berlandaskan keimanan kepada Allah Ta’ala dan membela penegakan Kalimat-Nya. Bagi yang beriman, ia akan selalu menang dan tetap berada dalam kebenaran. Sementara keberpalingan dan ketergelinciran kebanyakan manusia, sehingga tergoda memilih tawaran materi, berupa harta dan tahta hanya akan menjadi penyesalan baginya di dunia dan akhirat. Sedangkan balasan di sisi-Nya bersifat pasti.
Kata ‘Rahmat’ diulang sebanyak enam kali dalam surah yang sama, yakni Qs. Al Kahfi : 10, 16, 58, 65, 82, 98, menunjukkan betapa urgensi permohonan Rahmat-Nya. Semoga Allah Ta’ala memberi petunjuk kepada umat Islam di masa ini dan di masa mendatang, agar tetap teguh dalam berpegang teguh dalam keimanan kepada Allah Ta’ala. Tetap memberikan pembelaan terhadap yang hak dan memerangi yang batil. Mengambil manfaat dan ibrah di balik anjuran Rasulullah Saw agar membaca surat Al Kahfi di setiap hari Jum’at, sekaligus memanjatkan do’a yang sama. Ya Allah… masukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang selalu mendapat Rahmat dan Petunjuk dari-Mu. Aamiin
Siti Faizah