Wasiat Umum

by -1457 Views

wasiat

Ketika kelelahan, keletihan, kepayahan, kesedihan, kesusahan menggelayuti pikiran, terasa beban di pundak terasa bertambah berat. Seketika tersadar akan sebuah wasiat yang tersimpan rapi dan disampaikan oleh Yang Maha Mencipta kepada mahluk yang diciptakan terdapat dalam ayat terakhir di surat ketiga Al Qur’anul Karim. Wasiat tersebut sarat akan makna. Di dalamnya mengandung intisari surat Ali Imran yang menjelaskan tentang urgensi empat perintah Allah Ta’ala, sekaligus menjadi wasiat umum bagi orang-orang yang beriman. Sebuah pesan yang menjadikan orang mukmin pantas diperkenankan do’anya, mendapatkan ampunan, pertolongan di dunia dan pahala di akhirat.
“Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap-siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” (QS. Imran : 200).
Pesan yang terkandung dalam ayat di atas meliputi empat perintah, yakni:
Pertama, wasiat untuk bersabar dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Seorang mukmin diminta bersabar dalam menjalankan perintah-Nya, seperti shalat, puasa, infaq, sedekah, menjaga persatuan dan kesatuan kaum muslimin. Sabar dalam menghadapi cobaan dan musibah, sabar dalam membaca dan menjaga ayat-ayat suci-Nya, berbuat baik, menegakkan kebenaran, berbakti kepada kedua orang tua dan perbuatan terpuji lainnya.
Berhati-hati agar tidak terjebak dalam perbuatan dosa dan larangan-Nya. Ditengah fitnah yang berkecamuk di alam fana ini, seringkali maksiat dan kemungkaran tersimpan rapi, terbingkai indah dan menarik, bahkan terkesan modern dan menyenangkan, menghibur dan menggiurkan. Bahkan banyak orang yang rela membeli dosa dan maksiat karena terjebak, tidak menyadari, tidak memahami atau menganggapnya solusi. Khamr dikenal memabukkan dalam bahasa Qur’an, kini bisa leluasa dikonsumsi dalam bahasa miras, narkotika, permen yang kandungannya zat adiktif dan tetap membuat manusia lupa akan Dzat Yang Maha Kuasa. Hal demikian tetap terlarang menurut-Nya.
Kedua, wasiat untuk menguatkan kesabaran dan ketabahan melebihi kesabaran mereka yang melanggar perintah Allah dan justru melakukan larangan-Nya. Termasuk di dalamnya adalah kesabaran dalam melawan hawa nafsu yang cenderung mengajak kepada maksud dan perbuatan buruk.
Kesabaran dan ketabahan para aktifis kebaikan justru sangat dianjurkan untuk dilakukan dalam semangat kebersamaan dan bekerjasama. Ketika menyadari bahwa ‘tak ada gading yang tak retak’, maka kesuksesan besar akan dapat diraih saat seluruh komponen kebaikan dalam bangsa ini bersatu.
Ketiga, bersiap-siaga di titik perbatasan di jalan dakwah dan jalan kebenaran. Termasuk menjaga profesionalisme dalam beramal solih. Profesional pada umumnya dilakukan masih sebatas tuntutan dunia kerja untuk meraih kemajuan dan keuntungan yang besar. Pesan ini menuntut seorang muslim menata organisasinya dengan manajemen professional, guna mencapai kemajuan organisasi dakwah dan keuntungan yang besar di dunia dan menjadi bekal di akhirat.
Menjaga agar dakwah ini berlangsung dengan menyenangkan, memuaskan, membuat manusia simpati terhadap agama Allah SWT, menghantarkan orang lain mendapatkan hidayah Allah, memenuhi relung hati manusia dengan rasa takut kepada Allah, menjaga amanah organisasi, menegakkan mu’amalah dengan saling ridha, berupaya memenuhi unsur-unsur professional dalam berdakwah, bersungguh-sungguh dalam memajukan organisasi tanpa pamrih, menjaga segala ketentuan-Nya merupakan upaya yang terpuji dan dianjurkan dalam Islam. Juga menjadi kebanggaan Baginda Nabi Saw terhadap umatnya melalui sabdanya, “Bersiap-siaga di titik-titik perbatasan di jalan Allah SWT selama sehari lebih baik dari dunia dan seisinya.” (Hadits dikeluarkan oleh Imam Bukhari)
Keempat, Bertakwa kepada Allah dalam kesendirian atau kebersamaan dan bekerjasama dalam kebaikan merupakan pesan terakhir yang membingkai tujuan utama dari wasiat tersebut, agar mencapai kemenangan.
Salah satu bukti kejujuran seseorang, saat mampu mengontrol dirinya, niatnya, ucapannya, perbuatannya meski saat sendiri. Bagaimana waktunya bermanfaat, bagaimana berpikir penuh dan sungguh-sungguh dalam setiap amanah yang diberikan kepada dirinya, selalu berpikir untuk memberi kepada orang lain, mencari solusi atas problematika umat dan bangsa merupakan rangkaian ketakwaan sekaligus perintah dari-Nya.
Allahu a’lam Bish shawab
Dra Siti Faizah
Ketua Umum PP Salimah