Taichung City. Tepat di pusat kota Taichung, sebuah kota di tengah Taiwan, Salimah Taiwan bersama dengan organisasi IMIT Taichung dan didukung juga oleh KDEI, KMIT, Formmit, dan TMA mengadakan pelatihan pengelolaan keuangan. Seminar ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan motivasi bagi orang Indonesia di Taiwan terutama BMI untuk punya keahlian dalam mengelola keuangan. Harapannya, para BMI tidak berlama-lama di Taiwan dan bisa kembali dan sukses di Indonesia.
Musalla IMIT yang terletak di Jiguang street no. 104, dipenuhi oleh orang Indonesia yang berdomisili di Taiwan. Minggu, 22 Januari 2017 ini tidak seperti biasanya, selain rekan-rekan yang berdomisili di Taichung, datang juga rombongan dari Utara dan Selatan Taiwan. Mereka semua bersemangat memenuhi Musalla IMIT untuk berpartisipasi aktif dalam Seminar Pengelolaan Keuangan ini.
Seminar pengelolaan keuangan ini dibuka dengan sholat zuhur dan makan siang bersama. Tepat pukul 13.00, acara intipun dimulai dengan kata sambutan dari Ketua Salimah Taiwan, bu Fitriani sekaligus launching gema salimah di kota Taichung.
Seminar ini diisi oleh tiga orang pembicara. Pembicara pertama adalah Bapak Arif Firmansyah, seorang dosen yang sedang menempuh studi S3 di National Cheng Kung Univesity di Tainan. Selain aktif sebagai staf pengejar di Univesitas Airlangga, beliau juga merupakan trainer dan konsultan Micro Business dan enterpreneurs. Pada seminar kali ini, beliau memberikan pengetahuan dan wawasan kepada peserta tentang Financial Quotient: Personal dan Spritual. Beliau menegaskan kepada peserta bahwa harus bisa membedakan mana kebutuhan dengan keinginan dan menerapkan prinsip menabung atau investasi dulu baru kemudian mengkonsumsi penghasilan.
Pembicara kedua adalah ibu Hj. Rachmatul Chasanah. Beliau adalah pengusaha toko Indonesia dan toko online makananan halal di Taoyuan serta juga penggagas pendirian Masjid Indonesia pertama di Taiwan yaitu Masjid Attaqwa. Beliau menjabarkan kisah beliau dari awal membuka usaha toko Indonesia dan sampai sukses seperti sekarang. Beliau sangat meyakini prinsip ikhlas dan berkah dalam berusaha. Salah satu yang sangat menarik adalah dalam berbisnis beliau mengaku tidak pernah menghitung pemasukan dan pengeluaran beliau. Beliau yakin pasti dagangannya untung karena niat awal beliau berdagang adalah untuk lebih mudah menjalankan ibadah. Beliau juga menjadikan usahanya sebagai salah satu sumber untuk pendanaan dakwah Islam di Taiwan dan selalu melibatkan Allah (seperti menjalankan tahajud) dalam setiap keputusan dan masalah yang dihadapi.
Pembicara ketiga adalah ibu Sukesi Dyah Fatimah. Beliau dan suaminya yang merupakan orang Pakistan, membuka dua toko Indonesia dan toko Pakistan di Chungli. Beliau mengaku lebih banyak mengikuti suami beliau dalam hal berdagang. Namun, satu hal yang sangat menarik dari bu Fatimah adalah selain sosok pekerja keras beliau juga sangat haus dalam menuntut ilmu Islam dan punya keinginan untuk bisa berdakwah. Suami beliau, sering kali menginisiasi untuk mengunjungi dan memberikan santunan kepada Buruh Migran Indonesia yang berada di shelter-shelter (tempat penampungan sementara BMI yang bermasalah) di Taiwan.
Peserta sangat antusias mendengarkan penjabaran dari setiap pembicara. Selain itu, moderator acara mbak Mega sangat lihai, sehingga acara tidak monoton dan semakin interaktif. Ketika sesi tanya jawab, peserta antusias mengajukan pertanyaan. Tak terasa, setelah semua sesi berlangsung, acara harus ditutup karena sudah menunjukkan pukul 16.00. Acara ditutup dengan do’a, foto bersama dan sholat ashar berjamaah.
Humas PSLN Taiwan
(RA)