Soliditas Tim

by -224 Views


Dra. Hj. Siti Faizah

Ketua Umum PP Salimah

Problematika kebangsaan yang semakin hari terasa semakin banyak menjadi stimulan dalam mengobarkan semangat kebersamaan dalam menuntaskan persoalan demi persoalan. Banyaknya persoalan menuntut persatuan dan kesatuan menghadapi pertempuran dan menjaga pertahanan, supaya bisa melawan, meniadakan dan mengenyahkan yang buruk dan batil. 

Menentang dan menghancurkan kebatilan bukan sekedar perintah agama, melainkan akan selalu bertentangan dengan hati yang bersih, jiwa yang jernih, pemikiran yang lurus dan budaya bangsa yang agamis, peradaban bangsa Indonesia yang didasari gotong royong, saling asah, saling asih, dan saling asuh. 

Islam sangat menghargai persatuan dan kesatuan yang antara lain ditandai dengan soliditas tim atau kekompakan pada satu komando dalam suatu organisasi. Sehingga menjadi amal yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala (Qs. Ash Shof : 4). Soliditas dalam Al Qur’an diumpamakan seperti satu barisan yang terjalin kuat, kukuh, kompak dan tidak tergoyahkan sedikitpun, laksana sebuah bangunan yang tertanam tegak dan kokoh antara bagian konstruksinya, tanpa ada sedikitpun celah dan lubang. Inilah hakekat keteguhan dalam melaksanakan perintah-Nya. 

Dalam surah yang sama mengisyaratkan pula urgensi persiapan yang matang, perencanaan yang baik, pemikiran yang mendasari sebelum mengawali kerja organisasi sampai pelaksanaan. Tuntutan beramal dengan baik dan cara yang benar disertai kesungguh-sungguhan merupakan realisasi keimanan dengan kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas dan ketekunan.  

     Jika dalam Surah Al ‘Ashr, Allah Ta’ala menjadikan iman, amal shalih dan saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran sebagai peluang melepaskan diri dari kerugian, sehingga menjadi orang yang beruntung. Banyak sekali manfaat beramal yang sudah dirasakan dalam kebersamaan, baik dalam lingkup bermasyarakat, berorganisasi dan berkelompok. Dalam suka berkelompok, adakalanya duka dalam kebersamaan, penyakit yang perlu diwaspadai agar tidak sampai terjangkit pada yang lain atau jika dibiarkan bisa mewabah. 

Peringatan agar waspada dan mawas, Ia tunjukkan melalui hadirnya Surah Ash Shaff. Surat yang hadir dalam Al Qur’an pada posisi yang diapit oleh Surah Aljumu’ah (Hari Jum’at, saat berkumpul) dan Surah Almumtahanah (perempuan yang diuji). seakan bermaksud mengajari bahwa bisa jadi dalam suatu perkumpulan merupakan sarana menguji setiap insan yang tergabung di dalamnya. Di sisi lain, terdapat keberkahan bagi perkumpulan tatkala masing-masing diri waspada akan ujian yang menimpa, penyakit yang mendera kalbu dan pemikiran, ketidakpercayaan dan aneka gangguan. 

Jika sejenak mengambil ibroh dari surat yang berbicara pentingnya soliditas tim yang bermuara pada kesamaan antara ucapan, janji yang tertulis sebagai hasil program kerja dengan pelaksanaan kegiatan. Di satu sisi, Ia menyatakan murka ketika tidak selaras antara perkataan dengan perbuatan. Sebaliknya, Ia menyampaikan cinta kepada para aktifis yang selalu menjaga soliditas organisasi, soliditas struktur, soliditas program, capaian visi dan misi organisasi. 

Soliditas tim dalam suatu organisasi merupakan esensi yang mendasari pelaksanaan program dan pencapaian tujuan. Allah Ta’ala memberi perhatian spesifik melalui kehadiran Surah Ash Shof. Meski hanya empat belas ayat, namun sarat pesan yang menekankan persatuan dan kesatuan. Kesamaan antara perkataan dan perbuatan, keselarasan garis besar haluan organisasi dengan pelaksanaan program kerja. Tetap konsentrasi pada tujuan, visi organisasi dan program kerja, sesuai antara janji dengan realisasi yang menuntut konsentrasi agar tidak sekedar menjadi reaktif (Qs. Ash Shof: 3).

Rasa kasih sayang-Nya yang begitu besar kepada hamba-Nya yang beriman dan beramal shalih agar mewaspadai perpecahan dan pertentangan, mengingat organisasi sebagai tempat berkumpul manusia yang heterogen dalam berbagai sisi. Sebab yang dihadapi adalah kebatilan yang juga tersistem dan terstruktur (Qs. Ash Shof : 8). Nampak peringatan agar tidak mengulang kesalahan dan kisah pahit-getir yang menimpa Musa ‘alaihissalam dan Isa ‘alaihissalam. Dua umat nabi ini dijadikan representasi bagi umat Muhammad SAW, agar berhati-hati dan tidak mengulang sejarah kelam yang menyebabkan mereka mendapatkan azab Allah sehingga bergelar Al-fasiqin dan Azh zholimin. Na’udzu Billah. Mereka telah menyakiti Nabi Musa dengan cara berpaling dari Taurat sebagai pedoman hidup yang menyebabkan hati mereka berpaling dari kebenaran. Umat Nabi Isa telah mengadakan kebohongan kepada Allah, memadamkan cahaya agama dan mengubah ayat-ayatNya. Mahabenar Allah yang berkehendak menegakkan agamaNya, meski orang kafir dan musyrik tidak menyukai. 

Ia menutup akhir surat pendek yang sarat makna ini dengan berpesan, supaya umat Muhammad tetap setia, teguh dalam menjaga soliditas berorganisasi dan berkelompok, agar termasuk golongan yang selamat dari azab yang pedih. Berhak mendapatkan pertolongan-Nya dengan kemenangan yang dekat. Contoh nyata seperti yang dilakukan oleh kaum hawariyyun yang bersegera dalam beriman dan beramal shalih. Secara tabiat akan ada segolongan dari jama’ah manusia yang menepati kebenaran dan beriman, namun ada pula segolongan yang memilih ingkar. Ingatlah bahwa pertolongan-Nya akan diberikan kepada mereka yang beriman dan senantiasa mengisi kehidupan dengan beramal shalih.