Menghadapi Pandemi dengan Hati dan Pikiran yang Sehat

by -311 Views

Penulis: Etty Praktiknyowati
Ketua Umum Salimah

Menghadapi pandemi ibarat menghadapi sebuah pertempuran yang lawannya tidak terlihat. Waspada dan hati-hati menjadi hal yang sangat penting. Namun, tidak perlu panik.

Di dalam Al-Qur’an surat Al Anfal ayat 45-46,  Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan kepada orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang memiliki keyakinan, untuk menghadapi situasi pertempuran dengan cara:

1. Meneguhkan hati.

Hal yang paling penting untuk dijaga dalam situasi yang membuat semua orang khawatir, takut, dan panik adalah keimanan. Artinya, yakin bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah SWT dan yakin dengan keberadaan Allah yang Maha Mengetahui segala kejadian mikro dan makro. Corona adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang diciptakan bukan tanpa alasan.

Keyakinan ini mengantarkan kita pada sebuah bentuk kepasrahan mendalam, hingga tiada yang terucap kecuali,

“Rabbana maa khalaqta haadzaa baathilaa, subhaanaka faqinaa adzaabannaar”.
“Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka”.

2. Banyak berzkir dengan menyebut nama Allah, beristighfar, berdoa dan membaca Al-Qur’an.

Wabah ini  luar biasa. Hingga 13 Januari 2021, tercatat 858 ribu kasus positif di Indonesia dengan korban meninggal berjumlah 24.951. Secara global, kasus positif covid-19 mencapai 92,3 juta dengan korban meninggal 1.98 juta. Hampir dua juta umat manusia meninggal dunia!

Jumlah korban tidak bisa diprediksi ke depannya. Corona dengan wujud yang tidak jelas menyerang manusia. Secara data, nyata-nyata mengurangi populasi serta menurunkan kualitas kesehatan manusia.

Dengan banyak berzikir, ibarat kita sedang bersandar dengan sandaran yang kuat kepada Allah Yang Paling Mengetahui keberadaan mahluk corona.

Merupakan hal yang wajar ketika kita menghadapi tantangan besar dan jauhnya perjalanan dengan memiliki perbekalan yang banyak. Tidak cukup hanya dengan sedikit zikir. Tidak cukup. Lemahnya bekal hanya akan menjadikan kita menunggu giliran sebagai korban. Na’uudzubillaah min dzaalika.

3. Menjaga ketaatan kepada Allah dan RasulNya.

Hal ini dijaga dalam situasi apapun. Apalagi dalam situasi dimana manusia sangat membutuhkan keselamatan hidup. Hakikat kehidupan meliputi di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, yang kita pikirkan adalah keselamatan kehidupan di dunia dan di akhirat.

Korban di masa pandemi yang cukup besar sudah menjadi fenomena dan data besar. Menjaga iman dan imun adalah bentuk upaya ketaatan kepada Allah SWT agar selamat hidup di dunia dan akhirat. Kalaupun Allah menghendaki kematian atas diri kita, maka kematian di saat wabah dalam keadaan beriman adalah kematian yang syahid. Dan apabila upaya menjaga iman dan imun sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan RasulNya menjadikan kita selamat dari ujian wabah ini, maka akan meningkat kualitas iman dan imun kita. Insyaa Allah.

4. Jangan menyibukkan diri dengan  perselisihan yang hanya akan melemahkan iman dan imun.

Perselisihan tanpa ilmu hanya akan menghilangkan kekuatan, menambah ketakutan, dan membebani pikiran. Gangguan pikiran akan menyebabkan penyakit fisik, yang diistilahkan psikosomatis.

Psikosomatis terdiri dari dua kata, yaitu pikiran (psyche) dan tubuh (soma). Gangguan psikosomatis adalah penyakit yang melibatkan pikiran dan tubuh, di mana pikiran memengaruhi tubuh hingga penyakit muncul atau menjadi bertambah parah. Istilah gangguan psikosomatis digunakan untuk menyatakan keluhan fisik yang diduga disebabkan atau diperparah oleh faktor psikis atau mental, seperti stres dan rasa cemas. Inilah pelemahan dan hilangnya kekuatan akibat  perselisihan.

5. Sabar dalam menghadapi situasi yang tidak sesuai dengan harapan.

Keinginan untuk merasa nyaman, sehat, berkumpul, bergembira yang akan mengantarkan kepada kesuksesan, kebahagiaan serta kesejahteraan, adalah situasi yang diharapkan setiap manusia yang normal.

Sedangkan sabar dengan terus melakoni perjuangan untuk keselamatan diri dan umat adalah sikap terbaik dan akan memperoleh hasil yang terbaik. Tetap optimis, tetap berbuat baik, dan tetap bersangka baik kepada Yang Maha Mengatur dan Menguasai kehidupan.

Innallaha yuhibushshabiriin. Allah mencintai orang-orang yang sabar.

Semoga dua ayat Al-Qur’an di atas dapat menolong kita dalam menghadapi pandemi di tahun 2021. Sehingga kita bisa melewatinya dengan kemenangan yang hakiki, menambah kualitas iman dan imun serta ketaqwaan kepada Allah SWT.

Salam sehat