Banjarmasin (20/1) – Banjir yang melanda Kalimantan Selatan memiliki dampak yang besar. Kehilangan pekerjaan, rumah hancur, bahkan kehilangan sanak saudara dirasakan oleh warga Kalimantan Selatan, khususnya di kota Banjarmasin.
Melihat situasi yang demikian ditambah pandemi Covid-19 yang belum juga usai, Salimah Banjarmasin berusaha memberdayakan dan mempekerjakan orang-orang yang kehilangan pekerjaannya di dapur umum Salimah Banjarmasin.
Banjir yang disebabkan oleh La Nina dan kerusakan hutan juga berdampak buruk pada psikologis warga dan pengungsi. Sebagian dilanda rasa cemas, sebagian lagi merasa gelisah.
Oleh karena itu, tidak hanya menyediakan dapur umum, PD Salimah Banjarmasin juga memberikan penguatan psikologis dan spritual kepada para pengungsi. Disadari bahwa tidak mudah bagi para pengungsi untuk mengikhlaskan segala kehilangan akibat banjir besar ini. Itu sebabnya Salimah hadir memberikan dorongan psikologis dan spiritual kepada para pengungsi.
Ketua PD Salimah Banjarmasin yang juga seorang konselor keluarga, Rimalia Karim, turun langsung ke Rumah Tahfidz Aisyah Al-Amin. Di salah satu tempat pengungsian yang dikelola oleh PD Salimah Banjarmasin, ia memberikan dorongan psikologis kepada para pengungsi.
“Silakan bapak ibu untuk mengakui semua emosi negatif yang keluar akibat stres karena bencana, silakan. Itu adalah hal yang wajar,” ucap Rimalia di depan 30 pengungsi Rumah Tahfidz Aisyah Al-Amin.
Pada akhir penguatan, Rimalia juga mengajarkan teknik mengelola stress.
Di tempat lain, heroisme Relawan Salimah Banjarmasin masih menorehkan cerita yang mengguggah hati. Tercatat salah seorang relawan yang berusia lanjut turut menggerakkan roda Dapur Umum Salimah. Setiap hari beliau menembus jalan bagaikan rawa sejauh 3 KM untuk ikut membantu operasional dapur umum.
Pada Selasa (19/1), tepatnya di hari kelima operasi “Salimah Berbagi Cinta : Banjir Kalsel 2021 – BJM”, Salimah Banjarmasin berhasil menebar cinta sebanyak 1000 bungkus makanan yang tersebar di dua titik. Salimah berkomitmen akan terus menebarkan cinta pada ibu, anak dan keluarga Indonesia.
*Humas Salimah Banjarmasin