Ibu Tangguh di Masa Pandemi

by -63 Views

Penulis: Hari Utami Dewi, PD Sumenep

Keluarga adalah fondasi utama dalam sebuah negara, kecil namun berefek besar terhadap peradaban dan  kemajuan sebuah negara.

Ketahanan Keluarga Sebagai Fondasi Utama

Unit terkecil dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah keluarga. kehadiran keluarga meneruskan mata rantai kehidupan manusia. Keluarga yang ideal menjadi dambaan setiap insan, namun liku-liku mencapai keluarga ideal butuh perjuangan keras dan pantang menyerah. Betapa banyak keluarga sukses dan betapa banyak pula kegagalan dalam berkeluarga, bisa kuat atau bisa lemah. Manusia hidup itu pastilah diuji dan ditempa sedemikian rupa oleh kerasnya kehidupan.

Salah satu contoh betapa manusia penuh dengan ujian hidup, yakni pandemi covid 19 yang melanda dunia. Fase perjalanan hidup manusia di dunia telah dihadapi dan dijalani dengan munculnya virus corona, virus yang tidak kasat mata namun mampu mengguncang dunia. Alhasil jutaan manusia sudah terinfeksi virus ini, ribuan telah meninggal dunia. Update kasus menurut BNPB Covid 19 di Indonesia tanggal 20 Oktober 2020 pasien positif tembus 368.842 orang, meninggal 12.734 jiwa, dan total yang sembuh 293.653 orang setelah menjalani dua kali pemeriksaan dengan metode Polymerase Chain Raction atau PCR. (KompasTV.com, 20 Oktober 2020) data ini akan terus berubah setiap harinya.

Sungguh dahsyat dampak virus ini bagi kehidupan manusia yang memengaruhi beberapa lini baik di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikan. Dampak di bidang ekonomi menyebabkan olengnya perekonomian dengan banyaknya PHK, lesunya pasar domestik, dan daya beli masyarakat rendah. Akibatnya memengaruhi bidang sosial salah satunya terjadi berbagai permasalahan dalam keluarga, sehingga angka perceraian meningkat drastis. Berdasarkan data Peradilan Mahkamah Agung di tahun 2020 mencapai 306.688 kasus. Itu artinya jumlah perceraian di Indonesia  rata-rata mencapai seperempat dari dua juta jumlah peristiwa nikah dalam setahun (Merdeka.com, 12 September 2020).  Sedangkan di Surabaya pada bulan Juli, cerai talak meningkat 478 perkara dan gugat cerai mencapai 1.054 perkara. Faktor ekonomi, perselisihan, dan KDRT penyebab perceraian (KompasTV.com, 16 september 2020).

Faktor ekonomi sebagai penyebab rangking pertama dalam perceraian, di samping penyebab yang lain, lebih-lebih di masa pandemi ini. Perceraian  tidak bisa disepelekan karena akan memengaruhi psikologis anak-anaknya. Broken home pastilah dialami mereka yang menempuh jalan perceraian. Oleh sebab itu ketahanan keluarga mutlak diperlukan,   dengan ketahanan keluarga yang harmonis dan terpelihara dengan baik maka akan menjadi sumbangsih kebaikan bagi bangsa dan negara. Ketahanan keluarga sangat penting sebagai wadah dalam memunculkan bibit unggul dan cikal bakal generasi bermartabat, bertakwa yang dapat menentukan masa depan peradaban dan kemajuan bangsa.

Menurut Badan Kependudukan dan keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2013), peran dan dan fungsi keluarga terbagi menjadi delapan yaitu fungsi keagamaan, fungsi sosial budaya, fumgsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi, dan fungsi pembinaan lingkungan. Dalam UU No 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, yang mendefinisikan keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.

Penguatan ketahanan keluarga selama masa pandemi harus memiliki strategi yang matang dan terencana, yaitu memperkuat fondasi keluarga dengan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan YME, menanamkan nilai-nilai agama dan moral, menjadi keluarga yang bersinergis dan harmonis antara anggota keluarga masing-masing, saling bekerjasama dalam menyelesaikan masalah yang terjadi, saling qonaah tidak banyak tuntutan, dan saling membahagiakan satu sama lain, baik suami kepada istri ataupun sebaliknya, serta kepada anak-anaknya. Di Surat At-Tahrim ayat 6 Allah telah menyatakan agar menjaga keluarganya dari api neraka, maksud kandungan ayat ini  berimplikasi agar keluarga menjadi Baiti Jannati.

Sejalan dengan program pemerintah baik dari BKKBN maupun program Kemenag khususnya Direktorat Bina KUA dan Keluarga Sakinah telah melakukan  mitra strategis dengan Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) dalam melakukan penguatan ketahanan keluarga. Progres pemerintah tidak sampai di sini, peran PKK dan Dharma Wanita terus digalakkan dalam memperkokoh ketahanan keluarga.

Keluarga hendaknya memiliki kurikulum, Ayah sebagai kepala sekolahnya, ibu sebagai gurunya, dan anak sebagai muridnya. Buat kerangka kurikulum yang jelas dan bagaimana peran antar anggota keluarga. Keluarga bak sekolah yang memiliki tujuan, visi, dan misi yang jelas. Sehingga keberadaan keluarga tidak berjalan apa adanya, tapi keluarga yang bisa unggul dan berkualitas. Lalu bagaimana peran kita sebagai individu? Sebagai seorang Istri? Sebagai seorang ibu? Dalam mempertahankan ketahanan keluarga di masa pandemi ini? Maka patut kita jajaki dan telusuri  dengan saksama untuk menyusun program bagi kita sendiri.

Menjadi Ibu Tangguh

Berbicara tentang sosok ibu pastilah menarik, karena seorang wanita secara kodrati pasti memiliki naluri keibuan dan kelembutan. Relevansinya dalam ketahanan keluarga sosok wanita sebagai ibu dan istri sangat besar pengaruhnya, sebagaimana ajaran agama Islam memuliakan sosok ibu. Rasulullah SAW memuliakannya karena tugas beratnya mengandung, melahirkan, dan membesarkan anak-anaknya dalam mewujudkan generasi emas yang berkualitas dan berguna bagi agama dan bangsa.

Khusus di masa pandemi ini, Rumus menjadi ibu tangguh sebenarnya mudah dengan cara dipraktikkan dan diaplikasikan. Ibu yang tangguh adalah ibu yang dapat membidik karakter hebat bagi anak-anaknya.             Berikut ini rumus jitu menjadi sosok ibu tangguh di masa pandemi Covid 19;

Pertama, Agendakan jadwal harian anak mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali. Membuat jadwal yang dapat mengakomodir segala aktivitasnya,  salat, mengaji,   makan, belajar online / mengerjakan tugas dari guru, free time, bermain, dan family time.

Kedua,  Istiqomah (2017) menyatakan  bahwa penyair ternama Hafidz Ibrahim mengungkapkan sebagai berikut Al Ummu madrosatul ula li auladiha, Ibu adalah madrasah atau sekolah pertama bagi anak-anaknya,  Jadilah guru bagi anak-anaknya saat mereka belajar dan mengerjakan tugas dari sekolah saat pembelajaran online, karena sesungguhnya naluri menjadi guru akan datang dengan sendirinya di saat mendesak seperti masa  pandemi  ini. Anak-anak butuh bimbingan dan umpan balik dari materi-materi pelajarannya. Awasilah anak saat menjawab ulangan online, utarakan kepadanya bahwa kejujuran lebih penting dari nilai yang bagus tapi dari hasil menyontek.

Ketiga, sediakan sarana dan prasarana anak dalam belajar di rumah  terutama internet. Sebab internet adalah kebutuhan krusial bagi anak-anak dalam meng-update informasi dan menambah wawasan anak dalam belajar. Bimbing anak-anak untuk selalu mengakses belajar online gratis, seperti  ruang guru, zenius, akses google G Suite for education, akses kelas pintar dan lain-lain.

Keempat, ciptakan suasana rumah yang menyenangkan dengan menyalurkan hobi masing-masing yang dapat dilakukan di rumah. Misalnya, anak senang membuat aneka kreasi permainan, maka perlu disalurkan dengan membuat permainan dengan bahan kardus dan semacamnya, murah dan meriah. Intinya anggota keluarga saling berkreasi dan bermanfaat bersama.

Kelima, family time tidak boleh disia-siakan dengan bermain gawai sepanjang hari. Tanpa kita sadari kecanduan bermain gawai dapat merusak hubungan kualitas kekeluargaan. Pergunakan gawai dengan seefektif mungkin dan berusaha untuk disiplin diri dengan tidak menyentuh gawai saat kebersamaan dengan keluarga. Buatlah komitmen bersama, tentang waktu penggunaan gawai

Keenam, gunakan waktu untuk menonton televisi berita-berita terkini dan acara bermanfaat untuk menambah wawasan. Harus senantiasa update berita terkini dan mengikuti rambu-rambu yang diberikan oleh pemerintah pada masa  pandemi Covid 19. Ikuti protokol kesehatan yang telah diberikan oleh pemerintah, misalnya mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, dan menggunakan masker. Sehabis bepergian hendaknya membersihkan badan dan berganti pakaian.

Ketujuh, Upayakan untuk berliterasi di rumah, biasakan seluruh keluarga membaca baik dari buku maupun e book. Mencoba menulis dengan meringkas buku bacaan yang telah dibaca. Kalau perlu berlatih menulis atau mengarang sesuai dengan kemampuan dan keinginan, baik tulisan fiksi dan nonfiksi. Bahkan masa pandemi inidapat membawa berkah dengan menghasilkan karya tulisan.

Kedelapan, vaksin terbaik dalam menghadapi virus Covid 19 adalah imunitas tubuh yang prima, maka sediakanlah makanan yang bergizi dengan memasak sendiri agar higienis dan menambah keahlian mengolah makanan. Jadwalkan kegiatan berolahraga bagi seluruh keluarga meski hanya jalan-jalan pagi di alun-alun pusat kota setiap weekend.

Kesembilan, masa pandemi pastilah berpengaruh terhadap faktor ekonomi, maka bagi suami yang kehilangan pekerjaan atau kekurangan peghasilan, istri atau ibu diharapkan untuk membantunya dalam mencari rezeki. Sesuaikan dengan keterampilan yang dimilikinya, seperti berjualan online, bisnis catering, dan lain sebagainya, tanpa melupakan tugas, kewajiban, dan fungsinya sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya.

Kesepuluh, ini yang terpenting yaitu tingkatkan  keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan YME, sebagai fondasi dalam menghadapi virus corona, sebenarnya wabah ini  adalah masa ujian yang diberikan Tuhan pada hamba-Nya. Jalani dengan ikhlas dan tawakkal. Jadikan masa ini sebagai masa untuk taqarrub kepada Tuhan, perbanyak ibadah dan doa.

Kesimpulan

Ketahanan keluarga dimulai dari ayah, ibu, dan anak untuk saling memahami, saling qonaah, saling membahagiakan, dan saling bekerjasama. Ketangguhan dan kecerdasan seorang ibu dalam menjaga ketahanan keluarga di masa Covid 19  adalah kunci keberhasilannya.

Dia diumpamakan berperan menjadi koki, perawat, akuntan, guru, cleaning servis, ojek, pebisnis, dan psikolog.  Suami menjadi tentram hidup bersamanya dan anak-anak merasa tenang dengan kehadirannya. Dia bagaikan oase di tengah wabah Covid 19 yang dapat memberikan nutrisi bagi psikis dan fisik keluarganya. Kehebatan seorang ibu dilihat seberapa tangguh ia dapat  mengatasi kesulitan, dapat membentuk karakter anak, dan mampu berperan aktif di tengah masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Cahyadi Takariawan. 2012. Wonderful Family. Solo: PT. Era Adicitra Intermedia.

Defrizal S & Yessy Y. 2018. Membidik Karakter hebat. Depok: Gema Insani.

Indra W. dkk. 2013. Pegangan Kader BKR tentang Delapan Fungsi Keluarga. Jakarta: BKKBN.

Istiqomah. 2017. Madrasah Terbaik itu Ibu.  Surabaya: Pustaka Media Guru

KompasTV.com, (2020, 20 Oktober)  Tambah 3.602, Kasus Covid 19 di Indonesia Tembus 368.842, dari  https://www.kompas.tv/nasional/update-corona-

KompasTV.com, (2020, 16 September) Di Surabaya, Masa Pandemi Covid 19 Angka Perceraian  Meningkat Tinggi, dari https://www.kompas.tv/article/108693/di-surabaya-masa-pandemi-covid-19-angka-perceraian-meningkat-tinggi

M. Muttaqwiati. 2012. Bukan Ibu Biasa. Solo: PT. Era Adicitra Intermedia.

Merdeka.Com, (2020, 12 September),  Kemenag Sebut Angka Perceraian Mencapai 306.688 Per Agustus 2020, dari https://m.merdeka.com/