Kisah Keluarga Penyintas Covid

by -40 Views

Penulis: Pengurus PD Salimah Madiun

Bismillahirrahmanirrahim, alhamdulillahirrobbil’alamin segala puji hanya bagi Allah Rabb semesta alam yang telah memberikan kita nikmat sehat, nikmat iman dan nikmat Islam, hingga sampai saat ini kita masih bisa hidup dan merasakan indahnya ukhuwah Islamiyah.

Ketahanan berasal dari kata “tahan” sehingga menurut saya kata “ketahanan” adalah proses atau kondisi dimana manusia bisa tahan. Ketahanan Keluarga di masa pandemi, berarti disini saya akan mencecitakan bagaimana keluarga kami bertahan di masa pandemi. Khususnya saat keluarga kami terpapar covid19 pada awal Januari 2021 lalu.

Awal kami bergejala tanggal 5 Januari 2021. Demam dan batuk awalnya dirasa oleh suami saya, dua hari tidak reda meskipun minum obat batuk dan penurun panas, kami pun ke dokter biasanya kami periksa jika sakit. Setelah diperiksa dokter bilang “jika dua hari ke depan tidak ada perubahan silahkan ke Laboratorium untuk swab PCR”. Dua hari berlalu dan benar tidak ada perubahan, kami pun ke Laboratorium untuk swab PCR, hasil keluar tanggal 11 Januari 2021 dan dinyatakan positif terppar covid19 dengan nilai CT 28 untuk suami, nilai CT saya lebih rendah yaitu 15.

Apa yang harus kami lakukan selanjutnya? Memanggil Laboratorium swasta yang bisa mengambil sampel untuk swab antigen untuk orangtua kami serta asisten rumah tangga kami. Tanggal 12 Janurai 2021 hasil rapid antigen keluar dan semua dinyatakan positif terpapar virus, kecuali nenek yang usianya 86 tahun.

Baiklah.. kami mencoba untuk menerima keadaan dan berfikir sehat, artinya mencoba untuk tidak menyalahkan siapa pun atas kondisi ini. Meski bisa saja diantara kami, menyalahkan satu sama lain. Alhamdulillah suami, ayah, ibu, nenek maupun ART memahami bahwa virus covid19 adalah sesuatu yang tidak terlihat jadi kami pun tidak tahu siapa yang terpapar pertama kali dan menulari siapa. Mencari cari siapa dulu yang terpapar justru akan membuat imun kita turun, sehingga kami sepakat untuk fokus pada solusi.

Mengapa solusi? Karena ternyata permasalahan saat isolasi mandiri karena terpapar covid19 tidak hanya masalah penyembuhan, tetapi juga masalah bagaimana kami bisa bertahan selama isolasi berlangsung. Mulai dari obat, vitamin, kebutuhan sehari hari, berikut mengatasi repotnya bersih bersih rumah dalam keadaan badan lemas, berikut mengurus nenek yang kondisinya negative dari virus.

Alhamdulillah kami dianugerahkan teman teman yang sangat sigap oleh Allah. Teman sekolah, teman dari Imani Kabupaten Madiun, teman kerja dan juga tetangga. Kami sebutkan sesuai dengan urutan kesigapan (^v^). Mengapa tetangga sigapnya justru yang terakhir? Padahal mereka yang terdekat. Karena kami tinggal di desa, yang mayoritas pengetahuan tentang covid19 masih kurang, sehingga yang ada hanyalah ketakutan yang berlebihan. Semua kami syukuri, karena kasus keluarga kami akhirnya menjadi pembelajaran untuk mereka juga.

Untuk masalah makan, kami dikirim oleh teman sekolah, mereka membentuk satgas untuk keluarga kami, mengirim makanan secara terjadwal. Untuk obat dan vitamin dibantu oleh teman teman Imani. Makanan, obat dan vitamin tersedia cukup setiap hari bahkan lebih, tapi sayangnya kondisi tubuh kami belum vit, jadilah sering berbagi makanan juga ke tetangga yang sering menawarkan bantuan tenaga ke keluarga kami. Hari demi hari kami lewati dengan penuh perjuangan, perjuangan memasukkan makanan dan vitamin juga obat ke tubuh kami, perjuangan bertahan agar berakhir dengan hasil predikat negative covid19 semua. Kami berusaha sekuat tenaga diiringi dengan do’a, tetapi allah jua yang Maha memiliki Keputusan. Kami semua sehat dan dinyatakan negative covid19, kecuali ayah. Ayah berpulang kepada Rabbnya pada tanggal 1 Februari 2021. Ayah kami ada komorbid jantung dan pasca kanker nasofaring. Kami ikhlas, karena Allah menyembuhkan ayah kami dengan cara terbaikNya.
Alhamdulillah masa masa sulit telah berhasil kami lewati, ibu dan nenek juga kian tenang, hanya sesekali terisak kecil mengingat almarhum ayah.

Hikmah yang dapat kami petik dari masa masa sulit kami saat bertahan di masa isolasi mandiri kami adalah:

1.) Jangan menunggu sakit untuk selalu dekat dengan Allah
2.) Jaga silaturahim saat sehat ataupun sakit, agar teman dan saudara juga menjaga silaturahim denganmu, baik disaat sehat ataupun sakitmu
3.) Jangan bosan mematuhi 5M
4.)Jangan pelit memasukkan nutrisi pada tubuhmu, karena pada saat sakit, nutrisi baik akan dengan cepat membuatmu pulih kembali
5.) Jangan malas berolahraga
6.) selalulah berprasangka baik pada Allah
7.) Rajinlah menanam tanaman sayur sayuran di pekarangan, agar tidak kesulitan saat membutuhkan mendadak dan orang jualan sayur masih enggan belok ke rumah pasca kami isolasi mandiri.

Sekian cerita dari kami, para penyintas covid19, semoga bermanfaat. Semoga Allah melindungi kita semua dari segala macam penyakit. Aamiin ..