Perempuan dan Ketahanan Keluarga

by -18 Views

Penulis : Dwi Ning Wahyuni Budi, PC Salimah Gunung Putri

Mendengar kata perempuan, banyak rasa yang akan dirasa. Banyak warna yang akan menyapa. Perempuan dengan segudang aktivitas kesehariannya menjadikan perempuan sebagai makhluk Allah yang paling unik karakteristiknya.

Kata perempuan memiliki kata dasar “empu”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti “empu” adalah gelar kehormatan yang berarti “tuan”, orang yang sangat ahli. Intinya adalah ketika kita memilih kata perempuan dibandingkan kata wanita, disana memiliki nilai kesakralan yang lebih tinggi. Ketika nilai kesakralan itu tinggi, maka kitapun dapat menempatkan pembahasan perempuan sesuai dengan kedudukan dan fungsinya sebagai makhluk ciptaan Allah swt dari berbagai dimensi.

Berbicara mengenai perempuan, sama artinya kita membicarakan tokoh pendamping kaum laki-laki. Tidak akan lengkap kehidupan kaum laki-laki di muka bumi, tanpa keberadaan perempuan. Banyak ayat dalam Al-Qur’an yang menjelaskan keberadaan perempuan di muka bumi. Salah satunya di surat An-Nisa ayat 1:

“Wahai manusia!, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari diri yang satu (Adam) dan (Allah Swt) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya, dan dari keduanya Allah Swt memperkembangbiakannya laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah Swt yang dengan nama-NYA kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah Swt selalu menjaga dan mengawasimu”.

Berangkat dari ayat di atas, pembahasan terkait Perempuan dan Ketahanan Keluarga menjadi pembahasan yang sangat penting. Kenapa? Ya, karena miniatur sebuah negara akan terlihat dari keberadaan dan keberfungsian keluarga yang ada di negara tersebut. Artinya baik dan buruknya sebuah negara berbanding lurus dengan baik dan buruknya keberadaan dan keberfungsian keluarga di negara tersebut.

Saat membaca judul artikel Perempuan dan Ketahahan Keluarga, tentu kedua kata tersebut memiliki hubungan korelasioanal yang sangat erat. Ketika kata perempuan bersanding dengan kata ketahanan keluarga, di benak kita akan berpikir apa, mengapa dan bagaimana peran perempuan dalam dimensi ketahanan keluarga.

Ketahanan keluarga merupakan fondasi ketahanan nasional karena keluarga sebagai sistem mikro, mempengaruhi sistem yang lebih besar yang ada dalam masyarakat. Oleh karena itu mengapa ketahanan keluarga sangat penting dilakukan. Lalu apa alasannya perempuan memiliki korelasional yang sangat erat dengan ketahanan keluarga?. Pertanyaan imajinatif ini menjadi pertanyaan bersama kita saat mencoba memahami keberfungsian perempuan. Perempuan dalam Islam sangat dijunjung tinggi harkat dan martabatnya. Dari tangan perempuan akan lahir generasi-generasi penerus bangsa. Ibarat sebuah kawah candradimuka, perempuan dengan kemuliaan dan keistimewaan yang dimilikinya, mampu melahirkan generasi hebat pada masanya, bahkan sebaliknya.

Ketahanan keluarga menurut UU No. 10 Tahun 1992 merupakan kondisi dinamik suatu keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan, serta mengandung kemampuan fisk-material dan psikis mental spiritual guna hidup mandiri, dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dan meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin (BKKBN 1992). Dari pengertian ketahanan keluarga menurut BKKBN, jelas terlihat korelasinya dengan perempuan.

Dalam kehidupan, tentu setiap keluarga mengalami pasang surut permasalahan. Kelentingan keluarga untuk mampu bangkit dari keterpurukan tidak serta merta ada dengan sendirinya. Semua kemampuan yang dimiliki keluarga membutuhkan proses pematangan, baik secara fisik maupun psikis. Perempuan diciptakan Allah Swt dengan kelebihan memiliki kemampuan untuk melakukan sebuah konsep edutainment dalam keluarga. Sebuah konsep pendidikan yang membawa nilai entertainment bagi anak-anaknya. Konsep “Al Ummu Madrasah” bukan menjadi jargon kosong semata. Perempuan memiliki kecerdasan verbal melebihi kaum laki-laki, sehingga sangat terbuka peluang bagi perempuan untuk membangun komunikasi yang sehat di antara anggota keluarga. Konsep pendidikan anak memang semua berawal dari rumah. Perempuanlah yang dominan mendisain profil keluarga seperti apakah yang ingin dibentuk, Bagaimana fungsi keluarga bisa berjalan sebagaimana mestinya, perempuanlah yang
memegang skenarionya. Perempuan harus memiliki visi ke depan. Perempuan bisa menjadi partner bagi suaminya dalam membentuk keluarga yang memiliki ketahanan dan kelentingan dalam memaknai setiap permasalahan yang dihadapi.

Perempuan yang memfungsikan keberadaannya dalam keluarga sesuai kodrat ilahiyah, maka perempuan tersebut akan mampu membentuk komponen ketahanan keluarga, yaitu ketahanan fisik, ketahanan sosial dan ketahanan psikis.

“BERSAMA SALIMAH, PERKUAT KETAHANAN
KELUARGA”.

(Wallahu a’lam).