Menjaga Keberlangsungan Dakwah adalah Kewajiban

by -1138 Views

Oleh: Ustadzah Aan Rohanah
Ketua Dewan Pertimbangan Salimah Pusat

Dakwah tidak boleh lemah apalagi hilang. Ia terus dilaksanakan, baik atas nama pribadi atau organisasi.

Dakwah mengacu pada hadits Rasulullah “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari).

Dakwah tidak bisa dilakukan sendiri. Sebab, ia bukan hanya untuk keluarga, namun untuk seluruh alam.

Cara menyampaikan dakwah dituntun oleh Allah dalam Al Qur’an surat An Nahl ayat 125 yang artinya “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan Mauidzatun Hasanah (pengajaran yang baik), dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.

Dakwah dengan hikmah dan pengajaran yang baik dicontohkan oleh Rasulullah sepanjang hidup beliau di Makkah dan Madinah.

Rasulullah mewariskan Islam untuk ditegakkan sehingga terasa nikmat. Meskipun dimulai dari penolakan, namun pada akhirnya dakwah Islam mampu menguasai Romawi dan Persia. Karena itu, teruslah berdakwah.

Tujuan dakwah adalah untuk menegakkan kalimat Allah. Dan mudah bagi Allah untuk menggantikan orang-orang yang tidak beriman menjadi beriman.

Salah satu amanah berdakwah adalah agar kita menjadi umat terbaik. Menjadi umat terbaik dilakukan secara berjamaah, dengan memperjuangkan visi dakwah. Semangat membawa Salimah menjadi ormas 3 besar disebarkan secara nasional, tidak hanya di pusat.

Ada dua syarat menjadi umat yang terbaik:

  1. Dakwah
  2. Istiqomah

Profesi terbaik adalah menjadi seorang da’i. Menjadi da’i di Salimah berarti melakukan dakwah, menjaga motivasi dan kesiapan berdakwah, serta meniatkan untuk kepentingan dakwah selama di Salimah.

Aktivitas dakwah menjadi amal terbaik. Dakwah harus disertai keteladanan, bukan retorika dan ilmu semata. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَمَنْ  اَحْسَنُ  قَوْلًا  مِّمَّنْ  دَعَاۤ  اِلَى  اللّٰهِ  وَعَمِلَ  صَا لِحًا  وَّقَا لَ  اِنَّنِيْ  مِنَ  الْمُسْلِمِيْنَ

“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?”
(QS. Fussilat 41: Ayat 33)

Tidak ada aktifitas yang paling baik, kecuali berdakwah dan beramal sholeh. Ada kejelasan keteladanan, baik dakwah maupun komitmen.

Dakwah yang mengedepankan keteladanan lebih sukses. Keteladanan tanpa kata-kata pun sudah bisa mempengaruhi.

Untuk menjadi ormas terdepan, Salimah jangan hanya mengandalkan dana, tetapi mengandalkan pertolongan Allah. Bersandar padaNya, bukan hanya proposal.

Dakwah yang sudah berlanjut akan diiringi dengan kedamaian, ketenangan, dan ketentraman. Dakwah ilaa as salam membawa orang dalam ketenangan, bukan emosi.

Dakwah juga tidak terburu-buru. Ia berproses sehingga orang merasa nyaman, tentram, dan percaya.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَا للّٰهُ  يَدْعُوْۤا  اِلٰى  دَا رِ  السَّلٰمِ  ۗ وَيَهْدِيْ  مَنْ  يَّشَآءُ  اِلٰى  صِرَا طٍ  مُّسْتَقِيْمٍ

“Dan Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga) dan memberikan petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus (Islam).”
(QS. Yunus 10: Ayat 25)

Allah mengajak ke tempat kedamaian.

Berdakwah adalah dalam rangka melanjutkan visi dan misi Nabi SAW. Visinya bersifat sepanjang masa selama masih ada kehidupan. Dakwah beliau bertujuan untuk rahmatan lil ‘alamin.

Karena itu, para da’i bertugas meneruskan cita-cita sehingga dakwah berlanjut. Ada pewarisan dakwah supaya visi misi berlanjut. Dalam QS Annahl ayat 36 Allah menjelaskan visi manusia, yaitu beribadah pada Allah dan menjauhi thaghut.

Dengan dakwah kita diakui menjadi umat selanjutnya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

قُلْ  هٰذِهٖ  سَبِيْلِيْۤ  اَدْعُوْۤا  اِلَى  اللّٰهِ  ۗ عَلٰى  بَصِيْرَةٍ  اَنَاۡ  وَمَنِ  اتَّبَعَنِيْ  ۗ وَسُبْحٰنَ  اللّٰهِ  وَمَاۤ  اَنَاۡ  مِنَ  الْمُشْرِكِيْنَ

“Katakanlah (Muhammad), Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan yakin, Maha Suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik.”
(QS. Yusuf 12: Ayat 108)

Semakin baik iman kita, maka dakwah semakin baik. Umat yang berjuang untuk kepentingan dakwah melakukan dengan bashiroh (ilmu), cahaya akal, dan mengikuti nabi SAW. Sifat ini ada pada sahabat, tabiin, dst.

Semakin luas dan besar dakwah, semakin terasa kebaikan nilai Islam. Dan semakin banyak Islam diterima, semakin harus dipersiapkan.

Bashiroh dilakukan dalam tiga kondisi:

1. Sebelum berdakwah, kenali lingkungan, fikroh, mazhab, mana yang baik dan buruk di masyarakat. Sehingga pada saat masuk, sudah bisa dipetakan. Selain itu, miliki tafaquh fiddin

2. Kelembutan dalam berdakwah
Bagaimana agar lembut?

  • berikan dengan kasih sayang
  • jangan ada sikap kasar
  • maafkan
  • banyak istighfar untuk mereka
  • ikhlaskan
  • jaga sholat malam
  • dialog dan komunikasi
  • terus berdoa pada Allah, sebut namanya satu-satu
  • tawakal

3. Sabar setelah berdakwah
Anak yang belajar disiplin sholat tidak cukup 5 tahun, namun diproses sejak kecil. Apalagi kita mengajak orang. Sabar harus dipertahankan.

Kebaikan yang diraih adalah mendapat pahala yang besar dan merupakan salah satu sedekah jariyah. Jika suatu saat kita tidak bergerak, pahala dalwah terus mengalir.

Allah juga memuliakan pada da’i dengan beristigfarnya seluruh penduduk langit dan bumi.

Dakwah merupakan proses belajar seumur hidup tanpa gelar akhir. Akarnya berada di dalam bumi, cabang dan setiap daunnya sampai ke langit.

Dengan dakwah, dunia akan mengejar kita. Ini merupakan jaminan Allah, yaitu balasan yang bagus.

Perjalanan dakwah tidaklah mulus. Bisakah kita bertahan? Bagaimana cara bertahan?

  1. Selalu mendekat dan cemburu pada Allah.

Para Nabi selalu berdekat-dekat dengan Allah. Jika kita mendekat kepada Allah, Ia lebih mendekat kepada kita. Berdekatan dengan Allah akan membawa kemudahan bagi dakwah kita. Allah akan memudahkan kita mengeluarkan kata-kata yang berbobot.

Mendekat kepada Allah dimulai dengan salat tahajud.

  1. Bergantung hanya pada Allah.

Allah adalah Arrazaq, maha pemberi rezki tanpa batas. Tanamkan kepercayaan bahwa selalu ada hikmah yang besar di balik setiap peristiwa.

  1. Berilmu tentang sunatullah.

Orang baik ada ujian. Orang yang lebih baik juga ada ujiannya. Ini adalah sunah kauniyah.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
اَحَسِبَ  النَّا سُ  اَنْ  يُّتْرَكُوْۤا  اَنْ  يَّقُوْلُوْۤا  اٰمَنَّا  وَهُمْ  لَا  يُفْتَـنُوْنَ

“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, Kami telah beriman dan mereka tidak diuji?”
(QS. Al-‘Ankabut 29: Ayat 2)

Selama kita siap mental, Allah akan siapkan kita.

  1. Yakin bahwa masa depan untuk islam dan umatnya. Membawa sukses umat dilakukan dengan dakwah.
  2. Memantapkan iman sesama mukmin dengan berbagai macam cara, seperti saling tausiyah, mendoakan, menolong, dan memotivasi.
  3. Menyiapkan waktu untuk belajar ilmu agama.
  4. Bersabar tanpa henti.
  5. Menjaga komitmen berjamaah sesama muslimin dan pemimpin.
  6. Menyibukkan diri dan mengisi waktu dengan ibadah-ibadah yang semakin mengokohkan kesalihan.