Jakarta (29/3) – Di bulan suci Ramadhan ini, adakah kita masih ingat dengan saudara kita di Palestina? Bagaimana kabar mereka di tengah penjajahan yang masih terus berlanjut? Bisakah mereka makan sahur dan berbuka seperti kita?
Untuk mengetahui kondisi Palestina terkini, Pimpinan Pusat Persaudaraan Muslimah (PP Salimah) mengadakan kajian dengan tema “Salimah Selalu Bersama Palestina”. Kajian diselenggarakan secara daring pada Jum’at (29/3).
Ketua Umum Salimah, Ir. Etty Praktiknyowaty, menyebut jika apa yang saat ini terjadi di Palestina adalah peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Israel melakukan tindakan di luar nalar kemanusiaan. Bukan sekedar menghancurkan rumah, melaparkan dan memerangi, mereka mengikuti hawa nafsu yang membabi buta, berbuat kejahatan yang luar biasa,” ucap Etty geram
Senada dengan itu, syeikh dari Palestina yang diundang sebagai narasumber, Muhammad Saleh Abu Tayoun, menceritakan penderitaan yang dialami rakyat Palestina.
“Terdapat 100.000 warga Gaza terpaksa tinggal di tenda-tenda dalam cuaca yang sangat dingin. Mereka tidak memiliki akses air bersih dan tidak ada makanan yang layak untuk dikonsumsi,” terang Syeikh Saleh.
Di tengah kekejaman penjajah Israel yang dahsyat, rakyat Palestina tetap bertahan.
Diungkapkan oleh Syeikh Saleh, Al Qur’an yang membuat mereka dapat terus bertahan. Anak-anak tetap menjalankan puasa Ramadhan. Sementara para orang tua, ayah dan ibu, tetap terus berjuang berperang melawan Israel.
Interaksi dengan Al-Qur’an di Palestina dilakukan dua kali. Anak-anak datang ke kelas Qur’an setiap hari, setelah shalat ashar selama setengah hingga satu jam.
Siswa siswi yang sudah lebih baik bacaannya, ada waktu khusus sepekan sekali atau dua kali, untuk menambah hafalan Al-Qur’an.
Tidak hanya menambah hafalan. Di rumah mereka lanjut memurajaah (mengulang) hafalan. Metode yang digunakan adalah, bagi pemula, yang masih berusia anak-anak, berinteraksi dengan diceritakan kisah-kisah dalam Al-Quran. Misalnya kisah ashabul ukhdud, dimana akan membuat mereka menjadi orang yang sabar. Sedangkan untuk yang sudah lebih paham, mereka belajar tafsir dan fiqh ahkam.
“Kedekatan mereka dengan Al-Qur’an bukan hanya sekedar membaca, tetapi mereka memahami dan mengamalkan ayat-ayat Al-Qur’an tersebut. Ayat-ayat yang berbicara tentang ujian, musibah, dan bagaimana bertahan dalam keimanan,” lanjut Syeikh Saleh.
Di bagian penutup, dijelaskan, bagi yang ingin menolong Palestina, dapat melakukan dua cara. Pertama, kembali kepada Al Qur’an dengan membaca dan memahami ayat-ayat yang menjadi penguat dan penyebab kemenangan Palestina. Kedua, memboikot produk-produk pendukung zionis.