Jakarta (29/6/2024) – “Sehat dulu atau bahagia dulu?” “Disayang suami baru bahagia atau bahagia dulu baru disayang suami?” “Bahagia dulu baru hutang lunas atau lunas hutang dulu baru bahagia?”
Demikian pertanyaan yang disampaikan narasumber, coach Faisal Ramli, di awal materi pada webinar Sehat Bahagia dengan Asma’ul Husna. Acara yang juga merupakan soft launching Mubalighah Salimah Indonesia (MSI) Pimpinan Wilayah Persaudaraan Muslimah (PW Salimah) DKI Jakarta ini berlangsung interaktif sesuai keinginan coach agar peserta lebih bisa memahami dan memiliki niat yang kuat untuk mempraktikkan materi.
Faisal menjelaskan mengapa kita harus bahagia dulu. Sebab, seperti itulah yang Allah perintahkan di QS. Yunus 58 yang artinya “Katakanlah (Muhammad), dengan karunia Allah dan rahmatNya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.”
“Ketika ada masalah, jangan terlalu lama fokus pada masalahnya, tapi fokus perbaiki hubungannya. Fokus kepada yang memberi masalah, yaitu Allah SWT. Diri kita, perilaku kita atau orang lain, situasi yang kita hadapi, adalah perantara untuk datangnya masalah. Innalillahi wainnailaihi roji’un, semuanya datang dari Allah dan kembali kepada Allah,” jelasnya.
Selain dengan Allah, perbaiki hubungan dengan orangtua, pasangan, dan orang-orang di sekitar. Jadi, tidak hanya fokus pada inti masalah.
“Kenapa sih kita sulit bahagia? Coba simak 3 ENG ini : NGeribetin hidup sendiri (misalnya sudah punya makanan, tapi menginginkan makanan yang lebih enak). NGgak terima takdir (percaya akan takdir Allah tapi sulit menerimanya). Dan NGambil urusan Allah (misalnya memaksakan anak sesuai keinginan kita). Kita harus tahu batasan, mana yang menjadi wilayah wewenang Allah,” terang Faisal.
Ia juga berpesan, ketika bermasalah dengan suami, jangan hanya berdoa agar Allah mengubah suami saja. Tetapi berdoa jugal agar Allah mengubah diri dan melembutkan hati kita. Bisa jadi energi negatif dari diri kita yang menjadi pantulan dari orang lain yang kembali kepada kita.
“Makna kebahagiaan, menurut imam Al Ghazali, adalah orang yang bisa membuka hatinya, telah membuka hijabnya terhadap Allah, sehingga ia merasa dirinya dikendalikan oleh Allah di manapun dan kapanpun. Mantapkan dalam hati kita: Ujianku Jalan Surgaku! Walau masalah belum selesai, putuskan untuk bahagia detik ini juga! Jangan pernah merasa sendirian, ingat ada Allah yang senantiasa menemani,” pesannya.
(ED-Humas PW DKI)