Walau Berbeda Gaya, Kita Tetap Saudara

by -394 Views

Jakarta (12/8/2024)-Ahad pagi yang cerah di kota Jakarta. Matahari bersinar cukup terik. Langit biru hanya dihiasi gumpalan kecil awan-awan putih. Birunya langit hampir sama warnanya dengan birunya atap masjid Pondok Indah, Kebayoran Baru.

Kali ini masjid diramaikan oleh kehadiran ibu-ibu dari berbagai organisasi muslimah, anggota Majelis Taklim, dan pengurus Persaudaraan Salimah (Salimah) dari Jakarta dan sekitarnya. Ibu-ibu akan memperingati tahun baru Hijriyah 1446 H atas undangan Pimpinan Pusat (PP) Salimah.

Acara bertemakan Hijrah dan Semangat Baru, Menguatkan Persaudaraan dan Kepedulian ini digelar dalam bentuk talkshow, bersamaan dengan santunan anak yatim, tebar jilbab dan tutorial pemakaian jilbab yang modis namun tetap syar’i dari Hijabers Community.

Menampilkan tiga narasumber, Dr. Nur
hamidah dari Salimah, Nurjannah Hulwani, ME dari KPIPA, dan artis Dewi Sandra. Mereka berbicara tentang hijab kaum muslimah alias jilbab dari berbagai wawasan dan situasi.

“Kalau kita melihat muslimah memakai baju dan jilbab yang modis, jangan langsung menghakiminya tidak syar’i. Karena busana demikian termasuk yang disebutkan dalam Al Qur’an surah An Nur,” jelas Nur Hamidah.

Ia lalu melanjutkan, “Dan kalau kita melihat muslimah memakai jilbab dari kepala bersambung sampai ke badan dan kaki, itu berarti ia mengamalkan surah Al Ahzab.”

Para peserta manggut-manggut, mendapat wawasan baru, agar kita jangan mudah menghakimi orang lain tanpa tahu dasar hukumnya. Apalagi pemaparan dilengkapi dengan layar yang menampilkan gambar contoh aneka pakaian dan jilbab muslimah.

Sementara itu Nurjannah yang berkecimpung di bidang kePalestinaan menceritakan bagaimana muslimah di sana tetap berupaya menutup aurat di tengah situasi terbatas karena perang.

Adapun Dewi Sandra mengungkapkan bagaimana persaudaraan itu diamalkan tanpa kenal lelah, terkait dengan pengalaman sendiri.

“Selama setahun saya terus dikirimi chat berisikan tausyiah oleh seorang ibu. Walau kadang saya tidak ada respon, ia tetap melakukannya. Hingga suatu saat, saya tergerak untuk mengikuti kajian. Walau saya hadir dengan memakai celana jean robek-robek, pakai selendang yang naik turun, duduk paling depan, namun tak seorang pun yang menatap saya dengan sinis. Semuanya ramah, bahkan meminta saya untuk datang kembali. Saya merasa dirangkul,” ungkap Dewi mengenang awal hijrahnya dulu.

Dewi yang kini sudah berbusana syar’i, meminta agar tidak difoto. Karena ia sedang membatasi diri untuk tidak tampil hanya dengan membawa keartisannya. Ia ingin belajar agama lebih lanjut, agar bisa menyampaikan sesuatu yang lebih bermakna bagi umat. Ia tak ingin kehadirannya hanya sekedar sebagai penarik massa untuk hadir.

Acara semakin semarak dengan iringan hadroh, bazar dan pembagian hadiah doorprise. Dilengkapi dengan pertemuan sesama pengurus Salimah dari berbagai daerah, sungguh menyenangkan dan penuh keberkahan.

(ED-Humas PW Jakarta)