Bedah Buku Thufan Al-Aqsa dan Keteguhan Gaza

by -493 Views

Ditulis oleh: Emmy Harahap
Humas PW DKI Jakarta

Dalam memperingati satu tahun terakhir perlawanan Palestina, Nurjanah Hulwani, S.Ag., M.E, seorang aktivis kemanusiaan khusus Palestina , merasa perlu menuliskan bagaimana kondisi Palestina terkini dalam sebuah buku, agar peristiwa ini tidak berlalu tanpa makna.

Buku ini menceritakan realita yang terjadi karena penulis telah berulangkali melakukan perjalanan kemanusiaan ke Palestina. Ini merupakan buku ketiga yang penulis tulis tentang Palestina. Membaca buku ini seolah-olah kita diajak melihat langsung perjuangan rakyat Palestina dari dekat.

Buku ini diawali dengan mengenal nama Gaza karena nama Gaza bersumber dari berbagai macam asal muasal. Dipaparkan tentang letak geografisnya dan nama-nama kota yang ada di jalur Gaza.

Kemudian di bab berikutnya digambarkan bagaimana penderitaan masyarakat Gaza sebelum 7 Oktober 2023. Warga Gaza hidup dalam blokade. Ada dua alasan utama kenapa Gaza diblokade. Pertama alasan politik Israel sebagai hukuman bagi warga Gaza yang telah memenangkan Hamas pada pemilu Januari 2006. Kedua alasan untuk melemahkan kemampuan perlawanan dan menggagalkan upaya bersenjatanya Hamas.

Banyak penderitaan yang tercatat dalam sejarah Gaza, setelah dilakukan blokade. Seperti terjadinya kemerosotan signifikan dalam standar hidup, layanan kesehatan, pendidikan, bahan bakar, dan listrik. Hanya ada tiga penyeberangan yang diperbolehkan oleh Israel yaitu penyeberangan Erez untuk orang, penyeberangan Kerem Shalom untuk barang, dan penyeberangan Rafa Mesir di selatan jalur Gaza, yang biasanya diandalkan oleh warga Gaza untuk melakukan perjalanan ke dan dari Gaza sebagai alternatif dari penyeberangan Erez.

Walaupun ketiga penyeberangan ini dibolehkan tetapi warga Gaza tidak bisa bebas keluar masuk menggunakannya. Penjajah zionis Israel membuat aturan yang ketat melalui prosedur yang panjang. Mulai dari tindak lanjut birokrasi untuk mendaftarkan nama mereka, untuk perjalanan dan pemeriksaan keamanan, hingga masa tunggu yang bisa memakan waktu hingga beberapa minggu atau bulan untuk mendapatkan izin Israel. Hidup dalam agresi Israel menambah penderitaan rakyat Gaza. Serangan demi serangan berlangsung hingga bertahun-tahun.

Gaya penulisan Nurjanah sangat runtun dan terinci dalam menggambarkan penderitaan rakyat Palestina. Seperti terlihat di halaman 76. “Kami tidak bisa tidur sepanjang malam. Kami tenggelam oleh hujan, suara guntur menakutkan, dan kami tidak dapat lagi membedakan antara suara pesawat dan guntur,” ungkap Abeer Al-Shaer, yang mengungsi dari kota Khan Younis dan saat ini tinggal di tenda kota Rafa. “Karena parahnya penderitaan yang kami alami, anak-anak menjadi takut terhadap suara apapun.”

Tenda-tenda di Rafa memiliki satu toilet untuk 850 orang, sementara standar kemanusiaan mengatakan satu toilet per 20 orang. Kondisi kesehatan yang memprihatinkan, kasus diare yang mempercepat dehidrasi, dan kekurangan gizi yang mana 31% kasus terjadi pada anak di bawah 5 tahun. Ini terjadi karena setiap pengungsi hanya meminum kurang dari 1 liter air per hari dan 1,1 juta orang mengalami kelaparan.

Seorang ibu di Gaza menyampaikan kisahnya tentang 20 keluarganya yang syahid dalam waktu bersamaan. Seorang ibu lain yang tak berdaya berdiri di atas puing-puing rumahnya yang di bawahnya sebagian besar anggota keluarganya meninggal. Saat menyaksikan kesedihan yang mendalam, kedua ibu tersebut mengatakan, ” Hasbunallah wani’mal wakil, cukuplah Allah menjadi penolong bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.”

Selain kisah para pengungsi, buku ini pun sarat dengan kisah para pejuang Palestina yang pernah menjadi tahanan Israel.

Kunci keteguhan rakyat Palestina adalah kekuatan iman mereka.

“Kunci rahasia untuk bertahan dalam segala kesulitan dan penderitaan apapun adalah dengan ridho dan menyerahkan urusanmu hanya kepada Allah SWT,” ucap seorang jurnalis Palestina, Wael Al-Dahdouh, yang istri, anak-anak dan cucunya menjadi syahid.

Bab tiga buku ini menjelaskan tentang apa itu Thufan Al Aqsa. Thufan memiliki makna banjir yang sangat besar. Istilah thufan disebutkan dalam Al Qur’an ketika berbicara tentang kehancuran kaum nabi Nuh, setelah mereka bersikeras bertahan dalam sifat kekafiran dan keras kepala mereka. Terlepas dari nabi Nuh a.s sudah 950 tahun berdakwah untuk kaumnya.

Adapun kata Al Aqsa adalah nama masjid di Al-Quds. Meletakkan kata Al Aqsa setelah thufan adalah gambaran tentang kedudukan masjid Al Aqsa sebagai pusat perjuangan bangsa Palestina dan umat Islam, yang sampai saat ini dinistakan dan diserang zionis Israel.

Banjir Al Aqsa diberikan pada operasi militer darat, laut, dan udara yang tujuan utamanya ditujukan untuk mendukung masjid Al Aqsa. Menandakan bahwa ini merupakan kelanjutan dari operasi pedang Al Quds (Saif Al-Quds), yang telah terjadi pada tahun 2021.

Apa yang dilakukan pejuang Palestina pada tanggal 7 Oktober adalah akumulasi kemarahan atas kejahatan dan penjajahan yang dilakukan zionis Israel kepada bangsa Palestina yang tidak pernah berhenti sejak tahun 1948 sampai saat ini, sudah 78 tahun.

Disebutkan salah satu alasan terjadinya thufan Al Aqsa adalah penistaan di masjid Al Aqsa. Penistaan ini memiliki satu tujuan utama agar penduduk yang tinggal di sekitar masjid Al Aqsa merasa tidak nyaman dan meninggalkan kota Al Quds. Alasan lainnya, penodaan masjid Al Aqsa juga merupakan bagian dari proses untuk menghancurkan masjid Al Aqsa dan menggantikan menjadi kuil Haikal.

Kondisi penistaan masjid Al-Aqsa yang terus berlangsung sampai saat ini membuat pejuang Palestina tidak mungkin tinggal diam. Perlawanan tanggal 7 Oktober 2023 adalah salah satu bentuk upaya untuk menghentikan penistaan dan mengembalikan kehormatan dan kesucian masjid Al Aqsa ke tangan Palestina dan umat Islam.

Dipaparkan pula bagaimana normalisasi negara-negara Arab terhadap Palestina. Beberapa negara disebutkan sudah melakukan normalisasi dengan Israel.

Apa yang dilakukan pejuang Palestina semata-mata untuk mengambil tanah Palestina yang sudah dirampas, menghentikan blokade Gaza, mengeluarkan tahanan Palestina yang ditahan, mengembalikan pengungsi Palestina di berbagai negara sejak tahun 1948 ke tanah Palestina. Dan yang paling utama dari perlawanan 7 Oktober 2023 adalah mengembalikan kesucian dan kepemilikan masjid Al-Aqsa ke tangan umat Islam.
Negara manapun akan melakukan hal yang sama jika rakyatnya diusir, ditahan, tanah airnya dijajah, hingga rumah ibadahnya dinistakan.

Setelah serangan 7 Oktober 2023, zionis Israel tidak bisa menerima kekalahan dari Palestina. maka mereka menyebarluaskan fitnah yang ditujukan kepada pejuang Palestina. Ini akan menambah kekejaman zionis Israel yang sudah melakukan pembantaian terus-menerus kepada warga sipil Gaza. Dengan dukungan Amerika Serikat dan ditambah dengan diamnya negara-negara Arab yang sudah menandatangani perjanjian normalisasi dengan Israel.

Pada bab ke empat buku ini dijelaskan tentang klarifikasi Hamas terhadap tuduhan Israel. Dimana penyelidikan internasional yang tidak memihak, padahal Palestina adalah anggota dari pengadilan kriminal internasional dan menandatangani statuta Roma di tahun 2015.

Ketika Palestina meminta penyelidikan atas kejahatan yang sedang dilakukan di wilayahnya, Palestina malah menghadapi arogansi dan penolakan Israel terhadap langkah tersebut serta mereka menghukum orang-orang Palestina karena hal itu. Sayangnya negara-negara terbesar yang mendengungkan slogan-slogan keadilan terlihat memihak kepada penjajah dan menghalangi perjuangan rakyat Palestina untuk mendapatkan keadilan. Mahkamah pidana internasional ingin Israel tetap menjadi negara di atas hukum dan agar para pejabatnya terhindar dari tanggung jawab dan akuntabilitas.

Setelah penggambaran air mata kemanusiaan Gaza, lalu digambarkan bagaimana keteguhan iman itu begitu memukau, disebabkan mereka berada di pihak yang benar dan adanya kedekatan dengan Alquran.

Anak-anak Palestina sejak dulu terbiasa mengamalkan menghafal Alquran karena adanya lingkungan sekitar yang mendukung. Dalam lingkungan di masjid-masjid dan pusat-pusat Al Qur’an dan sunnah, dan tentu saja lingkungan keluarga, tanpa adanya gangguan.

Ketika seorang ibu ditanya apakah menghafal mempengaruhi tingkat akademis anak-anak mengingat waktu dan usaha yang diperlukan, ibu tersebut berkata yang terjadi justru sebaliknya.

“Semua anak saya berprestasi di sekolah. Jadi mengaji tidak menyita waktu belajar mereka, tapi menyita banyak kesibukan lain, seperti sibuk dengan game ponsel atau situs jejaring sosial,” ungkapnya.

Walaupun berbagai negara memihak kepada Israel tapi belum tentu dengan penduduknya. Banyak penduduk dunia yang berperan sebagai pembela kemanusiaan walaupun pemerintahan di negaranya mendukung Israel.

Diceritakan dalam buku ini tentang berbagai warga, rakyat sipil dan militer, yang mendukung warga Palestina. Para youtuber menceritakan tentang awal mula mereka merasa penasaran dengan keteguhan warga Palestina. Lalu mereka mencari tahu apa penyebabnya. Ketika diketahui bahwa mereka teguh karena Al Qur’an, maka mereka mulai mencari dan membaca Alquran. Tidak sedikit di antara mereka yang kemudian masuk Islam.

Di bab terakhir buku ini memaparkan tentang bagaimana sikap Indonesia dalam membela Gaza. Bagaimana sikap pemerintah Indonesia, bagaimana fatwa MUI tentang boikot produk Israel. Kemudian digambarkan tentang berbagai orasi penulis di aksi bela Palestina.
“Kami ingin mengatakan kepada anak dan perempuan Gaza, kami selamanya bersamamu sampai hadirnya kemerdekaan Gaza dan Palestina. Kami akan tetap bersamamu hingga kita berkumpul bersama di pelataran masjid Al Aqsa dalam keadaan merdeka,” seru Nurjanah.

Buku ini sangat singkat, padat, jelas, dan enak dibaca. Menggambarkan momen titik balik yang sangat penting bagi perjuangan rakyat Palestina untuk merebut kemerdekaannya. Nurjanah ingin mengabadikannya lewat buku ini dan mengajak kita agar paham apa di balik penyerangan pejuang Palestina di Gaza pada tanggal 7 Oktober 2023.

Menjadi penting untuk kita baca bagaimana Nurjanah dalam prioritas perjuangan bersama anak-anak dan perempuan Gaza di Palestina bisa menjadi inspirasi bagi para ustad dan ustadzah di setiap majelis taklim Indonesia.
Karena setiap individu yang memiliki rasa empati perjuangan di Palestina mencerminkan kesempurnaan iman kepada Allah dan Rasulullah SAW.

Buku setebal 124 halaman ini dijual seharga 55 ribu rupiah dan dapat menghubungi Koalisi Perempuan Peduli Al Aqsa (KPIPA)-dimana Nurjanah sebagai ketuanya-untuk memiliki buku ini.

Dari peristiwa 7 Oktober 2023 banyak hikmah yang bisa kita ambil, di antaranya ; seleksi kepedulian atas pribadi, masyarakat, dan negara, yang masih memiliki rasa kemanusiaan dan yang tidak.

Gaza telah mengajarkan kepada kita tentang bagaimana kita bisa hidup dan mati secara terhormat. Gaza juga mengajarkan kita tentang keteguhan dan ridho terhadap ujian yang Allah SWT berikan, seperti kehilangan keluarga, kehancuran rumah, dan hidup dalam keadaan lapar dan haus di waktu bersamaan.

Madrasah keteladanan, jejak ketabahan, jejak keteguhan, dan jejak keberkahan dari bumi Gaza, akan selalu menjadi rujukan bagi yang merindukan kehidupan yang mulia dan akhir hidup yang indah.

Semoga melalui buku ini umat Islam di Indonesia memahami apa yang terjadi di Gaza dan memahami persoalan Palestina secara keseluruhan. Dan dengan pemahaman ini diharapkan semakin banyak yang bergerak untuk membantu Gaza dan Palestina.