Jakarta (31/10/2024) – Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan beberapa negara tetangga. Dalam kondisi dunia yang tidak baik-baik saja, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5%. Demikian disampaikan oleh Islamic Economic and Finance Researcher of Bank Indonesia, Dr Ali Sakti, pada Sarasehan Ekonomi Syariah yang dilaksanakan PP Salimah, Kamis (31/10).
Dalam sarasehan bertema “Pinjol Bikin Benjol, Adakah Solusi?” Ali mengungkapkan bahwa di antara penyebab kondisi dunia tidak baik-baik saja adalah perang dagang antara China dan Amerika. Ditambah lagi dengan terjadinya perang di Ukraina.
Namun sayangnya, pertumbuhan ekonomi yang positif tidak diikuti dengan kondisi perekonomian masyarakat yang membaik.
“UMKM tidak lebih kuat daripada ketika sebelum pandemi. Rata-rata tabungan terus menurun drastis. Makin banyak yang berutang. Tabungan menipis, konsumsi berkurang, permintaan pasar turun, kelas menengah banyak yang hilang,” papar Ali dalam sarasehan yang merupakan bagian dari ajang Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia.
“Konsumsi Indonesia saat ini sangat mengandalkan orang kaya. Sebab, mereka adalah bagian masyarakat yang tidak merasakan dampak negatif tersebut,” terang Ali.
Hal ini tidak hanya dialami Indonesia, namun juga beberapa negara berkembang lainnya.
Karena itu, penting diadakan literasi. Bagi mereka yang memiliki usaha atau pekerja, motivasi berusaha seyogyanya adalah memenuhi kebutuhan pribadi atau keluarga, sekaligus membantu orang lain mendapatkan produk sehingga semua orang tidak lagi mengalami kesulitan ekonomi.
Ali mengajak masyarakat untuk menerapkan satu kelaziman baru, yaitu ekonomi Islam. Kelaziman baru ini dimulai dengan melakukan perencanaan keuangan dalam rumah tangga di tengah kondisi ekonomi yang sedang sulit.
“Tuntaskan semua kewajiban, mulai dari solat, puasa, zakat, hingga haji. Potensi zakat umat Islam Indonesia mencapai angka 400-an triliun. Namun yang tergali masih di angka 200-an triliun,” katanya.
Dalam hal belanja, Ali menyarankan untuk membeli kebutuhan, lalu gunakan untuk amal soleh. Ia meyakini jika rezeki digunakan untuk amal soleh, Allah akan memberi banyak kemudahan dalam hidup.