Jakarta (2/12)-Sebagai komunitas yang baru berdiri, Komunitas Literasi Salimah (MUSLIMAH) sangat mendukung anggotanya untuk mengikuti pelatihan-pelatihan tentang kepenulisan. Seperti kali ini, pengurus Salimah Jakarta dengan penuh antusias mengikuti pelatihan yang diadakan di Uno Cafe, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, pada Ahad (1/12).
Acara dibuka dengan kata sambutan dari dr. Yulia Andani yang menyampaikan tentang pentingnya menulis bagi seorang ibu. Bagaimana para ulama terdahulu juga menuliskan pemikirannya dalam berbagai kitab, sehingga bisa dibaca sampai sekarang.
Kemudian adalah Munawar Aziz, seorang penulis yang sudah sering memberikan pelatihan, termasuk ke lembaga-lembaga pemerintahan, dalam pemaparannya menyampaikan berbagai tips teknik penulisan.
“Cobalah mulai latihan menulis dengan cara penerapan waktu. Menulislah terus tanpa henti hingga waktu yang kita tentukan sendiri, lima belas menit misalnya,” ungkap Munawir.
Lebih lanjut Munawir menjelaskan, ketika kehabisan ide, tetap saja terus menulis, walau mengulang kalimat terakhir yang sama, sampai dapat ide baru. Harus konsisten dan disiplin.
Pemateri kelihatan menguasai betul bidangnya. Apalagi suaranya terdengar jelas dari mikrofon. Suasana tempat juga sangat nyaman, cukup sejuk dan ada iringan alunan musik perlahan, memberi rasa santai hingga bisa tetap fokus. Peserta menikmati betul suasana pelatihan. Dan sepertinya mulai terbiasa dalam menulis. Terlihat saat diminta untuk menuliskan sesuatu, semua kelihatan lancar memainkan jemarinya di laptop atau handphone.
Awal mula praktik, peserta diminta untuk membuat tulisan tentang apa saja. Tugas kedua, membuat tulisan apa yang dirasakan saat mengikuti pelatihan.
Selanjutnya Munawir berpesan, ketika proses menulis, jangan dulu baca ulang tulisannya. Membaca ulang saat menulis akan menghambat ide. Baca setelah selesai menuangkan semua ide.
“Tak perlu langsung mengedit. Abaikan tulisan yang salah ketik. Nggak usah mikir kalimatnya nyambung atau tidak. Yang penting tulis dulu, setelah selesai baru dikoreksi,” ujarnya.
Pada tugas praktik ke tiga, Munawir meminta peserta membuat tulisan tentang rasa syukur dan berterimakasih. Tugas ke empat menulis tentang ayah.
Beberapa peserta diminta membacakan karyanya. Dibaca tersendat-sendat disebabkan menahan tangis karena teringat sang ayah. Memang tulisan yang berasal dari hati, apalagi pengalaman sendiri, akan mempermudah lancarnya proses menulis dan bisa menyentuh hati pembaca.
Paradigma peserta diubah, berbagai tips penulisan disampaikan. Bagi pemula, bisa menulis 500 kata sekali tulis, sudah bagus. Tidak ada yang tidak bisa menulis. Semua pasti bisa, tergantung niatnya. Jangan menunda, jangan khawatir berlebihan. Takut tulisan jelek, takut ditertawakan orang, takut akan malu. Perasaan ini harus disingkirkan.
Kesulitan menulis datang dari diri sendiri, karena niat yang kurang kuat, aksi kurang cepat. Lakukan latihan menulis konsisten selama 21 hari, agar kebiasaan menulis bisa terbentuk.
(Emy-Humas PW Jakarta)