Yogyakarta (13/1/2025) – Pimpinan Wilayah Persaudaraan Muslimah (PW Salimah) Jawa Tengah menggelar Pelatihan Fasilitator Sekolah Lansia Salimah (Salsa) selama dua hari. Hari pertama diselenggarakan di Asrama Haji Kabupaten Sleman, Yogyakarta, sedangkan hari kedua dilakukan studi banding sekaligus kunjungan ke Salsa As Sakinah di Masjid Murni Al Fajri di Sucen, Triharjo Sleman dan Salsa Nur’aini di Masjid Nurul Huda Ngepas Donoharjo, Ngaglik Sleman.
Pelatihan diikuti oleh 96 perwakilan dari 36 Pengurus Daerah (PD) Salimah se-Jawa Tengah. Acara ini selenggarakan di Yogyakarta sebagai tindak lanjut dari studi banding secara daring beberapa waktu yang lalu. Salsa DIY adalah pionir Salsa yang kemudian diadopsi ke semua PW Salimah di seluruh Indonesia.
Ari Aji Astuti selaku ketua PW Salimah Jawa Tengah, Rusmiyati yang menjabat sebagai ketua Departemen Pendidikan dan Pelatihan PP Salimah, Fidiyani Pertiwi dari Sekretaris Departemen Pendidikan dan Pelatihan PP Salimah, serta Prasasti Bintarum yang merupakan Direktur Sekolah Lansia DIY, menjadi pembicara dalam pelatihan ini.
Ari Aji Astuti menyampaikan bahwa setelah pelatihan di Yogyakarta ini diharapkan segera muncul Salsa-salsa baru di berbagai kabupaten dan kota di Jawa Tengah. Diharapkan Salsa-salsa baru itu sesuai dengan kearifan lokal yang ada, menyesuaikan dengan keadaan setempat. Ia menginginkan studi tiru, bukan studi banding, karena ingin meniru sekaligus belajar tentang pengelolaan dan pelaksanaan Salsa di Daerah Istimewa Yogyakarta untuk dibawa ke Jawa Tengah.
Fidiyani Pertiwi dalam sesi pertama pelatihan menyampaikan tentang komunikasi efektif dalam mengelola Salsa. Ia juga menyampaikan tentang dasar komunikasi dengan lansia.
Prasasti Bintarum sebagai Direktur Sekolah Lansia Salimah mengisi sesi kedua. Sesi ini sangat atraktif karena Prasasti Bintarum yang akrab disapa dengan Bu Sasti mempraktekkan sekaligus mengajarkan beberapa senam untuk lansia yang diikuti oleh seluruh peserta pelatihan. Gelak tawa riang gembira peserta mewarnai sesi ini. Semua peserta ikut menggoyangkan badannya mengikuti gerakan Prasasti.
Tangis haru peserta ketika Prasasti menceritakan kesehariannya dalam merawat ibundanya yang sakit di rumah. Mulai dari menggendong, memapah, memandikan, menyuapi, memakaikan pakaian, dan seterusnya.
“Ibu saya menjadi penyemangat saya dalam membersamai para lansia. Sakitnya ibu saya menjadikan saya semakin mencintai aktivitas saya dengan para lansia. Ibu adalah inspirator saya,” ujar Prasasti.
Pada sesi terakhir pelatihan diisi oleh Rusmiyati dari Departemen Pendidikan dan Pelatihan PP Salimah. Rusmiyati menjelaskan tentang manajemen, Standard Operational Procedure, dan testimoni Salsa dari di seluruh wilayah Indonesia.
(IH)