Keyakinan Ilahiyah

by -189 Views

Ditulis oleh: Emy Dharmawaty
Humas PW Salimah Jakarta

Ada keyakinan yang kita peroleh secara mutlak dari Al Quran dan Hadits, dan ada keyakinan yang membutuhkan proses perenungan. Dalam belajar ilmu agama, jangan hanya sekedar memahami, namun renungkanlah. Cari hikmahnya.
Seperti dalil yang menyatakan; apa yang kita tidak suka, belum tentu tidak baik untuk kita.

Sebagai perumpamaan, kisah tentang seorang pemuda baik yang sedang berburu bersama raja. Si pemuda karena sudah terbiasa, kerap kali mengucapkan “kullu khoir“.

Tiba-tiba jari raja putus tertusuk panah nyasar. Raja menjadi marah karena si pemuda tetap mengucapkan “kullu khoir“. Si pemuda pun diperintahkan raja untuk dijebloskan ke penjara.

Beberapa tahun kemudian kerajaan diserang suku kanibal (gemar makan daging manusia). Raja selamat karena jarinya yang putus dianggap berpenyakit sehingga tak layak dikonsumsi. Raja akhirnya sadar, keburukan yang dideritanya ternyata akhirnya membawa kebaikan. Si pemuda pun dibebaskan dari penjara.

Bila sedang sakit hati dengan seseorang, jangan hanya selalu fokus dengan sifat buruknya. Tapi cobalah pandang bahwa dia juga sedang diuji dengan sifat buruknya itu. Jangan hanya kesal kepadanya, tapi kasihanilah ia juga. Langsung ingat kepada Allah yang menciptakannya, lengkap dengan sifat-sifatnya. Anggaplah kalau itu adalah cara Allah menguji kita melalui orang tersebut.

Anak pun, bisa jadi, adalah ujian. Jangan hanya fokus pada anaknya. Ingatlah pada yang menciptakan si anak.

Seorang istri yang diuji tentang suaminya, bisa jadi si istri terlalu mencintainya. Hingga Allah uji ia melalui suaminya. Maka selalulah posisikan Allah di ruang utama cinta kita.

Saat ada yang sakit, jangan pikir obat/dokter terlebih dahulu. Tapi segera bersedekah. Walau hanya sedikit, sekedar memberi beras ke tetangga atau dengan menyiramkan air ke tanaman.

Apapun ujian yang datang, hendaknya intropeksi diri terlebih dahulu.
Lihat apa PR yang Allah berikan. Kalau dapat nilai bagus, hadiahnya akan luar biasa.

Ibarat kita sering menerima paket barang. Barangnya dari Allah, kurirnya berbeda-beda. Kurir itu ibarat cobaan, bisa jadi anak, pasangan, atau orang lain. Saat kita berhasil mendapatkan barang, bukankah kita bahagia membukanya?

Seorang teman menceritakan bagaimana ia pernah mengatakan tidak mengapa diberi ujian yang lalu lagi. Sebab, ternyata setelah ia lulus ujian tersebut, ia mendapatkan hal yang membahagiakan luar biasa.

Saat diuji, katakan kalau kita ikhlas akan ujian tersebut dan minta agar Allah mengabulkan hajat kita bila lulus ujian nanti. Ngga apa diuji begini ya Allah, asal nanti bisa beli rumah, misalnya.

Selanjutnya jangan pernah mengikatkan diri kepada makhluk. Ke suami yang mencari nafkah, misalnya. Rezeki kita bukan dari suami. Tapi dari Allah melalui perantara suami. Tentu semua sudah paham ini. Jadi kalau rezeki kita lagi seret, jangan bete ke suami. Memang rezeki kita hanya segitu hari ini.

Di lain sisi, apa yang diyakini, akan menarik kembali ke kita. Ingat hukum LOA (Law of Attraction), hukum tarik menarik. Ada orang yang sering mengeluh terus. Padahal kehidupannya kelihatan baik-baik saja. Anak-anaknya sehat dan suaminya setia. Namun ia sering mengeluh merasa kekurangan. Akhirnya kondisinya dibantu terus. Mindset hidupnya sudah susah, akhirnya benaran susah terus. Ia jadi bergantung kepada makhluk.

Ujian-ujian itu akan ada terus. Jadikan itu PR yang harus kita niatkan untuk lulus agar tidak diuji dengan hal-hal yang sama terus. Setiap dihadapi dengan masalah, pikirkan, apa nih PRnya? Apa maksud Allah memberi PR ini? Bagaimana agar aku mendapat nilai terbaik dalam mengerjakan PR ini?

Dalam berhubungan dengan manusia, tidaklah pasti kita benar 100 persen dan orang lain salah 100 persen. Begitu juga sebaliknya. Masing-masing kita ada kebaikan dan keburukan. Pintarlah mencari kebaikan orang lain dan pintarlah mencari keburukan diri. Jangan terbalik.

Setiap orang dapat dilihat sifat aslinya saat ditimpa masalah. Bagaimana sikap awalnya saat masalah itu datang. Apakah langsung marah, menangis meraung, atau sabar.

Di saat sedih, segera lapor ke Allah. Jangan tunda. Tak perlu tunggu saat shalat baru curhat. Berkeluh kesahlah langsung kepada Allah begitu dihadapkan dengan masalah.

Hati kita bisa selalu tenang bukan karena kondisi kita, tapi keyakinan dalam hati.
Taruh diri serendah mungkin dalam pikiran agar tak seorang pun bisa lebih merendahkan kita. Jadi bisa lebih mudah legowo.

Suatu saat ada seorang ulama baru keluar dari tempatnya berceramah. Entah ada dendam apa, tiba-tiba seseorang meludahi wajahnya. Sang ulama hanya mengusap wajah sambil berkata, “Kau tahu, aku sebenarnya lebih buruk dari yang kau duga.”

Jangan galau dengan penilaian orang lain, tapi pedulilah dengan penilaian Allah.
Allah senang kita berpakaian rapi dan bersikap ramah. Jadi lakukan bukan untuk menyenangkan orang lain, tapi karena Allah.

Beri 1001 alasan tentang orang lain yang menyakiti kita, agar kita tidak negative thinking terus, yang mengakibatkan kerugian pada diri kita sendiri. Kondisi mungkin tidak berubah, tapi hati kita menjadi lebih ringan.

Misalnya saat mobil kita disalip mobil lain yang mengebut. Daripada bersungut-sungut berkepanjangan, lebih baik menganggap mungkin di mobil itu ada ibu yang mau melahirkan. Atau alasan lainnya yang membuat hati kita lebih ringan untuk memaklumi.

Salah satu tips agar memiliki keyakinan Ilahiyah (hati yang selalu terpaut kepada Allah) adalah dengan sering melakukan
Self Talk, yaitu berbicara sendiri di dalam hati, seolah ada dua orang yang sedang berdialog.

Aku sebel deh, sama si anu.
Kenapa?
Habis dia bla bla bla.
Emangnya kenapa kalau dia bla bla bla Bukankah kau bisa bla bla bla? Jadi kau akan mendapatkan bla bla bla.
Oiya, daripada aku bla bla, lebih baik aku bla bla, jadi aku bisa lebih tenang.

Atau contoh lain,
Aku lagi malas ibadah nih.
Kenapa?
Berat banget jadi ibu. Capek.
Eh, itu kan pahalanya gede. Kamu akan dapat bla bla bla.
Benar juga ya. Sebaiknya aku bla bla bla.

Itulah hati nurani.
Tetaplah menambah ilmu agama agar hati nurani tak salah menuntun.

Self Talk/Tafakkur ini tidak kalah pentingnya dengan amal ibadah yang berupa tindakan. Mencoba memasukkan Ilahiyah ke dalam hati.

Shalat, doa, dan dzikir, yang terpenting adalah bagaimana perasaan/hati kita terlibat. Bacaan shalat yang kita ucapkan adalah rukun, agar shalat menjadi sah. Namun belum tentu kita bisa melibatkan hati sepanjang shalat. Pikiran bisa kemana-mana. Maka perlu effort tambahan, agar merasakan nikmatnya shalat. Sebelum shalat, berdoalah, minta hati yang khusu’. Setelah selesai shalat, ucapkan terimakasih kepada Allah.

Dalam dunia pendidikan, tafakkur disebut dengan refleksi. Setelah guru menerangkan pelajaran, dilakukan tanya jawab agar siswa makin ingat. Terakhir siswa diminta membagikan ilmunya ke orang lain. Apakah dengan bercerita ke keluarganya di rumah atau ke teman-temannya.

Demikianlah pemaparan tentang hati yang yang selalu terpaut kepada Allah. Selamat berlatih dan membiasakan Self Talk. Semoga Allah membantu dalam setiap upaya kita mendekatkan diri kepadaNya.Aamiin.