Yogyakarta (14/1/2025) – Hari kedua Pelatihan Fasilitator Salsa (Sekolah Lansia Salimah) diselenggarakan di dua tempat. Pertama, di Salsa As Sakinah, Masjid Murni Al Fajri Sucen, Triharjo Kecamatan Sleman. Kedua, di Salsa Nur’aini, Masjid Nurul Huda Desa Ngepas Donoharjo Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman. Sebanyak 43 peserta pelatihan mengunjungi Salsa As Sakinah dan sisanya mengunjungi Salsa Nur’aini.
Rusmiyati (Ketua Depdiklat PP Salimah), Ari Aji Astuti (Ketua PW Salimah Jawa Tengah), Retna Hidayah (Ketua PW Salimah DIY), Prasasti Bintarum (Direktur Salsa), Unik Ambar Wati serta Ika Rakhmawati Hilal (PW Salimah DIY), ikut membersamai 43 peserta pelatihan dari berbagai kota dan kabupaten di Jawa Tengah ini. Rombongan pertama mengunjungi Salsa As Sakinah, Masjid Murni Al Fajri di Desa Sucen Triharjo Kecamatan Sleman.
Sejumlah perangkat desa Sucen seperti ketua Dukuh, ketua Takmir Masjid Murni Al Fajri, ketua RT, dan tim penggerak PKK, ikut serta mengikuti agenda studi banding.
Sedangkan rombongan kedua mengunjungi Salsa Nur’aini di Masjid Nurul Huda Desa Ngepas Donoharjo Kecamatan Ngaglik terdiri dari 41 peserta. Fidiyarini Partiwi dari PP Salimah ikut serta dalam rombongan kedua yang didampingi oleh Wita Hendardijati, Ully Theristawati, Iftahul Jannah, serta Dewi Nastiti dari PW Salimah DIY.
Pembukaan Salsa As Sakinah diawali dengan menyanyikan Indonesia Raya diikuti dengan Mars Lansia yang diikuti oleh semua peserta.
Ketua PW Salimah DIY, Retna Hidayah, menyampaikan tentang Salsa di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
“Ada 67 sekolah lansia se-DIY. Adamya kunjungan dari SalimahJ ateng ini membuat kami senang. Salsa DIY dengan senang hati menerima kunjungan Salimah Jawa Tengah. Semoga teman-teman Salimah Jawa Tengah bisa ngangsu kawruh di Salsa As Sakinah ini,” tuturnya.
Retna mengungkapkan agar lansia bisa berdaya guna serta bisa berbahagia dengan caranya.
“Kita akan kerjasama dengan pengurus masyarakat dan unsur masyarakat. Bagaimana kita bisa membuat lansia bahagia, berdaya guna, sehat fisiknya dan mentalnya,” pungkas Retna.
Sedangkan Ketua PW Salimah Jateng, Ari Aji Astuti, menyatakan bahwa bersama Salimah lansia menjadi bahagia, sehat, dan mandiri.
“Kami menyaksikan kelompok lansia di Salsa As Sakinah, melihat langsung display usaha UMKM dari beberapa anggota Salsa As Sakinah yang beragam, juga akan menyaksikan bu Sasti untuk memberikan pelajaran kepada ibu-ibu Salsa semua,” katanya.
“Kami berterima kasih bisa silaturahmi dan bisa belajar. Semoga anggota Salsa As Sakinah sehat fisiknya dan sehat mentalnya. Semoga kami dari Jawa Tengah bisa membentuk Salsa. Bisa melayani lansia dengan baik,” pungkasnya.
Mahmud Widya Bundanto dukuh Sucen mengatakan bahwa kunjungan ini merupakan studi tiru, yaitu untuk meniru kegiatan Salsa As Sakinah. Ia mengucapkan selamat datang kepada segenap pengurus Salimah dari pusat, Jateng, & DIY. Menurutnya kegiatan Salsa ini sangat bermanfaat. Mahmud mengungkapkan adanya senam pernafasan bagi anggota Salsa menjadikan metabolisme tubuh menjadi lebih baik.
“Saya mengucapkan terima kasih atas kedatangan segenap pengurus Salimah ke dusun kami,” tutupnya.
Prasasti Bintarum dalam sambutannya mengungkapkan bahwa jumlah lansia di DIY adalah terbesar di Indonesia.
“Usia harapan hidup lansia di DIY tertinggi se-Indonesia. Kalau ada ledakan lansia harus ada kegiatan, agar lansia makin berdaya. Jangan sampai ledakan lansianya merepotkan kita semua,” katanya.
Selanjutnya Prasasti menjelaskan tentang
sindrom geriatri. Sindrom ini terjadi sejak usia 30 tahun, yaitu penurunan fungsi tubuh yang ditandai dengan huruf B. Diawali dari:
‘beser’ (mudah berkemih), ‘budheg’ (pendengaran menurun), ‘boyoken’ (sakit di bagian punggung bawah), ‘blawur’ (pandangan mata rabun), ‘buyuten’ (tremor), ‘buthak’ (botak rambutnya), ‘mbrodhol’ (rambut rontok), ‘bludreg’ (darah tinggi), dan ‘bingungan’ (demensia).
Gelak tawa peserta Salsa As Sakinah terdengar di Masjid Murni Al Fajri ketika Direktur Salsa menjelaskan tentang sindrom geriatri.
“Demensia adalah penurunan daya ingat. Demensia tidak bisa diobati, tapi bisa dicegah,” lanjutnya.
Tiga P ciri demensia menurut Prasasti adalah penurunan daya ingat, perubahan komunikasi, dan perubahan perilaku.
Prasasti menambahkan bahwa lansia perlu gaya hidup sehat. Tidak usah jajan boba dan hamburger. Makin tua makin sensitif. Untuk itu perlu kegiatan yang positif. Lansia ikut PKK, menyalurkan hobi, makan makanan yang menyehatkan otak. Contohnya adalah buah blueberry, strawberry, ikan. Serta makan makanan tinggi protein.
“Apapun penyakitnya harus olahraga dengan gerakan yang mudah yang bisa dilakukan setiap hari,” pungkasnya.
Salsa As Sakinah terdiri dari lansia aktif sebanyak 40 orang dari RT 01 dan 02 pedukuhan Sucen Triharjo kecamatan Sleman kabupaten Sleman. Peserta tertua adalah Simbah Suratinem yang berusia 90 tahun dari RT 02.
(IH)