“Ada anak yang bapak dan ibunya di penjara bu. Dia tinggal bersama neneknya, bolehkah ikut wisata belanja Salimah?” tanya seorang ibu yang diberi amanah jadi salah satu penanggungjawab membawa anak yatim dan dhuafa ke wisbel.
“Boleeh mba, ajak aja.”
“Ibunya kerjaan cuma cari bambu muda di hutan-hutan, dibuat rebung. Dia boleh ikut kah bu?” tanyanya lagi.
“Cil, ada anak yatim piatu, 2 bersaudara, bolehkan ikut wisbel?” tanya yang lain.
“Boleh mba. Dalam kasus tertentu boleh aja mba,” bisik saya di pesan singkat wa. Sudah terbayang di benak ini senyum sumbringah di wajah anak-anak surga ini.
Bayangkan saja, dua bersaudara kehilangan orang diusianya yang masih kecil, sungguh menoreh duka yang dalam di hati mereka. Berharap dengan diikutkannya mereka di wisbel, akan menerbitkan minar mata bahagia mereka.
Daaannn 250 kisah anak lagi menoreh hati kami, ibu Salimah. Anak-anak kurang mampu pilihan dari hampir seluruh kecamatan di Samarinda hadir meski harus menerobos hujan lebat.
Hmmm… begitulah sekelumit kisah dibalik wisata belanja Salimah yang hampir tiap tahun setiap bulan Ramadhan digelar.
Bersyukur sekali tahun ini ada peningkatan kuota dan voucher belanjar. Dari 200 orang dan 200 ribu per anak, meningkat menjadi 250 anak yatim dhuafa dengan budget 250 ribu per anak. Segala puji bagi Alloh atas kejutan indah di pertengahan Ramadhan. (Humas Salimah Samarinda, 18 Maret 2025)