Integritas dalam Komunikasi

by -79 Views

Ditulis oleh: SNR, Humas Salimah

Di dalam kehidupan, semua orang butuh berkomunikasi. Mulai dari janin di dalam rahim hingga dicabutnya ruh, mereka melakukan komunikasi.

Lihatlah ketika ibu hamil merasakan mual di pagi hari. Bukankah itu adalah bentuk komunikasi dari sang janin yang minta perhatian? Hebatnya, janin yang belum terlihat itu berhasil menyibukkan orang-orang dewasa yang ada di sekitarnya. Ibu muntah-muntah, bapak mencarikan makanan permintaan ibu, nenek membuat ramuan, dan seterusnya.

Itu masih di alam rahim.

Di alam dunia lebih heboh lagi. Berbagai cara komunikasi dilakukan. Ada verbal, ada non verbal. Ada langsung, ada yang menggunakan alat.

Trust dalam Komunikasi

Salah satu fungsi komunikasi disebut dengan fungsi direktif. Direktif berarti mengajak, membujuk, mempengaruhi. Melalui komunikasi, seorang komunikator (penyampai pesan) berharap dapat mempengaruhi pikiran, sikap, dan tindakan komunikan (penerima pesan).

Namun dalam proses komunikasi, harapan ini belum tentu terwujud. Ada banyak faktor yang menjadi penghambat komunikasi. Di antaranya adalah rasa ketidakpercayaan terhadap komunikator.

Tak dapat dipungkiri bahwa orang akan melihat siapa yang menyampaikan pesan. Mereka kemudian akan menilai apakah penyampai pesan tersebut layak diikuti atau tidak.

Jika komunikan tidak percaya pada komunikator, maka akan muncul block (penutup) yang membuatnya tidak mau menerima pesan.

Contoh sederhana, ada seorang tokoh menyampaikan ceramah di sebuah acara. Tokoh ini diketahui sering mengambil ‘uang pelicin’ dari orang yang berurusan dengannya. Sementara isi ceramahnya mengajak pendengar (audience) untuk bertakwa kepada Allah.

Apakah ajakannya akan bermakna? Alih-alih mengikuti seruan, barangkali audience malah mencibir sang tokoh.

Oleh karena itu, kepercayaan (trust) merupakan faktor krusial dalam komunikasi direktif. Jika ingin mempengaruhi dan membujuk orang lain, Anda mesti dipercaya terlebih dahulu.

Bagaimana cara membangun trust?

Satu cara yang sangat penting dalam membangun trust adalah dengan menjaga integritas.

Integritas berarti sejalannya perkataan dan perbuatan, yang dibingkai oleh norma atau nilai. Seseorang dikatakan punya integritas jika apa yang ia ucapkan selaras dengan yang ia lakukan, dan keduanya didasarkan pada norma yang berlaku secara umum.

Perhatikan 3 contoh berikut ini.

  1. Koki berkata bahwa ia tidak suka korupsi. Kemudian dalam kesehariannya ia menjaga diri, tak pernah mencuri atau mengambil hak orang lain. Maka ia disebut orang yang berintegritas.
  2. Lele berkata bahwa ia menentang korupsi. Namun ketika bekerja, ia mengambil upah diluar dari aturan. Bahkan kadang ia meminta yang bukan menjadi haknya. Maka ia disebut tidak berintegritas, karena perbuatannya tidak sesuai dengan apa yang ia ucapkan.
  3. Belut menyusun rencana merampok bersama temannya. Kemudian mereka melakukan aksi perampokan sesuai rencana. Ia disebut tidak berintegritas. Kenapa? Karena perkataan dan perbuatan tidak didasarkan pada norma yang diterima.

Dari ketiga contoh di atas, siapakah yang paling diterima di masyarakat? Jawabannya tentu Koki. Kenapa? Karena ia layak dipercaya. Perkataan dan perbuatannya seiring sejalan dengan norma yang berlaku.

Dalam komunikasi, orang seperti Koki akan menjadi komunikator yang baik. Integritas yang dimilikinya membuatnya dianggap layak untuk diikuti dan dijadikan panutan. Akibatnya, akan mudah baginya untuk mengajak dan mempengaruhi orang lain.