Ditulis oleh: Dr Nur Hamidah Lc, MAg
Departemen Dakwah PP Salimah
Muharam menjadi momentum untuk hijrah dengan trend hidup lebih baik, yaitu melakukan perubahan seperti istilah “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Trend perubahan dari mager-an menjadi kader perubahan. Trend perubahan dari sekedar koar menjadi kontributor. Hidup yang tadinya selalu gusar dan gelisah kini selalu sabar dan pasrah. Trend hati yang biasanya julid dan kufur kini menjadi solid dan bersyukur.
Inilah inspirasi trend hijrah baru dari makna hijrah yang diajarkan oleh ibunda Aisyah RA ketika para sahabat bertanya tentang hijrah. Ia mengatakan,
“Hari ini tidak ada lagi hijrah. Dahulu orang-orang beriman, diantara mereka ada yang berlari kepada Allah dan rasul-Nya ﷺ dengan membawa agamanya karena takut terkena fitnah. Adapun hari ini, Allah ‘Azza wa Jalla telah memenangkan Islam, dan hari ini pula seseorang dapat beribadah kepada Rabb-nya sesukanya. Dan yang ada sekarang adalah jihad dan niat”. (HR. Bukhari: 3611).
Fenomena keberhasilan hijrah dimulai dengan kesadaran untuk hijrah dari segala dosa dan kemaksiatan. Resolusi diri akan berhasil dan terbukti ketika ada kesadaran untuk mengevaluasi atas kekurangan yang perlu ditingkatkan, kesadaran adanya dosa yang perlu dibersihkan dengan istigfar dan taubat, kesadaran akan kezaliman yang perlu diluruskan dan ditegakkan keadilan.
Iman dan hijrah berbanding lurus dengan kesucian diri dari segala dosa serta berharap ampunan dari Allah SWT. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 218,
اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۙ اُولٰۤىِٕكَ يَرْجُوْنَ رَحْمَتَ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman serta orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Trend hijrah dari dosa perlu dilakukan secara kesadaran.
Pertama, kesadaran bahwa sesungguhnya tidak ada yang mengancam diri kita kecuali dosa dan kezaliman diri sendiri. Dosa dan aib ini bisa menjerumuskan kita pada kehinaan di dunia dan akhirat.
Kedua, kesadaran bahwa sesungguhnya kita dihormati orang lain bisa jadi karena Allah swt menutup aib kita. Jangan sampai murka Allah atas bertumpuknya kesalahan kita sehingga suatu saat Allah buka semua aib dan kesalahan kita selama ini.
Ketiga, kesadaran bahwa kita boleh memikirkan dosa orang lain dalam rangka amar maruf nahi munkar. Namun, jangan sampai memikirkan dosa orang lain dan lupa dengan dosa sendiri. Sebab, yang paling membahayakan diri kita adalah dosa kita sendiri.
Keempat, kesadaran bahwa gemar bertaubat adalah karakter para anbiya dan orang-orang saleh.
Inilah langkah yang dilakukan terlebih dahulu oleh para anbiya untuk meningkatkan derajat kemuliaan mereka; dimulai dari kesadaran akan dosa.
Belajarlah dari kisah istighfar Nabi Nuh AS yang bermula dari kesadaran pernah melakukan kesalahan, yaitu meminta kepada Allah SWT agar mengampuni dosa anaknya yang pembangkang, lalu ditegur oleh Allah SWT (QS 11 : 45-46). Akhirnya Nabi Nuh meminta ampun tidak hanya untuk dirinya, tapi juga untuk kedua orangtua dan para tamu yang memasuki rumahnya, khusus mereka yang beriman.
رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَّلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِۗ وَلَا تَزِدِ الظّٰلِمِيْنَ اِلَّا تَبَارًا ࣖ ٢٨
Ya Tuhanku, ampunilah aku, ibu bapakku, dan siapa pun yang memasuki rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kehancuran.” Qs 71 : 28
Belajar dari kisah Nabi Ibrahim dalam Surat Ibrahim ayat 35-41, ketika di depan ka’bah bersama Nabi Ismail berdoa meminta agar anak keturunannya dimudahkan menegakkan salat. Doa tersebut dirangkai dengan permohonan mendapatkan ampunan untuk dirinya, orangtua, dan orang beriman kelak di hari pembalasan.
Maka kita juga demikian. Jangan sampai dosa kita menjadi penghalang kebaikan untuk anak keturunan kita kelak.
رَبِّ اجْعَلْنِيْ مُقِيْمَ الصَّلٰوةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْۖ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاۤءِ ٤٠ رَبَّنَا اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ يَوْمَ يَقُوْمُ الْحِسَابُ ࣖ ٤١
Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan salat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan semua orang yang beriman pada hari diadakan perhitungan (hari kiamat).”
Belajar dari kisah sahabat Ansar yang sempat cemburu saat pembagian harta perang ke Muhajirin dan menganggap Rasul tidak adil. Lalu mereka menyadari bahwa Rasul melakukan itu karena sahabat Muhajirin telah banyak kehilangan harta setelah hijrah. Hadiah terbaik untuk para sahabat Ansar adalah pulang membawa Rasulullah. Sejak saat itu Rasul menjadi penduduk Madinah. Kaum Ansar menyadari jika semua itu karena penyakit hati. Akhirnya mereka bertaubat dengan istighfar seperti dalam surat al-Hasyr ayat 10,
وَالَّذِيْنَ جَاۤءُوْ مِنْۢ بَعْدِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِاِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْاِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا رَبَّنَآ اِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ ࣖ
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, Sungguh, Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang.”
Mari kita mulai trend hijrah hidup lebih mulia dengan meninggalkan lumpur dosa dan kemakisiatan. Trend taubat sesungguhnya. Bertaubat yang tidak sibuk dengan mencari kesalahan orang lain, tapi memikirkan kesalahan diri sendiri. Taubat yang tidak hanya menyesal, tapi meyakini hanya Allah yang mengampuni. Segera berhenti dari kemaksiatan.
Semakin kuat hijrahnya, semakin kuat taubatnya. Teruslah berbuat kebaikan yang berhubungan dengan pahala jariyah agar menghapus keburukan. Makin bersungguh-sungguh perjuangan kita untuk istiqamah berbuat baik, maka akan semakin menunjukkan keseriusan hijrah kita.
Bismillah, kita berlomba tahun ini menjadi lebih baik lagi dengan trend hijrah sesungguhnya. Seperti hadits Rasulullah ﷺ,
“Hijrah yang bagaimana yang paling utama?” Beliau menjawab, “Yaitu engkau jauhi apa yang telah dibenci oleh Rabbmu, dan itu ada dua hijrah; Hijrah Al Hadlir dan Hijrah Al Badiy. Hijrah Al Badiy adalah engkau selalu taat jika diperintah, dan selalu siap jika diseru. Adapun Hijrah Al Hadlir adalah hijrah yang lebih berat ujian dan pahalanya di antara kedua hijrah tersebut.” (HR. Ahmad: 6521)