Dalam paparannya, Ira menekankan bahwa gadget sejatinya membawa banyak manfaat, mulai dari sarana hiburan, akses informasi, media komunikasi, hingga menunjang produktivitas, pembelajaran, bahkan kesehatan. Namun, di balik itu, terdapat sisi gelap yang tidak boleh diabaikan.
“Penggunaan gadget terlalu lama terbukti meningkatkan risiko masalah mental, seperti depresi, kecemasan, Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas, hingga gangguan suasana hati. Bahkan, pada remaja, penggunaan dunia maya yang berlebihan dapat membuat perkembangan emosinya tidak adekuat karena mereka terbiasa mendapat umpan balik yang bisa diatur sesuai kehendak,” jelas Ira.
Ia mengutip rekomendasi American Association of Pediatrics (2016) yang menyarankan anak usia prasekolah hanya boleh menggunakan gawai maksimal satu jam sehari dengan pendampingan orang tua. Namun, realitas di lapangan menunjukkan banyak anak yang menghabiskan waktu lebih dari dua jam sehari dengan gadget, bahkan menggunakannya sebagai pelarian dari masalah, penenang saat rewel, hingga menggantikan interaksi sosial nyata.
Fenomena ini membawa dampak nyata: anak menjadi kurang peka terhadap lingkungan sekitar, mudah marah ketika gadget diambil, serta kehilangan minat membaca buku atau mencari hiburan alternatif. “Kalau anak hanya tahu hiburan dari gadget, ia akan kesulitan mengembangkan kreativitas dan kemampuan sosialnya,” tambahnya.
Lebih jauh, Ira mengingatkan bahwa agresivitas pada anak dan remaja juga dapat meningkat seiring intensitas penggunaan gadget. “Lingkungan virtual tidak bisa menggantikan interaksi nyata. Bila remaja hanya hidup dalam dunia maya, ia tidak terbiasa menghadapi perbedaan atau penolakan di dunia nyata. Ini berbahaya bagi pembentukan karakter,” katanya.
Melalui forum Sabila ini, Ira menegaskan pentingnya keterlibatan orang tua dalam mengatur penggunaan gadget. Bukan hanya soal durasi, melainkan juga memberi contoh, menghadirkan alternatif kegiatan, serta menciptakan komunikasi hangat dalam keluarga.
“Peran orang tua tidak tergantikan. Gadget bisa menjadi sarana positif bila digunakan dengan benar, tetapi juga bisa menjadi jebakan bila dibiarkan tanpa kendali,” pungkas Ira. [fat]