Salimah Bahagia dengan Menulis bersama Asma Nadia

Jakarta (24/8/2025) – Menulis itu keterampilan, siapa saja bisa. Setiap kita punya banyak ruang hikmah yang bisa menguatkan jika dituliskan. Lewat tulisan, Allah beri kita ruang untuk melakukan edukasi. Kita punya masa up n down sampai menjadi kuat seperti sekarang. Jika dituliskan, akan menjadi pelajaran berharga untuk orang lain.

 

Begitu diungkapkan Asma Nadia di hadapan peserta Humas Coaching Class dengan tema “Menulis dengan Bahagia, Bahagia dengan Menulis” yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Persaudaraan Muslimah (PP Salimah) pada Ahad (24/8). Penulis buku best seller ini menyebut, seorang ibu lebih penting untuk bahagia di tengah banyaknya aktivitas. Karenanya, perlu menjadikan aktivitas menulis sebagai obat (writing for healing) sehingga mendapat kebahagiaan ketika menulis.

“Apapun yang kita lalui dan membuat kita menjadi versi kita sekarang, bagikan. Jika dituliskan dan diterbitkan, akan menjadi ruang edukasi bagi anak, keluarga, dan masyarakat luas. Bahkan bermanfaat ketika kita tidak bersama mereka. Dan kita tetap bisa berbuat lewat buku kita meski sudah tak ada lagi. Keabadian sebuah tulisan melampaui ruang dan waktu.,” papar penerima penghargaan Perempuan Juara ini.

Penulis yang juga produser film ini juga membagikan tips. Sebelum menulis, pastikan sudah punya ide yang jelas. Kalau menulis fiksi, tentukan konfliknya. Kalau non fiksi, rumuskan gagasannya.

Selanjutnya, utuhkan ide dengan membuat sinopsis atau rangkuman. Sinopsis dari sebuah buku cukup seperempat halaman saja. Kemudian buat outline atau kerangka karangan. Outline ini seperti GPS yang memandu kita dari awal sampai selesai. Outline sangat penting karena membuat kita terus menulis dan tidak kehilangan ide.

“Jangan berhenti menulis ketika kehabisan ide. Tetapi berhenti menulis ketika masih punya ide, yaitu ketika kita tahu apa yang akan dituangkan besok. Sebab, memulai menulis adalah bagian paling sulit. Jadi, jangan sisakan peer berat untuk besok,” jelas Asma.

Perempuan yang sudah menerbitkan 113 buku, 17 film, dan 8 serial TV ini mengatakan, ada tiga hal yang perlu diperhatikan ketika menulis. Pertama, pastikan kita punya setting waktu dan tempat. Kedua, masukkan tokoh yang akan membawa keresahan kita dan tentukan karakternya. Terakhir, beri konflik.

“Bagikan luka batin dan pengalaman hidup. Mulai dengan kalimat yang menyentuh. Jika kehilangan ide, ambil satu kata, jadikan kata itu sebagai awal kalimat. Yang membuat tidak selesai menulis adalah ketika kita menulis sambil editing di waktu yang sama. Jadi, terus saja menulis tanpa mengedit. Setelah selesai, baru kembali ke tulisan itu dan lakukan editing,” terang aktivis yang sering mengangkat isu kepedulian terhadap Palestina ini.

Ia kemudian memberi tantangan kepada peserta untuk menulis satu buku dengan 120 halaman dalam waktu satu tahun. Agar terasa ringan, bagi jumlah halaman tersebut dalam target bulanan. Lalu bagi lagi menjadi target mingguan dan harian. Maka, dalam sehari kita cukup menulis 1/3 halaman. Jika konsisten, dalam waktu satu tahun akan jadi sebuah buku setebal 120 halaman.

Humas Coaching Class perdana di tahun 2025 ini berlangsung sangat menyenangkan. Peserta terlihat antusias menyimak penjelasan dan aktif dalam sesi diskusi.

Siap menerima tantangan satu buku satu tahun?

What do you think?

Related news