Di sampingnya, ada Ana, ibu Cindy yang tak pernah diberi jeda untuk berhenti kuat. Dengan ekonomi yang serba terbatas, Ana dan suaminya berjuang dari hari ke hari, menanggung biaya pengobatan yang rasanya tak berujung.
Hampir saja mereka menyerah, seandainya tidak ada sang kakek—ayah dari Ana—yang menahan letih demi cucu yang begitu dicintainya. Masya Allah, cinta keluarga memang selalu menemukan jalannya.
Cindy adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Dua adik laki-lakinya yang masih duduk di bangku SD pun ikut tumbuh lebih cepat, belajar memahami bahwa kakaknya membutuhkan perhatian lebih.
Namun, perjuangan Ana tak hanya soal merawat anaknya—ia juga harus melawan bisikan-bisikan kejam masyarakat. Tatapan sinis, kata-kata yang menusuk, membuatnya takut membawa Cindy keluar rumah. Ada luka yang tak terlihat, tetapi selalu terasa.
Meski begitu, Ana tetap melangkah. Di sela-sela kelelahan mengurus Cindy, ia membantu suaminya menjual parfum minyak wangi laundry, berharap sedikit rezeki bisa menambah kekuatan untuk hari esok.
Mari kita doakan mereka. Semoga Ana dan suaminya diberi kesabaran tanpa batas, ketabahan yang mengalir tanpa henti, dan semoga Cindy diberikan kesembuhan serta kebahagiaan yang layak ia rasakan. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.