Muharam Melejitkan Kualitas

Oleh: Ustadzah Sinta Santi, Lc
Ketua I PP Salimah/Ketua Mubaligah Salimah Indonesia (MSI)

 

*Disampaikan pada Gebyar Tahun Baru Islam PP Salimah

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَٰئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللَّهِ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman serta orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al Baqarah : 218)

Dalam ayat ini, Allah merangkai sikap orang -orang beriman dengan dua perbuatan, yaitu berhijrah dan bersungguh-sungguh di jalan Allah. Bahwa orang-orang beriman yang senantiasa berupaya menghadirkan kebaikan dengan sungguh-sungguh, pasti akan mendapatkan rahmat dari Allah.

Saat ini Allah masih memberikan kesempatan pada kita panjang umur, karena Allah ingin kita berbuat kebaikan dengan sungguh-sungguh sehingga rahmatNya akan diturunkan kepada kita.

Jika menilik pada sejarah, ada berbagai peristiwa yang terjadi pada bulan Muharram sebelum masa Rasulullah SAW. Pada bulan Muharram, Allah menerima taubat Nabi Adam as. Pada bulan Muharram pula kapal Nabi Nuh as dan pengikutnya diselamatkan dari air bah. Nabi Ibrahim as diselamatkan dari panasnya api yang membakarnya pada masa Raja Namruz juga terjadi di bulan Muharram. Lalu Nabi Yunus as diselamatkan dari perut ikan paus, serta Nabi Yusuf as dibebaskan dari penjara.

Muharam sesungguhnya adalah sarana peningkatan kualitas. Jadikan ia momentum untuk berubah menjadi manusia terbaik. Ciri manusia terbaik disebutkan Rasulullah SAW, yaitu “Sebaik-baik kalian adalah yang diberikan umur panjang dan digunakan untuk berbuat kebaikan”.

Saya mengajak ibu-ibu anggota Majelis Taklim yang hadir di sini, manfaatkan majelis taklim untuk menjadi sarana melakukan perubahan. Perubahan hati, yaitu meluaskan hati dengan bertambah sabarnya dan menjauhi berbagai penyakit hati. Dari sisi akal, membekali banyak ilmu yang membawa kita semakin dekat dengan Allah SWT dan perubahan prilaku kita dari yang biasa suka ngomongi orang membawa pada menjaga lisan.

Untuk mendapatkan pribadi yang membawa perubahan, ada enam hal yang perlu kita perhatikan.

1. Keimanan dan ketakwaan

Allah berfirman dalam surat Al Hujurat ayat 13:
يٰۤاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقۡنٰكُمۡ مِّنۡ ذَكَرٍ وَّاُنۡثٰى وَجَعَلۡنٰكُمۡ شُعُوۡبًا وَّقَبَآٮِٕلَ لِتَعَارَفُوۡا​ ؕ اِنَّ اَكۡرَمَكُمۡ عِنۡدَ اللّٰهِ اَ تۡقٰٮكُمۡ​ ؕ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيۡمٌ خَبِيۡرٌ‏

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti”.

Ayat ini menginginkan kita menjadi orang yang mulia karena keimanan dan ketakwaan.

2. Tanggung jawab berubah menjadi baik

Dalam QS Ar-Ra’d ayat 11, Allah berfirman:

لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗۚ وَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ

“Baginya (manusia) ada (malaikat-malaikat) yang menyertainya secara bergiliran dari depan dan belakangnya yang menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka. Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, tidak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.

Kita diingatkan bahwa segala sesuatu akan diminta pertanggungjawaban. Allah telah menurunkan malaikat yang mencatat segala amal perbuatan manusia. Jika kita tidak berubah, Allah tidak rugi, tetapi kita lah yang rugi.

Di akhirat kelak, pertolongan Allah bisa kita dapatkan dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal berupa bacaan quran dan puasa yang kita lakukan, sedangkan faktor eksternal berupa syafaat dari Rasulullah dan anak-anak kita yang sholih dan sholihah.

3. Waktu dan amal soleh

Perhatikan QS Al Asr 1-3

وَٱلْعَصْرِ (١) إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَفِى خُسْرٍ (٢) إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ (٣)

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”.

Kita diperintahkan agar memiliki keinginan terus menerus dan tidak ketinggalan untuk melakukan kebaikan. Orang beriman, yang keimanannya diiringi amal soleh serta selalu saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran, maka ia tidak akan merugi.

4. Optimis dengan rahmat Allah

Belajar dari kisah Nabi Yusuf, khususnya dalam QS Yusuf ayat 87

يٰبَنِىَّ اذۡهَبُوۡا فَتَحَسَّسُوۡا مِنۡ يُّوۡسُفَ وَاَخِيۡهِ وَلَا تَايۡــَٔسُوۡا مِنۡ رَّوۡحِ اللّٰهِ‌ؕ اِنَّهٗ لَا يَايۡــَٔسُ مِنۡ رَّوۡحِ اللّٰهِ اِلَّا الۡقَوۡمُ الۡكٰفِرُوۡنَ

“Wahai anak-anakku! Pergilah kamu, carilah (berita) tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir”.

Orang beriman yang ingin menjadi baik dan bertambah kebaikannya, harus penuh dengan harapan dan optimis terhadap rahmat Allah. Sebab, Allah tak akan menyia-nyiakan usaha dan doa yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh harap.

5. Penuh inisiatif dan memanfaatkan kesempatan

Janganlah kamu tangguhkan pekerjaanmu sampai esok selama kamu masih bisa menyelesaikannya hari ini.

6. Perbaikan diri yang berkelanjutan

Orang yang cerdas itu adalah orang yang mampu menahan dirinya dan beramal untuk hari esok.

What do you think?
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related news