Acara kali ini menghadirkan dua Narasumber. Pertama, Dr Nurhamidah, Lc, MAg yang menyampaikan materi Muslimah dan Perjuangan Kemerdekaan Palestina. Kedua, Ustadzah Sinta Santi, Lc yang membahas materi Muharam Melejitkan Kualitas. Selain kajian keislaman, gebyar tahun baru Islam ini juga dirangkai dengan pemberian santunan kepada anak yatim. Selain itu dimeriahkan pula dengan penampilan tim hadrah Ar-Rahmah serta bazar makanan dan pakaian.
Ketua Umum Salimah, Reni Anggrayni, menjelaskan bahwa gebyar tahun baru Islam dilaksanakan oleh pengurus Salimah di seluruh Indonesia. Dan acara hari ini dirangkaikan dengan penyambutan 80 tahun kemerdekaan Indonesia serta kepedulian terhadap Palestina.
“Kami mengajak kita semua untuk menjadikan tahun baru hijriyah sebagai momentum untuk menjaga semangat dan komitmen untuk menguatkan keimanan, khususnya sikap kita terhadap Palestina. Karena Al Aqsa adalah tempat di mana Allah memperjalankan Rasulullah dan tempat di mana Rasulullah menerima perintah salat yang kita kerjakan sampai hari ini,” jelas Reni.
Secara historis, lanjut Reni, Palestina adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan Republik Indonesia. Dan bahkan para ulama Palestina masa itu berdonasi untuk bangsa Indonesia dalam rangka mewujudkan kemerdekaan.
“Maka, sepekan jelang 80 tahun kemerdekaan Indonesia, sangat pantas jika kita menunjukkan bahwa Indonesia menggemakan suara dan jeritan rakyat Palestina,” imbuhnya.
Secara hukum, kata Reni, alinea empat pembukaan UUD 1945 menyatakan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Karena itu, penjajahan di atas dunia harus dihapuskan. Dan berdasarkan konvensi Jenewa, Israel jelas-jelas melakukan pelanggaran terhadap hukum internasional pada hak-hak rakyat Palestina.
“Salah satu yang bisa kita lakukan adalah memboikot produk-produk yang mendukung penjajahan dan genosida terhadap rakyat Palestina. Salimah sendiri telah menghadirkan berbagai produk sebagai pengganti yang diboikot. Sebagiannya tersedia dalam acara ini,” tambah Reni.
Sementara itu, Ketua MSI yang diwakili oleh Reswati Woro Indrianing, mengatakan bahwa MSI yang berkonsentrasi pada perempuan, keluarga dan anak mencoba menggandeng semua yang memiliki visi dan misi sama untuk berkolaborasi mewujudkan kebaikan melalui program-program berbasis ketahanan keluarga.
“Salah satu agenda yang terus kita perjuangkan adalah berkontribusi aktif dalam pembebasan bumi Palestina. Di mana kita saksikan penderitaan yang belum berhenti sampai hari ini, yang korbannya tidak hanya laki-laki namun para perempuan dan anak. Mulai dari pengusiran, pengambilalihan lahan, pembongkaran, pengeboman, pembunuhan, genosida, sampai pada upaya membuat lapar masyarakat Palestina khususnya Gaza,” kata Indri.
Ia berharap, kajian tentang Muharam dan Palestina ini akan memberi pemahaman yang utuh agar seluruh muslimah peduli dan berkontribusi dalam perjuangan Palestina.