Refleksi Jejak Juang Pahlawan

Ditulis oleh: Reni Anggrayni, ST
Ketua Umum Salimah

 

10 November delapan puluh tahun lampau…
Sebuah sejarah epik menjadi saksi jejak langkah perjuangan.

Bahwa kemerdekaan Republik tercinta yang telah dikumandangkan ternyata masih membutuhkan penjagaan dan kewaspadaan. Tetap saja ada pihak yang ingin mengganggu kedaulatan Bumi Pertiwi.

Kesiagaan para pendekar bangsa tak dapat diusik.

Pengibaran bendera merah-putih-biru di Hotel Yamato tak bisa ditawar. Manuver apa pun yang penjajah lakukan, terdeteksi dini oleh indra para patriot pejuang bangsa.

Bendera tiga warna itu disobek pada bagian birunya—penanda perlawanan dikobarkan.

Tak gentar saat diancam, tak surut saat diserang.

Dengan keteguhan iman, semangat pengabdian, dan cinta yang tulus kepada tanah air, melawan adalah sebuah jawaban atas segala upaya penjajahan kembali terhadap Ibu Pertiwi.

Hari ini, delapan puluh tahun sudah. Merah Putih dengan gagah terus berkibar walau beragam upaya memaksanya turun.

Kesiagaan para patriot bangsa kekinian pun tetap diuji. Jangan memudar walau sesaat. Karena sejatinya, ada saja bagian penjajah di luar sana yang menginginkan keelokan negeri ini mereka kuasai—dengan model penjajahan kekinian.

Merah Putih mereka biarkan tetap berkibar, namun sejatinya dijadikan simbol rekayasa. Budaya, perdagangan, ekonomi, hasil bumi, bahkan nasionalisme pun berupaya mereka belenggu dalam jerat kapitalisme.

Sebagai patriot yang mengalir darah tangguh para pejuang bangsa, mari bersama kita jaga merah putih dan setiap jengkal Bumi Pertiwi dari beragam tipu daya pengaruh luar yang hendak merampasnya.

Duhai para muslimah di seluruh pelosok negeri,

meneladani jiwa patriot para pahlawan adalah panggilan jiwa untuk meneruskan perjuangan dalam bentuk kekinian menjawab zaman; membangun keluarga tangguh, mendidik generasi berakhlak mulia, serta menyuarakan nilai-nilai moral dan spiritual di tengah arus globalisasi.

Semangat kepahlawanan itu terus hidup ketika seorang ibu mendidik dengan kasih sayang dan kesabaran tak bertepi, ketika seorang istri menjadi pendamping yang meneguhkan suami dalam kebenaran, dan ketika seorang perempuan mengabdikan dirinya untuk kemaslahatan umat.

Salimah mengajak seluruh Perempuan Indonesia—sebagai rahim peradaban—untuk berkolaborasi harmoni bersama kaum lelaki: suami, ayah, maupun anak-anak mereka. Mengokohkan ketahanan keluarga sebagai kawah candradimuka lahirnya generasi penerus yang unggul, pejuang tangguh, mewarisi darah para pahlawan, pelanjut estafet kepemimpinan bangsa menuju Indonesia Emas 2045.

Dengan semangat para pahlawan dan keimanan yang kokoh, kita percaya, setiap langkah kecil seorang muslimah yang ikhlas adalah bagian dari perjuangan besar membangun Indonesia yang tangguh dan lebih baik.

———-

Dari Teladan Pahlawan, Kita Bangun Indonesia yang Tangguh

Komentar

What do you think?

3 Comments:
November 10, 2025

益群网:终身分红,逆向推荐,不拉下线,也有钱赚!尖端资源,价值百万,一网打尽,瞬间拥有!多重收益,五五倍增,八级提成,后劲无穷!网址:1199.pw

November 10, 2025

Bismillah…..
BarakAllaah.. Indonesia harus tumbuh dimulai dari seorang ibu/perempuan yang tangguh berakhlak dan berilmu ..
Di dalam keluarga yang sehat jasmani rohani pasti ada seorang ibu/istri yang hebat…
AllaahuAkbar

November 10, 2025

Masyaa Allah ..sepakat Ibu…sangat sepakat bahwa perjuangan melawan penjajahan kekinian itu harus terus dikuatkan, dari sisi ruhiyah dan rububiyah, jasmani, ilmu, teknologi…semuanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

What do you think?

Related news